Inget cuman fiksi, Happy Reading!
*
Besok paginya, Renjun mendapati ibu mertuanya berdiri di depan pintu rumahnya. Tersenyum lembut dengan sebuah paper bag besar dan tas kain yang samar tercium aroma masakan rumahan. "Aku membawa sarapan. Kalian belum sempat masak bukan?" tanya Doyoung saat dipersilahkan masuk.
"Eomma tidak perlu repot-repot.." ujar Renjun tidak enak membantu Doyoung yang sekarang sudah terlihat menjadi tuan rumah dengan menata makanan di atas meja.
"Ini bukan masalah besar, Renjun.. Aku tahu hal ini sulit sekali, jadi aku harap ini membuat kalian sedikit lebih baik.." ujar Doyoung. "Bagaimana dengan ayahmu? Apa dia baik baik saja?"
Renjun menggeleng. "Entahlah, tapi sepertinya dia akan baik baik saja seiring waktu berlalu.."
Doyoung tersenyum nanar. "Yah, aku harap begitu.."
"Appa tidak ikut kemari?" tanya Renjun.
Doyoung menggeleng. "Sepertinya sampai beberapa waktu kedepan dia tidak akan bisa kemari.." balas Doyoung pelan. "Panggil semua orang kemari, kita makan setelah itu aku punya sesuatu yang harus aku bicarakan dengan Ayahmu.."
Renjun mengangguk menurut, akhirnya beranjak pergi untuk memanggil papa dan saudara saudaranya.
"Ah, Doyoung.. kau tidak perlu repot-repot begini.." Yuta menarik kursi untuk duduk.
Yuta menatap lamat lamat makanan yang ada di atas meja. "Winwin tidak akan menyiapkan makanan seperti ini pagi pagi.." katanya lirih.
"Aku ada sesuatu untukmu dari Winwin.." Doyoung mengulurkan sebuah paper bag yang cukup besar. "Sebaiknya aku berikan saat lukamu masih basah.. agar kedepannya semua terasa lebih baik karena sakitnya sudah sekarang.."
Yuta dengan hati hati menerimanya, perlahan mengeluarkan isinya. Ada sebuah syal rajutan berwarna hitam dan sebuah kotak yang cukup besar. Rasanya sedikit berat. Saat dibuka, Yuta tertegun sejenak, ada sebuah gelas wine dan mug dengan ukiran inisial dia dan Winwin.
Yuta menatap Doyoung bingung. "Apa ini?"
"Meski ini terlalu awal, Selamat ulang tahun, Yuta hyung.. Ini hadiah untukmu.."
"Sebenarnya dia akan menyimpan sisanya, begitu sudah memutuskan akan memberikan apa. Tapi takdir berkata lain.." ucap Doyoung sendu.
"Akhir akhir dia selalu pergi keluar, bukan? Kami ikut kelas merajut.. dia yang membuat itu karena musim gugur dan dingin akan segera datang.." lanjut Doyoung.
"Lalu, ini hadiah dari ku.." Doyoung mengulurkan sebuah iPad.
Yuta mengerutkan dahinya bingung, begitu kunci layar terbuka sebuah video muncul. Yuta segera menyentuh ikon play.
"Jadi sudah putuskan mau memberi hadiah apa?" Suara Doyoung terdengar dengan wajah bingung Winwin memilah barang barang.
"Aku tidak tahu, kira kira yang mana harus aku berikan ya?" Wajah bingung Winwin membuat Doyoung memekik. "Astaga, jangan pasang wajah begitu aku bisa saja menggigitmu!" seruan Doyoung langsung dibalas wajah datar Winwin.
"Hyung, aku sedang bertanya.." keluhnya.
"Ok, Rajutan ini?" Doyoung menunjukan syal hitam. Wajah Winwin kembali berpikir. "Tapi tidakkah terlihat aku begitu buru buru mengerjakannya? Ada beberapa sisi yang terlihat tidak rapih.." keluh Winwin.
Doyoung tergelak. "Memangnya Yuta akan langsung membuangnya jika dia tidak suka? Oh astaga! Kuenya! Sebentar.." Doyoung meletakkan kamera begitu saja di meja masih dengan kamera menyala, cukup jelas menyorot Winwin yang akhirnya meletakkan semua itu dan mengeluarkan selembar kertas.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLIND | NOREN
Fanfiction[COMPLETED] REMAKE STORY FROM MY FIRST STORY Apakah Tuhan membenci Renjun? Cahaya sudah hilang, Semangat hidupnya meredup. Lalu kemudian Tuhan menitipkan Malaikat kecil ke hidupnya yang kemudian menghadirkan Malaikat lainnya. Apakah Renjun harus...