____"AKKHHH" teriakan kencang kembali menggema di ruangan tersebut karena Jun langsung memasukan penis besarnya ke lubang simanis yang terdapat banyak luka lecet disana.
"Hiks stop... hnghh sakit.. sakit"
Bugh
"Jangan bawel bisa? Tugas Lo disini, cuma ngedesah doang." perintah Jun penuh tekanan, sedangkan simanis yang berada di bawah sana hanya bisa pasrah dan menangis tersedu-sedu berharap hati nurani sang kakak kembali.
Satu hentakan kencang kembali membuat jihoon berteriak sakit, Jun tersenyum senang ketika suara itu masuk dengan jelas ke dalam indra pendengarannya. Hentakan kedua yang begitu kuat, membuat jihoon berteriak lebih kencang daripada sebelumnya. Sang kakak yang kini sedang menggagahinya jadi semakin bersemangat untuk melakukan aktivitas gila nya itu. Namun di hentakan ketiga, Jun tidak lagi mendengar adanya satupun suara yang terlintas.
Jun mengira jika sang adik sudah tak sadarkan diri, tapi ternyata perkiraan nya salah. Mata simanis masih terbuka, namun dengan tatapan kosong dan Air mata nya terus mengalir namun tak lagi ada isakan yang keluar.
"Kenapa diem Lo bangsat! Gak denger kata gue tadi? Ngedesah!!" murka Jun, kemudian lagi dan lagi ia menampar keras pipi simanis sampai darah dari sudut bibirnya Kembali mengalir.
"Hiks" tangisan sendu yang terdengar pilu itu keluar, bukannya merasa kasihan, amarah Jun malah memuncak
"Cengeng."
Sreet
Tangan kekar itu kembali menjambak surai simanis yang sudah lepek karena darah dan keringat dari kepalanya. Dapat dirasakan kini kepalanya berdenyut begitu hebat karena jambakan kuat itu, mata jihoon terpejam menahan rasa yang sangat amat menyakitkan di kepalanya.
Saat jambakan itu semakin kuat, mata jihoon terbuka. ia berusaha mempertemukan netranya dengan netra tajam sang kakak. Dan kini Netra keduanya bertemu.
Jihoon menatap sendu netra tajam itu begitu dalam. Seketika Jun terpaku, dan seakan terhipnotis, ia melemahkan jambakan kuatnya karena tiba-tiba ada sedikit rasa kasihan dalam benaknya.
Meskipun pandangannya semakin memburam, jihoon berusaha mempertemukan tangannya dengan wajah sang kakak. Entahlah apakah itu reflek atau sebagainya, Jun membantu tangan simanis untuk menyentuh wajahnya di bagian pipi. Jun mengira jika sang adik akan memberi nya sebuah tamparan, tapi ternyata itu salah. Usapan lembut penuh kasih sayang lah yang ia terima di setiap inci wajahnya. Rasa bersalah yang sangat amat besar, mendadak datang begitu saja. Ditambah tangisan yang semakin terdengar pilu dari sang adik masuk dalam indra pendengarannya.
"Aku.. adek kamu kan?"
____
"Cepet dobrak!"
"Tapi-"
"Mau mereka lagi ngewe juga gue gak peduli! Gue cuma mau pasti-in, kalo jihoon gak di apa-apain sama dia"
Keribuatan panas kini sedang berlangsung tepat di depan pintu gudang sekolah. Enam pria itu kini sedang terbagi menjadi dua kubu. Satu tim memergoki, dan satu lagi tim yang tetap mempertahankan mereka berdua di dalam sampai mereka keluar dari ruangan tersebut sendiri.
Jaden berdecak, "Bos gak suka di ganggu. Kalo sampe Lo ganggu dia, Lo bakal kena akibatnya."
"Apa akibatnya? di bunuh?" Jaemin tertawa remeh "terus, Lo pikir gue takut?" tanyanya menantang
"Tolong, jangan gegabah." Tekan Jaden dengan sorot mata yang mulai terlihat marah.
Asahi meringis, "Banyak bacot Lo semua."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fucking Twins
FanfictionKamu adalah orang bodoh, jika mengsangkut pautkan karya ini dalam kehidupan nyata si tokoh. ⚠️ Incenst Jihoon x Jihoon