5. DARKEST SHADOW

31 5 66
                                    

"Hoahmm

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hoahmm ...."

Terdengar leguhan panjang dari tangga penghubung antara kedua lantai rumah. Saat mendapati seseorang dengan badan sedikit berisi tengah menyiapkan sarapan, gadis berpiyama biru itu bertanya, "Pulang jam berapa, Ma?"

"Mungkin tiga puluh menit lalu. Kenapa? Adek kangen, ya?" tanya Elvira Rosa—mamanya Annora. Sembari ia mengecilkan api kompornya.

"Hu'umm." Nora mengangguk dengan mengerucutkan bibirnya, lalu ia mempercepat langkah mendekati Rosa. Ia rentangkan kedua tangan, memberi kode agar segera diberi pelukan sebagai pengisi daya semangatnya.

"Utututu ... baru juga ditinggal sehari." Rosa melepas sejenak spatula lalu ia balas dekapan manja dari putri bungsunya. Ibu rumah tangga itu mengacak gemas surai legam Annora.

"Papa mana, Ma?" Nora bertanya masih di posisi yang sama.

"Udah ke kantor, katanya ada meeting sama klien pagi ini," jelasnya membuat Nora mengangguk paham.

Nora menyudahi kegiatan melepas rindu dan segera membantu mamanya mengatur meja makan. Ia letakkan piring putih bersih bernominal tiga di atas meja, lalu sendok, garpu dan gelas berjumlah sama. Tidak lupa Nora meraih toples di kabinet atas berisikan kerupuk udang favorit kakaknya. Sebab Arkan selalu memakan nasi goreng kesukaannya bersamaan dengan kerupuk berbentuk lebar dan tidak menentu ukurannya itu. Seperti sudah menjadi kewajiban baginya.

"Kakak mana, Dek? Bangunin gih. Nasi gorengnya udah mateng, enggak enak kalau dingin." Rosa mematikan kompor yang digunakannya. Mulailah ia menyendok hasil masakan tersebut ke dalam mangkuk transparan yang biasanya dipakai untuk sup.

"Siap, Ma! Kalau perlu Nora siram pake air biar bangun," sahutnya sembari hormat ala tentara dengan wajah jahilnya. Rosa mengacungkan jempol dukungan sebelum Nora berlalu menuju kamar Arkan yang juga terletak di lantai dua.

Tok! Tok! Tok!

"Kak! Udah bangun belum?" Nora memberi usaha pada handle pintu, tetapi dikunci. Ia mendekatkan telinganya di pintu kayu cokelat itu, senyap, tidak ada suara meski sedikit.

Merasa tidak mendapat tanggapan, Nora kembali mengetuk dengan semangat. Ditemani mata lelahnya yang tidak bisa disembunyikan akibat mimpi buruk semalam. "Hellooo? Kak Anza, bangun!"

"Kalau yang ketiga ini nggak dijawab, pintunya Nora dobrak! Jangan salahin kalau rusak." Nora mengeluarkan jurus ancamannya pada Arkan.

"Ck! Iya iya bawel ... ini bangun kok! Udah sana," usir Ray Arkanza Sayudha dengan nada lemas khas bangun tidur.

"Buruan, sebelum nasi goreng seafood kesukaan lo Nora habisi—"

Cklek!

"Duluan, bye!" Ketika pintu terbuka, keluarlah si pemilik kamar dengan rambut berantakan. Dengan semangat ia berlari menuju dapur bersamaan dengan wajah bantalnya.

BAD LIAR (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang