BAB 8

687 38 11
                                    

Akhirnya Blair mengikuti ke mana duyung-duyung itu pergi. Katanya tadi, Blair akan dibawa ke Shora. Awalmya Blair bingung, apa maksudnya Shora itu. 'Ah... mungkin semacam orang pintar yang bisa membuatkanku ekor duyung' begitu pikir Blair.

"Kenapa belum sampai? Memangnya jauh sekali ya?" Tanya Blair yang memang sudah kelelahan berenang. Teman-temannya yang lain tentunya tidak kelelahan, karena mereka sudah memakai ekor duyung.

"Sabar sedikit Bee, perjalanannya memang jauh. Tapi kita akan berhenti sebentar lagi untuk istirahat," kata Paul sambil terus berenang. Blair mengernyit, seakan ada sesuatu yang yang mengganjal dari kata-kata Paul.

"Tunggu! Paul bagaimana kau tahu nama kecilku?" Blair menahan tangan Paul agar segera berhenti berenang. Paul terlihat seperti orang kebingungan yang kehilangan kata-kata. Sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, ia menjawab, "ah.. aku hanya asal saja Blair, jangan dipikirkan. Aku bahkan baru tahu kalau itu nama kecilmu," Paul terkekeh.

'Sepertinya ada yang kau sembunyikan' pikir Blair.
"Tidak ada yang kusembunyikan Blair," kata Paul membaca pikiran Blair. Yeah, setelah diresmikan dan dibawa ke Shora, semua spelhun bisa bertelepati dan membaca pikiran orang.

"Ayo kita istirahat di sini dulu," kata Jack sambil duduk si sebuah bangkai kapal. Blair bergidik ngeri, melihat banyak tengkorak berserakan di sana. "Aku akan cari makanan dulu," kata Syhara sambil mengambil mata panahnya.

Syhara memanah ikan-ikan kecil yang lewat. Lalu Elle segera berenang menuju rumput laut terdekat dan melilitkan rumput tersebut di ikan kecil itu. Begitu terus hingga jumlah ikan yang terlilit rumput laut itu ada 6. Begitu saja. Lalu dibagikan ke 5 orang temannya itu.

"Apa yang harus kulakukan?" Tanya Blair sambil memegang ikan yang sudah mati itu.
"Dimakanlah, masa dipelototin," kata Paul sambil menoyor kepala Blair.
"Hey! Kau tahu juga ya bahasa orang bumi," kata Blair sambil tertawa. Giginya yang berderet putih rapi itu menambahkan kesan manisnya.
"Tentu saja, aku dan Jack tadinya orang Amerika," kata Paul
"Yeah, dan aku orang Inggris, Elle orang Rusia, dan Syhara orang Afrika," kata Emma.

Blair tersenyum mengingat bahwa bukan hanya dirinya yang bernasib sial di sini. "Namun, kenapa baju kalian seperti orang Asia?" Tanya Blair lagi.
"Oh, itu karena Shora yang merancangnya. Ia adalah perancang busan dan ekor semua spelhun palsu," Syhara menerangkan.

Blair mengangguk mengerti. Lalu tersenyum lagi. Blair sangat murah senyum. Biasanya, waktu di bumi, setiap Blair tersenyum semja lelaki pasti akan melting melihatnya. Karena perempuan keturunan Prancis-Rusia itu sangat cantik dan manis, juga dengan dilengkapi dengan mata biru yang indah dan bulu mata lentiknya. Pipinya pun selalu memerah jika senyum.

Namun kali ini berbeda, jemarinya yang pucat dan bibirnya yang mulai menghitam tak bisa membohongi kekhawatiran dari Paul.
"Kau kedinginan?" Tanya Paul sambil memegang tangannya.
"Ehm... sepertinya ada yang mulai jatuh cinta," sindir Jack sambil menyubit dagu Paul pelan.
"Diam kau homo!" Kata Jack sambil memukul pundak Jack pelan.
"Astaga, apa kebiasaan kalian waktu di bumi seperti ini?" Tanya Elle sambil menggeleng pelan. Rambut coklatnya bergoyang mengambang di air.
"Sudah cukup, kasian Blair, sepertinya ia benar-benar kedinginan. Dia kan belum terbiasa dengan suhu di air dalam waktu lama," kata Emma, gadis berambut pirang itu.

Paul mendesah pelan. Tampak jelas dirinya sangat khawatir pada Blair. Segera Paul berenang dan memotong rumput laut yang paling panjang dan lebar, lalu melilitkannnya di tubuh Blair. "Sabar ya Blair, sebentar lagi kita sampai," kata Paul sambil mengajak yang lain untuk melanjutkan perjalanan. Syhara mengernyit tak suka. Mereka akhirnya melanjutkan perjalanan.

Akhirnya, beberapa jam kemudian, mereka sampai di sebuah tempat. Tempat yang asing bagi Blair, karena terlihat seperti sebuah bulu-bulu hijau yang memanjang. "Apa ini?"

"Itu softleaf Blair," kata Emma sambil memainkan bulu-bulu itu. "Apakah itu berarti daun?" Tanya Blair tak percaya. "Tentu! Lebih tepatnya daun lembut. Daun ini dapat hidup mencapai panjang sekitar 10 meter, dan hanya ada dalam kedalaman 590 KM kedalaman laut," kata Elle sambil menarik tangan Blair untuk segera masuk ke dalam. Paul, Jack, Emma, Elle, dan Syhara mengikutinya dari belakang.

Blair POV
Aku kaget bukan kepalang melihat ke dalam. Kupikir itu hanya kumpulan daun biasa. Ternyata di dalamnya bervolume. Berbagai hiasan klassic berbalut di ruangannya. Semua yang serba merah dan emas menandakan bahwa Shora menyukai warna merah dan emas.

'Dumshorr...Dumraa
we are your sweetheart coming...
Want to keep our style
And got a new clotes
Just you're..
Just you a hero for our style........'

Aku mengernyit bingung. Apa yang mereka lakukan. Setelah mereka masuk ke tempat ini, mereka langsung menyanyikan lagu itu. 'Apakah lagu itu adalah kunci untuk kedatangan shora?' Pikirku.

"Iya, lagu itu adalah kunci pemanggil Shora," kata Paul tiba-tiba.

'Aneh, Shora akan datang jika dipanggil dengan sebuah lagu. Apakah Shora itu hantu?' Pikirku lagi.

"Tidak bodoh, Shora bukan hantu. Shora itu Spelhun palsu, dari korban kecelakaan kapal, dari Amerika. Kebetulan, dia adalah designer," kata Paul menjawab kata hatiku lagi.

"Jangan terus-terusan membaca pikiranku! Ini serasa lebih jahat daripada ditipu!" Teriakku tiba-tiba hingga semuanya menoleh dan menatapku bingung

"Maaf, hehe," aku terkekeh pelan.

"Welcome darling, what can I help for you," kata orang yang disebut Shora itu tiba-tiba datang dari tirai merah dengan glitter emas di setiap sisinya. Shora sangat cantik. Tak seperti yang kupikirkan. Kupikir Shora itu berdandanan serba hitam, dan ala-ala dukun. Dengan bibir hitam, rambut keriting, dan kuku hitam panjang.

"Astaga Blair, tebakanmu buruk sekali, tentu saja Shora tidak seperti itu," Paul terbahak. Pipiki memerah karena malu. Terlebih karena sekarang Shora sedang menatapku sambil tersenyum. "Kau pasti berpikir bahwa aku itu berpenampilan serba hitam, dan ala-ala dukun. Dengan bibir hitam, rambut keriting, dan kuku hitam panjang, kan Blair?" Tanya Shora lagi. Untungnya ia tidak marah. Namun yang membuatku kesal, Jack, Syhara, Emma, Elle, apalagi Paul, tertawa terbahak-bahak tak berhenti. Bahkan Shora pun ikut tertawa.

Rasanya, aku ingin segera keluar dari kawah berapi anak krakatau sekarang juga, dan menghilang entah kemana.

Astaga, aku malu.



A.T.L.A.N.T.I.CTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang