Chapter 20

1.7K 44 8
                                    

WAJIB FOLLOW SEBELUM BACA ❗❗

Cerita ini mengandung unsur dewasa dan bahasa kasar, harap bijak dalam memilih bacaan yang sesuai usia ❗❗

Lope sekebon ❤︎

🥀🥀

Mentari masih malu menampakkan dirinya di pagi hari karena masih terselimuti oleh awan abu-abu. Diandra menyibakkan gorden, menatap keluar jendela embun mulai menetes. Seakan paham dengan suasana hati Diandra. Diandra menyentuh kaca jendela yang terasa dingin.

"Kenapa kau sudah bangun?" Marvin melingkarkan tangannya di perut Diandra, sedangkan dagunya ia sandarkan di pundak Diandra yang terasa nyaman.

Diandra menyentuh tangan Marvin yang melingkar di perutnya. Diandra tidak ingin bersuara, ia hanya ingin menikmati momen ini bersama dengan Marvin. Diandra memejamkan mata sembari menyandarkan kepalanya di bahu Marvin.

Keduanya sama-sama diam. Untuk beberapa menit, sebelum akhirnya Marvin membuka suara lebih dulu. "Jangan pernah mengatakan kau akan meninggalkanku, Di."

"Kau yang memintaku untuk pergi, Marvin," Diandra menyahut.

Marvin membalikkan badan Diandra agar saling berhadapan. Marvin menatapnya sembari menyelipkan rambut Diandra kebelakang telinganya. "Aku tidak benar-benar mengatakannya."

"Tapi kau akan menjadi seorang ayah. Bukankah kau yang mengatakan jika Bianca sedang hamil. Lalu kita—"

Marvin membungkam bibir Diandra dengan telunjuknya. "Shuttt, aku tidak akan pernah melepaskan mu. Kita tidak akan berpisah."

"Kau mencintaiku?" Diandra menatap dalam mata Marvin seraya sedang mencari sebuah jawaban. Diandra berharap jika jawaban yang keluar dari mulut Marvin sesuai dengan yang ia inginkan. Katakan jika kau mencintaiku Marvin!

Namun Marvin tidak menjawab pertanyaan itu. Diandra tersenyum miris. "Aku tahu kau hanya terbiasa denganku. Bukan karena kau mencintiku." Lirihnya.

"Diandra—" tangannya mencakup wajah Diandra.

Diandra menepiskan tangan Marvin dari wajahnya. Memotong ucapan laki-laki yang berhadapan dengannya saat ini. "Sudahlah. Lebih baik kau pulang, mungkin Bianca sudah menunggumu."

"Di—"Marvin maju satu langkah yang membuat Diandra mundur satu langkah ke belakang.

Diandra berkata, "Semalam aku sudah mengirimkan pesan dari ponselmu kepada Bianca jika kau akan lembur."

"Diandra aku—"

"Oh iya. Jangan bilang semalam kamu mabuk kepada Bianca, wanita hamil mudah cemas." Diandra terus memotong ucapan Marvin. Yang membuat laki-laki itu menghela napas.

Diandra mengambil jas yang semalam Marvin gunakan setelah ia mencucinya. "Aku sudah mencucinya. Kau bisa memakai ini agar Bianca tidak curiga." Diandra mengenakan jas tersebut di badan Marvin, seraya seorang istri yang sedang membantu suaminya merapikan diri sebelum berangkat bekerja. "Sudah rapi, kau boleh pergi!" Ujarnya setelah membenarkan dasi Marvin. Diandra tersenyum, namun senyuman seakan menyembunyikan air mata yang sulit ia bendung.

"Diandra maaf."

Diandra menyahut, "Kau tidak perlu minta maaf." Diam-diam Diandra menyeka air matanya yang mulai menetes. "Pergilah!"

Marvin menatap mata Diandra yang berkaca-kaca. Marvin ingin menghapus air mata Diandra yang sudah lancang jatuh ke wajahnya, namun wanita itu memalingkan wajah.

ISTRI BAYARAN-PEMUAS NAPSU (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang