Chapter. 22

1.7K 39 3
                                    

WAJIB FOLLOW SEBELUM BACA ❗❗

Cerita ini mengandung unsur dewasa dan bahasa kasar, harap bijak dalam memilih bacaan yang sesuai usia ❗❗

Lope sekebon ❤︎

🥀🥀

FLASHBACK ( TIGA BULAN YANG LALU).

"Apa kau mencintaiku?"

Kalimat itu terus mengiang di kepala Marvin. Memutar yang membuat Marvin frustasi. Sebenarnya Marvin sendiri tidak yakin jika ia 'tidak mencintai Diandra.' Namun untuk mengatakannya Marvin masih ragu, ragu dengan perasaanya sendiri. Sebab, cinta memang rumit. Cinta antara dua wanita sekaligus membuat Marvin tidak bisa berpikir dengan baik.

Marvin meneguk kandas wisky yang ia tuangkan kedalam satu gelas penuh. Ia menatap kosong foto Diandra yang selalu ia simpan baik di dalam laci meja kerjanya.

Di dalam foto itu Diandra terlihat anggun saat mengenakan gaun berwarna hitam tanpa lengan yang memperlihatkan belahan dadanya, dan rambut yang terikat ke atas, membuat lehernya terekspos bebas. Wanita itu terlihat seksi. Meskipun gaun tersebut panjang, tetapi itu tidak menutupi sebelah kakinya yang jenjang ketika berjalan.

"Hei, Diandra! Kenalkan ini Marvin," kata Bara, memperkenalkan Marvin kepada sahabatnya, Diandra. Bara adalah teman kuliah Diandra saat di Paris. Ia juga teman seperjuangan Marvin ketika ia tinggal Jakarta.

Diandra tersenyum seraya mengulurkan tangannya. "Hai!"

"Hai!" Balas Marvin, menjabat tangan Diandra cukup lama, seraya menatapnya seakan menginginkan wanita tersebut.

Bara menengahi perkenalan tersebut. "Kalian mengobrolah, aku akan kesana sebentar," kata Bara meninggalkan Diandra dan Marvin.

Nyatanya, foto yang Marvin potret diam-diam dari pesta ulang tahun Bara di Paris masih Marvin simpan dengan baik. Apakah selama itu Marvin sudah jatuh cinta kepada Diandra?

Jawbannya tidak!

Marvin tidak mencintai Diandra. Ia hanya bernafsu untuk memilikinya tanpa cinta. Apalagi sejak Bianca sudah tidak bisa memberinya kepuasan lagi, Marvin berpikir untuk menikahi Diandra karena nafsu birahi. Marvin hanya mengingatkan tubuh Diandra diatas ranjang.

Namun sekarang, apakah alasan itu masih berlaku?

"Diandra, kau sudah punya pacar?" Tanya Marvin.

Diandra menggeleng. "Belum."

"Wanita secantik dirimu tidak punya pacar?" Celetuk Marvin. Entah itu memuji atau menjatuhkan.

"Mungkin aku tidak punya waktu untuk pacaran," jawab Diandra.

"Benarkah?"

Diandra menjawabnya dengan anggukan.

Marvin meletakkan gelas berisi wine nya itu di atas meja. Kemudian mengulurkan tangan seraya mengajak wanita cantik di depannya itu untuk berdansa. "Kau ingin berdansa dengan ku?"

"Boleh!" Diandra meletakkan gelas wine nya di atas meja, lalu menerima uluran tangan Marvin untuk berdansa.

Diandra meletakkan tangan kirinya di pundak Marvin, sedangkan tangan kanannya menggenggam tangan Marvin, begitupun dengan Marvin meletakkan tangan kanannya di pinggang ramping wanita itu sedangkan tangan kirinya menggenggam tangan Diandra. Keduanya bergerak sesuai dengan irama yang mengalun di aula.

Marvin membanting gelasnya, mengacak rambutnya frustasi, kenapa sulit menghilangkan Diandra dari pikirannya?

Marvin benar-benar akan menggila jika ia terus berdiam diri tanpa melakukan  apapun. Marvin harus mengatakannya, mengatakan jika dirinya jatuh cinta kepada Diandra, entah sejak kapan yang jelas Marvin mulai yakin.

ISTRI BAYARAN-PEMUAS NAPSU (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang