Inget cuman fiksi, Happy Reading!!
*
Renjun terbangun dengan tubuh pegal. Matanya mengerjap pelan perlahan meraba tangannya ke sampingnya tapi, kemana dia? Dia beranjak untuk duduk dan menoleh ke sampingnya. Kosong.. Ah, entah sejak kapan rasanya udara disekitarnya menipis, dia juga sulit sekali bernafas.
Pandangannya terasa gelap, ah tidak tidak.. dia sudah bisa melihat. Operasi- ya berkat operasi yang katanya membuatnya tertidur selama 2 minggu itu akhirnya dia bisa melihat.. Tapi kenapa rasanya dia tidak bisa melihat apapun?
Oh, Pernikahan- ya Renjun sudah menikah. Terburu buru meraba tangannya tapi kosong,dimana cincinya?
Jisung bayi- mereka- Nafas Renjun seperti habis. Semuanya bukan mimpi, kan? Itu bukan ilusi. Dia sudah menikah dengan Jeno.Pria paling baik yang Renjun kenal. Nafasnya kian putus putus.
Akhirnya, Renjun buru buru bangkit namun rasa sakit di bagian bawahnya menyadarkannya semalam bukan mimpi. Tapi dimana Jeno? TIdak waktu itu juga sesakit ini. Tidak, tidak.. dia tidak lagi dalam situasi itu. Ini berbeda! Sesak sekali..
Renjun harus tenang, perlahan matanya mulai fokus dan perlahan meski sulit dia berusaha memaksakan diri untuk bangkit. Renjun menggeleng pelan. Jeno tidak akan pernah meninggalkannya, tidak akan pernah. Renjun segera meraih bathrobe dan memakainya dengan cepat. Berjalan tertatih untuk mencari suaminya.
"Renjun? Kau sudah bangun?" Sebuah suara membuat mata Renjun memanas, pandangannya kembali mengabur.
"Hiks.. Jeno.." panggil Renjun lirih. Tubuhnya limbung namun beruntung dengan sigap Jeno menangkapnya.
"Kenapa hmm?" tanya Jeno lembut.
Renjun menggeleng, masih menangis. "Apa aku menyakitimu?" tanya Jeno lagi. "Apa masih sakit? Harusnya kau tidak memaksakan diri.." Jeno mengusap air mata yang terus membasahi pipi bulat sang kesayangan.
"Aku hiks.. Aku kira Jeno meninggalkanku lagi.. " jawab Renjun dengan suara pelan, memeluk suaminya erat seolah jika ia melepasnya barang sedetik Jeno akan kembali menghilang.
Jeno terdiam, mengusap punggung Renjun lembut. Matanya menatap lantai kamar nanar, Ia tersenyum miris. Dia masih menjadi bagian menakutkan dari masa lalu untuk Renjun ternyata ya?
"Tadi Jisung menangis dan aku Memberinya susu yang di kulkas. Sepertinya kau harus memompa Asi lagi mama.." bisik Jeno lembut sambil melepas pelukan mereka lalu mengusap kembali air mata Renjun lembut.
Renjun mengangguk dengan hidung merah, masih sedikit sesenggukan. Jeno tertawa kecil, mencubit pipi gembul Renjun gemas.
"Sekarang mama mandi, ok.. Biar papa yang menyiapkan sarapan.. " Jeno mengecup kening, pipi serta bibir Renjun.
"Tidak ke kantor?" tanya Renjun serak.
Jeno kembali menampilkan eye smilenya. "Setelah memastikan kau dan Jisung baik baik saja.. " ujar Jeno sambil berlalu.
Mau tak mau Renjun tersenyum lega. Matanya memejam pelan. Masa lalu hanya Masa lalu Renjun. Semuanya akan baik baik saja sekarang.
*
Renjun bisa merasakan aroma teh dan kopi bersamaan saat kakinya mulai masuk ke arena dapur.
Jeno menyiapkan roti panggang serta segelas teh untuk Renjun. Hati Renjun entah kenapa terasa menghangat melihat Jeno mau merepotkan diri di dapur begini, yah meski untuk hal sederhana seperti ini. Tapi Renjun tetap menyukainya. "Kau belum bersiap ke kantor?" tanya Renjun mendudukkan dirinya diatas kursi.
"Sebentar lagi, Jisung sudah mandi dan wangi.. Anak itu sudah kembali tidur. Apa dia memang sehat? Tidak sakit? Apa kita perlu memeriksanya ke dokter? Biar aku ambil cuti hari ini.." balas Jeno serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLIND | NOREN
Fanfiction[COMPLETED] REMAKE STORY FROM MY FIRST STORY Apakah Tuhan membenci Renjun? Cahaya sudah hilang, Semangat hidupnya meredup. Lalu kemudian Tuhan menitipkan Malaikat kecil ke hidupnya yang kemudian menghadirkan Malaikat lainnya. Apakah Renjun harus...