"Oke, jadi ke mana tujuan kita sekarang?" Tanya Syhara sambil menatap Paul. Pertanyaanya membuat Emma, Jack, Blair, dan Steven mengarah pandangan ke arah Paul juga.
"Hey, kenapa kalian melihatku seperti itu? Harusnya kita berjuang dan menyelesaikan masalah bersama-sama bukan?" Paul mengernyit dan membuka kedua tangannya. Bahunya dinaikkan seolah-olah tidak peduli dengan arah tujuan mereka.
"Bukan itu masalahnya Paul," Blair mengangkat kedua alisnya.
"Lalu?"
"Aku membawa batu saphir ini," Blair memegang batu tersebut yang tergantung di lehernya.
"Lalu?"
"Astaga Paul, kau belum mengerti juga," Blair mulai jengah dan berenang berputar-putar mengelilingi kelima temannya.
"Bagaimana bisa aku mengerti maksudmu sementara kau tidak bilang! Lagipula sepertinya pikiranmu sedang semerawut saat ini jadi aku tidak bisa membacanya,"
"Astaga. Kalian membohongiku ya? Kalian bilang aku bisa kembali ke daratan. Kenapa tidak kulakukan sekarang? Aku membawa kalung ini, lagipula kalian bilang atlantic sudah memenuhi target 10.000 tumbal. Ayo bantu aku kembali ke daratan, bagaimana caranya?"
Seketika Jack dan Emma saling berhadapan lalu mengangkat bahu mereka. Paul pun memutar bola matanya malas. Sementara Elle dan Syhara saling menatap, walau kemudian mereka sadar bahwa mereka sedang bertengkar, lalu kembali mendengus dan memalingkan wajah.
"Hey, kalian ini kenapa?" Blair mulai bingung dan mengangkat kedua tangannya.
"Tidak semudah itu Blair," kata Elle sambil mengelengkan kepalanya.
"Ya, perjalanan kita masih sangat panjang," Steven menimpali
"Hey bodoh! kalau semudah itu dari awal pun kita tidak perlu susah-susah ke sini.
"Ya benar," jawab Elle dan Syhara bersamaan, sebelum akhirnya mereka saling memalingkan wajah lagi.
"Lalu...kita akan~"
"Ke gunung Daque," Jack memotong ucapanya.
"Ya, benar. Kau ingat? gunung Dasque? Tepat pengabulan satu permintaan itu sebelum akhirnya gunung itu tenggelam dan batu saphirnya hilang,"
Blair hanya mendengus pelan, kemudian Ia ber-oh ria menandakan bahwa ia mengerti apa yang dikatakan ke lima temannya.
"Seberapa jauh?" Blair mulai menggaruk tengkukya berharap perjalanan ini tidak akan memakan waktu lama.
"Sekitar lima hari," Paul mengangkat sebelah alisnya.
Blair menutup mulutnya terkejut setelah mengucap kata "Oh tidak, itu cukup lama"
"Kalau macet," sambung Paul sambil terkekeh geli.
"Argh dasar kau!" Teriak Blair sambil berlari mengejar Paul yang langsung kabur setelah berkata demikian.
Diiringi pekikan tawa teman- teman yang lain, mereka tidak sadar. Ada penguntit dari mata-mata kerajaan, Spelhun Asli. Tak hanya itu, bahkan teman mereka sendiri, ada yang cemburu. Satu diantara lima sahabat itu ada yang tidak suka melihat keakraban keduanya.
Emma menyukai Paul. Dan Jack yang menyukai Emma, mengetahui hal itu.
Sementara mereka tidak sadar, bahwa akan ada yang berkhianat.
***
"Bagaimana Golf? Apa petunjuk yang kau dapatkan?"
"Yang Mulia, mereka ada di dekat Teluk Avoste dan sedang menuju perjalanan ke Gunung Dasque,"
"Bagus, kita harus lebih dulu ke Gunung Dasque dibanding mereka. Berapa lama perjalanannya Golf?" Tanya Ratu sambil membenarkan letak mahkota buatannya dari tulang-tulang mahluk hidup
"5 hari Yang Mulia," Golf tersenyum diam-diam sambil menjeda. Lalu Ia melanjutkan, "Kalau Macet. Bahahaha...!"
"AKU TIDAK SEDANG BERCANDA!" Sang Ratu menggertak dengan tongkatnya. Seketika wajah Golf pucat, lalu ia langsung menunduk.
"3 hari Yang Mulia," sahutnya pelan.
"Baik, berarti tinggal 2 hari bagi mereka untuk sampai ke sana. Kita hanya perlu sampai lebih cepat. Yang kita perlukan adalah sebuah mantra. Mantra untuk bisa menhantar kita lebih cepat sampai ke Gunung Dasque," Sang Ratu tersenyum licik.
