17

684 115 8
                                    

..

"Jennie.."

"Aku menyukaimu."

Rosé tidak tahu bagaimana dan mengapa hal itu terjadi, namun kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutnya.

Dan ketika dia menyadari apa yang dia katakan, semuanya sudah terlambat.

Jennie menatapnya, tertegun.

Jika dilihat dari raut wajahnya, Rosé yakin dia mendengarnya kata demi kata.

Dia bisa merasakan pipinya memanas, dan tiba-tiba segala sesuatu di sekitarnya menjadi lebih kecil. Ruangan di dalam terasa menjadi lebih sempit. Tidak ada lagi cahaya di ruangan itu, semuanya tiba-tiba berubah menjadi gelap dalam sekejap. Tapi betapapun gelapnya hari itu, dia tidak bisa bersembunyi dari tatapan Jennie.

Dia membeku ketika dia melihat Jennie berjalan ke arahnya, langkahnya anggun seperti biasa. Dan dia hanya tinggal beberapa langkah lagi sekarang. Rosé sudah menduga kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Jennie mungkin akan mengutuknya atau lebih buruk lagi, menamparnya. Tapi itu bisa dimengerti. Apa yang baru saja dia katakan padanya adalah hal bodoh dan tidak beralasan.

Pikiran Rosé mencari-cari kata yang tepat untuk diucapkan, meminta penjelasan logis untuk menutupi pengakuan blak-blakannya.

Bibirnya bergetar saat dia berbicara, "Je-Jennie, aku tidak bermaksud-"
Dia berhenti.

Dia merasakan usapan lembut di kepalanya. Matanya melebar dan dia menatap Jennie. Gadis itu menyeringai padanya.

"A-aku.."

Tiba-tiba dia merasakan kecupan lembut di pipi kirinya.

Dia membeku.

"Menyukaiku? Antre dulu" kata Jennie menggoda.

..

Rosé tidak pernah berpikir bahwa semuanya akan menjadi seperti ini. Jennie bersikap baik padanya setelah seminggu yang mereka habiskan di lab, bahkan setelah apa yang dia katakan padanya pada hari terakhir.

Hari itu adalah hari pertama masuk sekolah dan Rosé sudah tidak sabar untuk memulai semester baru. Dia bangun pagi-pagi dan mengenakan seragamnya yang disetrika dengan benar.

Dia bahkan menghabiskan setengah jam di depan cermin, mengepang rambutnya dengan rapi. Dia ingin tampil menarik di hari pertama.

Dia tidak sabar untuk bertemu Jennie lagi.

Dia datang lebih awal ke kelas dan duduk di kursinya dengan buku-bukunya. Satu demi satu teman-teman sekelasnya masuk, beberapa dari mereka mulai membual tentang liburan musim panas mereka dan yang lainnya mendengarkan dengan tidak tertarik.

Rosé mendongak dari bukunya dan mendorong kacamatanya sebelum jatuh ke wajahnya. Dia melirik kursi Jennie dan menyadari bahwa kursi itu masih kosong.

Dia melirik jam tangannya untuk memeriksa waktu. Sudah hampir waktunya bel berbunyi tetapi Jennie masih belum terlihat.

Beberapa menit berlalu akhirnya bel berbunyi.

Beberapa siswa bergegas masuk ke dalam kelasnya, dan ada pula yang berjalan santai seolah tidak peduli.

"Yah, kemana kamu pergi selama liburan? Kami merindukanmu saat jalan-jalan ke pantai!" kata sebuah suara.

Rosé melirik ke arah pintu depan dan melihat sekelompok siswa sedang memasuki kelas.

Dan kemudian dia melihatnya, Jennie.

Antara Ada Dan TiadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang