11

3.2K 205 21
                                    


______

Jun berdecak melihat dua motor yang ia kenali daritadi terus mengikutinya. Padahal dirinya sedang butuh waktu untuk bersendiri. Jun mendengus, terpaksa ia berhenti di pinggir jalan agar dua motor yang mengikutinya juga ikut berhenti.

Jun melepas helmnya, dan turun dari motornya, juga di ikuti oleh dua orang itu.

Kedua tangan Jun terlipat di depan dada, dengan sorot mata menatap tajam ke arah mereka.

"Ada yang nyuruh Lo ngikutin gue?" Pertanyaan penuh emosi terlontar dari mulut Jun.

"Gak ada bos," bohong keduanya, padahal mereka melakukan ini atas perintah jaemin.

"Gue gak suka pembohong." tekan Jun  murka, ia tahu nada seseorang ketika mereka jujur dan berbohong.

"M-maas bof, eh- maksud nya anu maaf bos! Kita di suruh jaemin. t-takutnya Lo bunuh diri, lagi jaman soalnya.." jawab Justin terbata, ia mengikuti perkataan jaemin di kalimat akhir.

.
.

Beberapa menit lalu

Jaemin terheran ketika melihat Justin dan Travis mengikuti Jaden memasuki mobil milik Haechan yang hendak membawa jihoon menuju rumah sakit.

"Lo berdua ngapain?" Ketus jaemin dari luar mobil membuat keduanya menoleh lalu bertatapan satu sama lain

"Lah iya.. gue ngapain disini," gumam Travis seraya menggaruk tengkuknya

Jaemin berdecak "mending ikutin bos Lo tuh, Awasin dia. takutnya bunuh diri Lagi jaman soalnya."

Mengingat sekarang tengah banyak berita tentang siswa-siswi bunuh diri, Justin dan Travis segera keluar dari mobil, lalu berlari menuju parkiran kemudian menaiki motor nya masing-masing, dan mengikuti laju motor merah itu.

"Turun Lo! Ini mobil gue. Biar gue aja yang nyetir" usir Haechan pada Jaden yang tengah duduk di kursi kemudi.

"Bawel, Daripada tuh anak keburu mati."
.
.

Jun beredecih, "mati di tangan sendiri? Itu tolol namanya." tekannya kesal. Sepahit-pahitnya kehidupan yang ia jalani, tak pernah ada sedikitpun pikiran bodoh seperti itu terlintas dalam otaknya.

"Maaf bos" cicit Justin dan Travis.

Jun mendelik malas, kemudian ia berjalan menuju motornya hendak mengambil sesuatu di dalam jok. Seusai itu, Kembali ia berjalan mendekati keduanya lalu memberikan barang itu dengan cara melempar, untung saja dengan sigap Justin menerima nya.

"Pacaran sana, jangan ganggu gue." Timpalnya, dibalas anggukan ragu oleh mereka.

Karena penasaran, Justin membuka sebuah amplop yang tadi diberikan Jun untuk keduanya. Saat mereka melihat isi amplop itu adalah tiga gepok uang lembar dengan jumlah nominal yang tinggi, keduanya langsung tersenyum senang.

"makasih bos!!" Pekik Jeongwoo dan Travis

___

Jun mendudukkan bokongnya di pasir pantai, nafasnya berhembus dalam. Netranya beralih menatap langit indah di atas pantai. Jun tersenyum kecil, ia menyukai suasana tenang seperti ini.

Suara angin kecil, deburan ombak, dan kicauan merdu dari burung, menjadi suasana favoritnya saat berada di pantai. tiada satupun suara manusia yang mengganggu ketenangan.

namun suasana pantai yang tenang, berbanding terbalik dengan jiwa, raga, dan pikirannya.

Pikirannya terus tertuju pada sang adik, yang mungkin sekarang sedang terbaring lemah di kasur rumah sakit. dan jelas, itu semua karna perbuatan bodohnya sendiri. Batinnya terus merutuki dirinya bodoh, seharusnya tadi ia bisa mengontrol emosi.

Fucking Twins Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang