8. RAINY-DAY

22 5 58
                                    

Sang fajar perlahan turun, pancaran sinarnya pun mulai redup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sang fajar perlahan turun, pancaran sinarnya pun mulai redup. Kini gerimis turut mengguyur SMA Bina Bangsa di saat beberapa murid masih hadir karena ekstrakurikuler pilihan wajib bagi mereka. Terkhusus bagi kelas 10 dan 11. Meski tak jarang dari mereka memilih bolos atau bahkan pulang tanpa izin.

Di sebuah ruangan yang tidak seberapa luas mulai menggelap, sebab sinar matahari tidak lagi mencapainya. Ruangan tersebut dilengkapi AC berkualitas tinggi, nominalnya tak hanya satu, sudah pasti suhu dingin menyebar hingga ke seluruh penjuru ruangan. Namun, suasana yang tercipta dari dua insan yang saling meninggikan suara, menghasilkan hawa panas yang membara.

Dalam keadaan pintu tertutup rapat, terlihat dua murid berjenis kelamin berbeda saling adu argumen. Siswi itu tidak gentar sama sekali saat diteriaki. Sebaliknya, ia berpegang teguh pada pendiriannya. Jika dilihat dari cara berinteraksi, mereka saling kenal satu sama lain, bahkan terbilang cukup akrab. Akan tetapi hasrat yang telah dipendam lama oleh siswa itu akhirnya terkuak. Ia beberkan segala keresahannya pada perempuan yang lebih tua beberapa tahun darinya itu.

"Hoahmm ...." Terdengar lenguhan panjang di sisi yang berbeda. "Sial! Siapa, sih? Berisik banget, ganggu tidur gue aja," monolog seseorang dari balik ruangan kecil yang juga terhubung dengan ruangan tersebut.

Kala tubuh bangkit sepenuhnya, suasana ribut tadi menghilang. Jelas saja, rasa penasaran memburunya. Mengapa suara yang menggangu tidur lelapnya itu hilang secara misterius? Sebenarnya apa yang tengah terjadi di luar? Apa yang telah terlewatkan olehnya?

Perdebatan tadi berubah menjadi sunyi dalam hitungan detik. Karena situasi yang mengharuskan. Sebuah ketidaksengajaan berakhir menjadi insiden yang tidak pernah terbayangkan.

Dughk!

Suara tersebut berasal dari kedua lutut seseorang yang menjatuhi keramik polos. Perlahan seluruh tubuhnya terkulai lemas hingga menyentuh lantai dingin tanpa alas. Perempuan tegas tadi kini tidak berdaya lagi.

"Hahhh ...." Bibir pucatnya terbuka dan menutup. Cuma lirihan yang terdengar. Kata sudah berada diujung lidah, tapi rasa sakit yang luar biasa menghentikannya.

Deru napas mulai terputus-putus. Air mata kepedihan mengalir bersamaan dengan darah segar yang merembes hingga ke seragam putihnya. Disaksikan lah netra seorang laki-laki yang menampilkan rasa bersalah dan menyesal di waktu bersamaan.

"K-Kak ...." Suara beratnya disertai rasa gugup yang mendalam. Tangannya gemetar hebat dengan menggenggam erat sebilah pisau tajam di tangan kirinya. Kedua kaki ikut melemas, menyaksikan kondisi mengenaskan gadis yang dicintainya. Air mata penyesalan turut mengalir.

Bibir siswi yang dipanggil, kembali terbuka. Tangannya yang mulai dingin mencoba menyentuh kulit pemuda itu. Kedua pasang mata saling beradu dengan berselimutkan hawa mencekam. Kesunyian hadir di antara mereka. Hanya terdengar deru napas yang memburu dari laki-laki di sisinya. Sementara si gadis pemberani perlahan mulai hilang kesadaran sedetik setelah memuntahkan cairan darah dari sela bibir tipisnya. Alat musik yang ikut hadir di sana menjadi saksi bisu, sebuah tragedi yang merenggut nyawa seorang siswi di SMA Bina Bangsa.

BAD LIAR (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang