Inget cuman fiksi, Happy Reading!
*
Jeno membuka matanya perlahan. Dia sadar bahwa ini adalah hari baru untuknya. Kemarin adalah awal dia membuka lembaran baru bersama seseorang yang ia ambil untuk dijadikan tanggung jawab seumur hidupnya.
Jeno menoleh ke samping, Renjun masih tertidur. Nafasnya terlihat teratur. Ia menatap Renjun intens. Renjun sangat cantik sekali, kulitnya yang putih, bibirnya yang tipis dan terlihat selalu lembab. Jeno baru tahu ada banyak rangkaian perawatan yang Renjun gunakan sebelum tidur. Termasuk untuk membuat bibirnya tampak lembab begitu.
Renjun cantik sekali. Jeno tidak akan bosan memuji Renjun, tidak akan.
Jeno mengusap kepala Renjun lembut lalu mengecupnya pelan. Perlahan ia bangkit, ia tidak bisa masak mungkin hari ini mereka harus delivery makanan saja. Untuk sarapan Jeno kira masih ada sereal dan roti.
Dia seorang kepala dari sebuah keluarga. Jadi, dia tidak bisa mengandalkan ayah dan ibunya lagi.
"Uhm, Siri.. Jam berapa sekarang?" Suara serak Renjun membuat Jeno berbalik. Renjun terlihat lucu sekali dengan rambut yang mencuat disana sini sambil mengusap matanya pelan lalu perlahan bangkit.
"Masih jam 7, kau mau langsung sarapan atau tidur lagi? Kau pasti lelah.. " ujar Jeno lembut.
Tubuh Renjun langsung menegang, tersadar dia sudah menjadi bagian dari hidup Jeno mulai kemarin usai mengucapkan janji suci.
"Ah, euhm.. A- aku.. Itu, Jeno.. Uhm.. " Renjun mendadak gugup. Ia benar benar lupa sudah menjadi seorang Jung sekarang.
"Selamat pagi, Renjun.. Selamat menikmati hari pertama pernikahan kita.." ucap Jeno kembali duduk disamping Renjun.
"S- selamat pagi.." cicitnya pelan.
Jeno tertawa. "Ayo sarapan.. Tapi mungkin hanya ada Roti dan sereal, tidak apa apa?" Tanya Jeno.
Renjun menunduk. "Maaf, Jeno.. Aku tidak bisa seperti yang lainnya yang bangun lalu menyiapkan sarapan.. " kata Renjun sendu.
Jeno bawa tangan Renjun untuk ia genggam erat. "Bagiku Renjun yang seperti ini cukup. Kau tidak perlu melakukan apapun, cukup berada di sampingku aku sudah bahagia Renjun-aa.."
Renjun berdesis. "Bahagia macam apa yang kau bicarakan.. Kita bahkan bertemu karena kecelakaan" sela Renjun sarkastis.
Jeno tersenyum geli. Tangannya menangkup wajah Renjun memperhatikan detail wajah Renjun. Menciumnya lembut.
Renjun merasa seluruh indranya terhenti bekerja. Pipinya terasa memanas dan seperti ada banyak kupu kupu yang berterbangan di perutnya.
Jeno menyudahi ciuman mereka. Tersenyum lebar. "Kau merasakannya? Seperti ada banyak kupu kupu di perut" Ujar Jeno terdengar sangat serius sambil menyentuh perut si cantik.
Renjun menunduk, wajah sampai telinganya merah sekali.
"A- Ayo makan.. Tadi kau menawarkan sarapan, kan?" Balas Renjun berusaha mengalihkan topik. Jeno tertawa kembali mengecup kening Renjun sekilas sambi menyempatkan marapikan rambut Renjun, lalu kemudian menggendongnya.
"Jeno! Aku bisa berjalan! Aku harus berjalan agar bisa hafal letak apartemen mu!" Seru Renjun panik. Ia malu sekali. "JENO! Aduh!"
"Tidak apa apa.. Waktu kita banyak. Kita masih punya waktu selama aku cuti?" Jeno tertawa. Melihat Renjun bersemu akan menjadi candunya. Rasanya menyenangkan untuk dilihat dan hatinya entah kenapa terasa nyaman.
Jeno berharap waktu berhenti sejenak untuk saat ini. Semoga roda Renjun berhenti dibagian penuh bahagia. Tuhan, tolong jaga rasa bahagia Renjun, jangan sampai hilang. Jangan sampai cantiknya bersedih dan bermuram durja. Tolong, jangan ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
BLIND | NOREN
Fanfiction[COMPLETED] REMAKE STORY FROM MY FIRST STORY Apakah Tuhan membenci Renjun? Cahaya sudah hilang, Semangat hidupnya meredup. Lalu kemudian Tuhan menitipkan Malaikat kecil ke hidupnya yang kemudian menghadirkan Malaikat lainnya. Apakah Renjun harus...