"GOLF, SEKARANG CARI SHORA DAN REBUT BUKU MANTERA-NYA!" Sang Ratu bicara dengan nada memerintah.
"Tapi, apakah Shora mengizinkan?"
"AKU BILANG REBUT BODOH! KITA SEKAP SHORA DAN CURI BUKU ITU!" Sang Ratu melotot dan menggertakkan tongkatnya lagi lalu tiba-tiba menghadang tongkat berujung tajam itu ke arah leher Golf.
"KUBILANG SEKARANG!" Katanya sambil memajukan tongkat itu ke depan sampai hampir mengenai leher Golf
"I.i..iya,Yang Mu..lia. T..tapi, Se..se..belumnya a...ad..da yang ingin sa..ya kk..katakan," Golf ketakutan dan jarinya memucat. Ia takut melihat kemarahan Sang Ratu yang memuncak.
"CEPA KATAKAN! JANGAN TERBATA-BATA! AKU MUAK MELIHAT SPELHUN LEMAH SEPERTIMU,"
"Oke," Golf memulai. "Aku membaca pikiran mereka dan ada salah satu spelhun palsu yang cemburu kepada Blair, karena ia meyukai anakmu,"
Sang Ratu menegang sejenak hingga akhirnya bersuara sedikit serak. " Jangan beran-beraninya kau menyebut dia sebagai anakku lagi! Ia anakku sewaktu di daratan, dan di lautan ini dia bukan siapa-siapa lagi bagiku. Mengerti?" Sang Ratu melotot da menggerakkan tongkatnya kepada Golf.
"M..mengerti Yang Mu..mulia."
"Oke lanjutkan!" Kata Sang Ratu sambil mempersilahkan golf untuk melanjutkan bicaranya.
"Kita bisa memanfaatkan anak itu untuk mengkhianati mereka Ratu," Katanya sambil terseyum licik. Sampai akhirnya ia melanjutkan perkataannya. "Kita sandera dia agar melakukan apa yang kita inginkan. Mungkin saja, rasa sakit hatinya itu cukup untuk membuatnya berkhianat,"
Sang Ratu ikut tersenyum meng-iyakan. Sementara Golf merasasenang karena usulannya disetujui Sang Ratu. Ia melanjutkan arah pembicaraanya.
"Tak behenti sampai di situ," Lanjut Golf lagi sambil tak henti-hentinya berkekeh penuh kelicikan.
"Kita juga bisa meyandera Paul agar dia berada di pihak kita,"
Ratu sejenak mengernyitkan alisnya. Lalu sebelum Sang Ratu menyangah perkataan Golf lebih lanjut, Golf melanjutkan.
"Kita buat Paul di pihak kita, agar dia lebih mudah mengambil kalung itu. Blair tidak akan mengelak pria itu. Ia pasti akan melakukan apa pun untuk Paul."
"Apa maksudmu?" Tanya Sang Ratu penuh keheranan.
Ratu tidak pernah menduga saat Golf berkata, "Kurasa Blair menyukai Paul,"
"Rencana ini tak seburuk yang aku kira," Ratu tersenyum sinis. Sampai akhirnya dengan penuh keyakinan ia berkata "LAKSANAKAN!"
Dengan senyum kemenangan Golf siap menjalakan misinya. Tidak sabar atas hadiah apa yang akan diberikan Ratu jika ia berhasil, walaupun Ratu tidak pernah menjanjikan apa-apa.
Sementara Blair, Paul, Elle, Syhara, Jack, dan Emma, mereka tidak tahu bahwa esok tidak akan sama lagi.
***
Yey. Akhirnyaa... selesai juga publish part ini.Haduh.Ini perjuangan banget ngetiknya, karena ceritanya tuh habis tukeran laptop sama kakak, ehh emang dasar dia minta kalo ada butuhnya doang.. pantes aja minta tukeran, ini laptop gak ketulungan nyusahin ampun lemotnya! aku ngetik 'R' satu kali gak keluar. Aku coba lagi ngetik 'R'sekali malah keluar dua kali. Jadi, yahh, maaf kalau ada typo. Setidaknya kalau kalian baik pasti akan menghargai usahaku. Ehe :)) #Edisicurhat
Ciee yang udah tau rahasia Paul apa hehe.. sebetulnya masih banyak rahasia masa lalu mereka yang belum di ceritain. Besok paling yah, doain biar Rara sehat-sehat aja dan bisa publish.
Okee, Then,
-See you next part-
.RaRa.

KAMU SEDANG MEMBACA
A.T.L.A.N.T.I.C
FantasyApakah kau suka laut? -aku suka Kau percaya mitos segitiga bermuda? -mungkin Percayalah kau akan menyesalinya. Karena kenyataannya, tak sesederhana itu. -RaRa-