Rumit

93 8 1
                                    

Ehmm di multimedia ada Jeevan Warmer Antonio.

----

Hari ini mungkin Keyla bukan seperti biasanya, ia lebih banyak diam. Sejak kejadian kemarin, gadis itu mungkin kehilangan sebagian semangatnya tapi itu pasti tak akan berlangsung lama karena Keyla bukanlah gadis biasanya. Dia terlalu periang.

Keyla terdiam ditempatnya, di tengah-tengah kantin yang cukup ramai. Dia asyik dengan rotinya, mungkin karena hari ini ia tak sarapan jadi Keyla lebih memilih makan dikantin daripada harus pingsan hanya karena memikirkan sesuatu hal yang tak pasti.

Seseorang mengetuk-ngetuk bahunya pelan dan duduk disamping gadis itu. Nathan memberikan sebotol susu yang dibelinya di koperasi sekolah.

"Kok lo tau gue suka susu strawberry?" tanya Key heran.

"Kemarin gue lihat lo minum jus strawberry jadi gue beranggapan lo suka strawberry." Jawabnya mantap.

Nathan menatap gadis di sampingnya, menurutnya Jeev benar-benar keterlaluan karena mencampakkan gadis yang begitu sempurna.

"Jadi?" ucap Nathan lagi.

Key menautkan kedua alisnya, bingung. "Jadi apa?"

"Mana ucapan terimakasihnya?" tanya Nathan sambil tersenyum.

"Oh, ok thanks." Jawab Key membalas senyumannya.

Senyumnya aja ngalahin manisnya susu, batin Nathan.

"Gue maunya lo makan siang bareng gue, gimana?" tawar Nathan, ia berharap Key tak menolak permintaannya itu walaupun Nathan tahu keadaan gadis itu tidak baik sekarang.

"Ok, tuan itungan!" jawab Key menjulurkan lidahnya dan pergi meninggalkan Nathan yang kini tengah menatapnya jauh sambil tersenyum.

Di tempat lain, Jeev menarik nafasnya yang mulai sesak saat kilasan-kilasan tentang janjinya pada gadis kecilnya itu kembali menghantui pikirannya. Dan kepalanya berdenyut menyakitkan saat memori itu kembali.

Flashback

Gadis kecil yang selalu dipanggil Cila itu tengah menatap lekat-lekat lelaki yang dihadapannya kini. Mereka berdua sedang berada ditengah hutan dengan suasana malam yang gelap tapi kerlap-kerlip bintang dan kunang-kunang memberikan mereka cahaya.

"Nama kamu siapa?" tanya gadis yang memakai bando pink berbentuk pita.

Lelaki itu menatapnya, "Jeevan."

"Ecan?" tanya nya lucu.

Jeevan kecil tampak kesal menghadapi gadis dihadapannya, "Jeevan bukan Ecan."

"Van?" ucapnya lagi. Bukan kesalahan lagi, hanya saja Jeevan kecil biasa dipanggil Jeev bukan Van. Mungkin ada pengecualian untuk gadis itu.

"Kamu kenapa ada dihutan?" tanya Jeevan.

Cila memainkan jemarinya, "Aku...tersesat."

"Nama kamu siapa?" tanya Jeevan balik.

"Aku? Cila." Ucapnya sambil menunjuk ke dirinya sendirinya.

"Van bakal nemenin kamu disini sampai ada yang jemput kamu." Ucap Jeevan penuh perhatian.

Gadis itu tersenyum senang, "Terimakasih Van. Aku...suka sama Van."

Jeevan yang mendengarnya pun tersenyum.

Teriakan banyak orang menyadarkan mereka mungkin karena orang-orang itu sedang berteriak nama si gadis kecil yang ada di samping Jeevan.

HopeloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang