23. Bittersweet Goodbye

4.6K 385 69
                                    

Inget cuman fiksi, Happy Reading!!

*

Sebelum pulang, Jeno dan Renjun memutuskan untuk berkunjung  ke Rumah orangtua Renjun. Namun siapa sangka Jeno malah mengerutkan dahinya bingung melihat siapa yang membuka pintu. "Eomma? Kenapa Eomma berada di rumah Mama?" tanya Jeno bingung. Dia tidak salah dengan arah rumahnya, kan?

Jeno mundur sejenak untuk melihat Rumah yang dia datangi. Benar rumah Mama dan Papa, kok..

Doyoung tergelak. "Kami sedang double date, kalian mau ikutan? Kalau begitu si kecil ini harus dibiarkan tidur dulu agar tidak merusuh.." Doyoung menyentuh ujung hidung Jisung membuat si Bayi yang tidak mengerti apapun itu malah tertawa karena sentuhan di hidungnya.

Doyoung tersenyum lebih lebar. "Astaga lucunya.. kalau begitu karena cucuku gemas sekali, dia boleh ikut!"

"Hyung? Siapa yang- oh Renjun? Mau bergabung bersama kami? Kamu sedang menggelar acara minum teh.." tawar Winwin.

"Haruskah kita melakukannya?" Renjun menatap Jeno meminta persetujuan.

"Aku akan ikut dengan semua keputusanmu.." ujar Jeno dengan senyumnya.

"Loh? Kalian sengaja kemari?" Jaehyun ikut melongok mengecek siapa yang datang.

"Tidak, kami mampir kebetulan kami ada urusan di luar jadi sekalian kemari.." jawab Renjun sopan.

"Memang urusan apa?" Yuta ikut ikutan muncul.

"Loh? Mejanya bagaimana? Memang salah mempercayakannya dengan kalian.." gerutu Doyoung kembali ke belakang.

"Kami baru bertemu guanlin.." kali ini Jeno yang menjawab.

"Oh? Ada urusan apa lagi? Dia meminta Renjun kembali padanya karena pertunangannya gagal?" tanya Yuta datar.

"Papa tahu dia bertunangan? Kenapa tidak bilang padaku?" protes Renjun pelan.

"Ya, Papa kira kalian sudah putus?" balas Yuta tidak peduli.

Renjun menghela nafas. Ya sudahlah..

Winwin menatap Renjun lamat lamat. "Jadi saat kejadian itu, Injun hendak menemui Guanlin? Kenapa tidak bilang pada Mama?" Winwin segera merangkul lengan Renjun untuk dia bawa ke meja acara minum teh.

Renjun hanya bisa diam tanpa bisa menjawab, lalu kemudian menjawab dengan lirih. "Karena saat itu Papa tidak menyukai Guanlin sekali, Mama juga begitu. Injun juga sudah membuat banyak sekali kesulitan untuk kalian. Makanya.. Injun mencoba sendiri, tapi akhirnya malah buruk sekali dan semakin menyusahkan kalian.." lirih Renjun.

Winwin tersenyum mafhum. "Kami tidak pernah menolak Guanlin, sayang.. Siapapun pasanganmu Papa memang selalu begitu. Ingat bagaimana dia menghadapi Jeno juga?" ucapan Winwin membuat Renjun terkekeh.

"Sayang, apa kau merasa disulitkan oleh Jisung? Jawabanmu adalah jawaban kamu juga sebagai orang tua, Sayang.." lanjut Winwin.

Renjun menatap Winwin. "Maaf saat itu, Renjun hanya.. yah.."

Winwin mengangguk. "Tidak apa apa.. Mama dan Papa mengerti sekali.."

"Dan lagi, apa yang terjadi kemarin bukankah itu membuat takdir kita yang hari ini?" tanya Renjun.

Winwin kembali mengangguk. "Tentu saja.. Tanpa kejadian itu tidak akan ada Jisung dan Mama tidak akan bertemu sahabat Mama lagi.." Winwin tersenyum lembut. "dan adanya Jisung membuat Mama sadar sekarang Mama sudah nenek nenek.." ucapan Winwin membuat Renjun tergelak.

"Terimakasih karena sudah bertahan sejauh ini, Anak Mama.." Winwin bergerak memeluk Renjun erat.

"Terimakasih karena Mama dan Papa tidak pernah menyerah untukku..." balas Renjun dengan suara bergetar.

BLIND | NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang