Inget cuman fiksi, Happy Reading!
*
Xiaojun memutar gelas wine-nya pelan. Semua rencananya berjalan mulus. Proyek yang berusaha ia rintis tanpa campur tangan orang tuanya berhasil. Keuntungannya bahkan melebihi perkiraan dan target yang ia buat. Dalang kecelakaannya sudah tertangkap dan sudah dipastikan untuk menemui ajalnya sebentar lagi.
Xiaojun menghela nafas. Bahkan dengan si pelaku menyambut kematiannya rasanya juga sia sia. Adiknya tidak akan langsung bisa melihat dengan dihukumnya sang penjahat. Sialan, kenapa bahkan saat dia merasakan manisnya keberhasilan dia masih merasakan pahitnya kehidupan. Mungkin, kah ini yang dinamakan tuhan itu maha adil?
Dia terkekeh pelan. Menyebalkan. Xiaojun langsung menegak winenya dengan sekali teguk.
"Jangan minum terlalu banyak, kau akan segera mabuk.." Seseorang hendak menjauhkan Xiaojun dari botol wine edisi tahun 90-an. Mungkin karena Ayahnya penyuka wine dia jadi tahu sebua wine yang bagus batinnya.
Xiaojun langsung mengamankan botolnya, "Aku tidak berencana untuk mabuk, Hendery.. Aku hanya butuh sedikit minum." Jawab Xiaojun sambil kembali menuangkan Wine ke gelas.
Hendery hanya menggumam pelan, "kau baik baik saja? Proyek kita berhasil bukan?"
Xiaojun tertawa sumbang. "Dengan mata adikku sebagai bayarannya? Kau kira itu akan membuatku bahagia? Tidak.." desis Xiaojun sambil menggeleng kecil. Ah, sial matanya terasa panas karena di ajak berbicara soal ini.
Xiaojun menutup mata, memijatnya perlahan, memastikan air matanya tidak tumpah.
Hendery tersenyum kecil. "Kau memang sangat perhatian dengan adikmu ya.. " gimana Hendery pelan.
Xiaojun menoleh. "Apa katamu barusan?"
Hendery menggeleng. "Aku ada hadiah sebagai ucapan selamat atas keberhasilan proyek.. "
"Tidak tertarik.. " ujar Xiaojun acuh, kembali asik menangkan winenya ke gelas miliknya yang sudah habis setengahnya.
"Hei, jangan terlalu banyak minum.. katanya adikmu korban pemabuk bukan? Jadi jangan terlalu banyak minum.." Hendery menyingkirkan botol dan gelas wine milik Xiaojun.
"Hei, Itu milikku.." protes Xiaojun kesal.
"Nah, dibanding terlihat jelek dengan minum minuman yang tidak jelas. Lebih baik dengarkan aku.." ujar Hendery riang.
Xiaojun mendelik. "Apa? Jika itu bukan hal penting aku akan mengeyahkanmu agar tidak muncul lagi dihadapanku.." ancam Xiaojun.
Hendery langsung memasang wajah dramatis. "Teganya kau padaku..." Hendery mengeluarkan air mata buayanya.
Xiaojun melotot. "Cepat katakan apa! Sebelum kesabaranku habis!" seru Xiaojun kesal.
"Baiklah, Dengarkan aku.. Aku menemukan beberapa mata untuk adikmu.. Kita hanya perlu memastikan apakah itu cocok atau tidak.. " ucap Hendery dengan senyum lebarnya.
Xiaojun menatap pemuda bak pangeran itu tak percaya, memastikan kekasihnya itu tidak bercanda seperti biasanya.
"Kau senang?" tanya Hendery sembari menatap manik gelap Xiaojun dalam.
Xiaojun masih terjebak dengan ketidakpercayaan nya. "Bagaimana bisa?"
"Kau meragukan koneksiku? Aku tahu memang, aku terlihat seperti pria yang suka bermain main tapi aku-" Perkataan Hendery terputus oleh pelukan erat Xiaojun.
"Terimakasih, Terimakasih banyak.. Jika itu cocok mungkin rasa bersalah ku akan memudar.. Terimakasih.. Jika ada kata kata lebih baik dari terimakasih aku akan mengatakannya.. Sungguh.. Terimakasih.. " ujar Xiaojun dengan suara serak, ia berusaha menahan tangis bahagianya. Sungguh! Ini kabar yang luar biasa!
KAMU SEDANG MEMBACA
BLIND | NOREN
Fanfiction[COMPLETED] REMAKE STORY FROM MY FIRST STORY Apakah Tuhan membenci Renjun? Cahaya sudah hilang, Semangat hidupnya meredup. Lalu kemudian Tuhan menitipkan Malaikat kecil ke hidupnya yang kemudian menghadirkan Malaikat lainnya. Apakah Renjun harus...