8. Responsibility

5.8K 549 53
                                    

Inget cuman fiksi, Happy Reading!

*

Xiaojun bergerak menuju tepi kasur milik sang adik, perlahan mengusap rambutnya. Menatap lelapnya sang adik. 

Namun memang mungkin Renjun yang sensitif, tubuhnya menggeliat pelan. "Siapa? Gege?" tanya Renjun memastikan. "Eung.. Ini aku.." balas Xiaojun pelan. 

"Maaf mengganggu tidurmu. Apa semuanya baik baik saja hari ini?" Xiaojun bertanya. 

Renjun balas dengan gelengan. "Tidak, aku ingin minta maaf padamu. Maaf karena sempat menyalahkanmu terhadap apa yang terjadi padaku.." ujar Renjun pelan. 

"Tidak, tidak apa apa.. memang harusnya aku yang seperti ini, bukan dirimu.." kata Xiaojun penuh rasa bersalah. 

"Ini bukan salah kita berdua, ini adalah hal yang dibuat oleh orang jahat yang iri pada pencapaianmu. Jadi, jangan merasa bersalah lagi.." 

"eung, ayo kita bahagia bersama.."

*

Jeno sedang mengetik laporan hasil proyek observasinya saat mendengar pintu kamarnya dibuka. Kepalanya menoleh, mencoba mencari tahu siapa yang datang tanpa mengetuk. 

"Eomma?" panggilnya ragu. 

Doyoung tersenyum tipis. "Eomma sudah mengetuk beberapa kali? Fokus sekali sampai tidak mendengarnya hm?" Doyoung bergerak menghampiri Jeno, ikut melihat apa yang putra bungsunya kerjakan. 

"Perusahaan sepertinya menerima proposal pengajuan desainmu, ya? Kerja bagus.. Kau sudah bekerja keras untuk ini.." Tangan sang ibu terasa mengusak rambutnya lembut. 

"Eomma, Aku minta maaf.." desis Jeno pelan. "Aku tidak punya pembelaan apapun. Itu salahku karena minum terlalu banyak.." Jeno menunduk. Doyoung terkekeh pelan, tingkah Jeno sekarang serupa dengan anak anjing yang sadar melakukan kesalahan terhadap tuannya. 

"Bukan Eomma yang harusnya kau mintai maaf, Jeno.. Kau paham itu.." ujar Doyoung lembut. 

"Yah, karena aku minta maaflah wajah tampanku punya hiasan biru biru sekarang.." Jeno menghembuskan nafasnya. 

Doyoung tergelak, segera menangkup wajah sang putra. Memindainya lebih rinci. "Benar, wajah Jeno sekarang terlihat lebih jelek.." 

Jeno merengut. 

"Ayo turun, Appa sudah menunggumu dibawah.." ajak Doyoung. 

"Appa pasti marah sekali.." desis Jeno pelan. Doyoung tersenyum. "Yah, mungkin saja.." 

"Kenapa Eomma tidak marah juga pada Jeno? Jeno salah.." Jeno mengekori Doyoung dari belakang. 

"Manusia itu bukan makhluk sempurna, Jeno.. Jadi, mereka bisa melakukan kesalahan. Dan, apa yang dilakukan Jeno memang mengecewakan. Eomma bukan begini karena tidak marah pada Jeno. Selama, Jeno akan mempertanggungjawabkan atas kesalahan Jeno. Eomma akan berada dipihak Jeno.." Sesaat setelah mengatakannya Doyoung bisa merasakan sebuah pelukan melingkupi tubuhnya.

"Jeno sayang Eomma.." bisiknya. 

"Eomma juga sayang Jeno.." 

"Sudah kegiatan mengharukannya?" Suara dingin ayahnya terdengar.

"Jae.. Jangan terlalu dingin pada putramu sendiri.." sela Doyoung. 

"Jangan ikut campur, hyung.. Pergi dari sini atau duduk yang tenang. Hanya itu pilihanmu.." desis Jaehyun datar. Doyoung menutup mulutnya, menatap suaminya getir. Kepalanya ia balik untuk memberikan Jeno senyum untuk menguatkan sebelum akhirnya duduk disamping Jaehyun. 

BLIND | NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang