5 | Married

3.6K 279 13
                                    

Jangan lupa vote & komen ..

***

Bab 5 : Married

***

"Wahhh, akhirnya datang juga calon mantuku,"

Kedatangan Arga disambut hangat sang pemilik rumah yang sebentar lagi akan menyandang status sebagai bapak mertua. Pria tiga puluh tahun itu pun segera menyalami Pak Raden yang terus membagi senyum hangat.

"Maaf, Pak. Agak sedikit terlambat karena tadi sempat terjebak macet." Ujar Arga menjabarkan alasan atas keterlambatannya.

"Oh, nggak masalah. Lagi pula, pak penghulunya juga belum lama datang. Dan ngomong-ngomong, bukannya semalam saya sudah menyuruh kamu memanggil saya dengan sebutan papa?"

Arga tersenyum kikuk.

Pria itu tiba kemarin siang setelah menempuh perjalanan selama berjam-jam. Lalu malamnya Raden mengajak bertemu untuk makan malam bersama sekaligus membicarakan perihal pernikahan hari ini.

"Maaf Pa,"

Raden menepuk pundak calon menantunya.

"Kamu santai saja, Ga. Saya terima kamu sebagai menantu dengan tangan terbuka. Jadi berhenti bersikap canggung dan sering-sering lah main kesini,"

Arga mengangguk kecil bersama senyum tipisnya.

Ajang balas budi.

Entah mengapa sekarang Arga malah ragu pada praduganya sendiri. Jika memang menginginkan balas budi atas kebaikan yang telah diterima keluarganya, nyatanya Pak Raden orang yang sangat baik sejak dulu. Selain itu, Pak Raden pasti memiliki banyak kandidat yang jauh lebih baik untuk putrinya.

Tapi, mengapa malah memilih dirinya?

"Maaf Pa, sebelum kita memulai ijab qobul. Apakah saya boleh bertanya?"

Semalam dia hanya diam dan bersikap pasrah. Namun hari ini, dia tidak bisa menahan rasa penasarannya lagi.

"Silakan," Pak Raden mempersilahkan.

"Um, kalau boleh tahu, kenapa Pak Raden memilih saya sebagai menantu di rumah ini? Maksud saya, Bapak pasti memiliki banyak kenalan hebat. Tidak sedikit dari mereka yang mempunyai seorang putra yang tidak kalah hebatnya. Tapi mengapa Bapak malah memilih saya?"

Mendengar pertanyaan itu, sontak Raden tertawa renyah lalu menepuk-nepuk pundak Arga.

"Kamu benar, Ga. Saya memang punya banyak kenalan. Nggak sedikit dari mereka yang ingin menjadikan putri-putri saya sebagai menantu. Tapi, saya kurang cocok."

Arga mengernyitkan dahi.

"Maksud Bapak?"

"Gini, Ga. Anggap saja saya sudah memiliki segalanya. Istri dan anak-anak yang menyayangi saya. Pun soal harta yang In Syaa Allah, cukup buat saya sekeluarga. Nah masalahnya, saya butuh menantu yang bisa membimbing putri saya. Dan kebetulan dulu sewaktu saya main ke rumah orang tua kamu, saya sudah jatuh hati dengan kepribadian kamu, Ga. Sangat disayangkan jika saya tidak bertindak cepat untuk menjadikan kamu sebagai menantu," kekeh Raden yang kemudian merangkul pundak calon menantunya.

"Kamu keliatan pria yang sabar, pekerja keras, dan juga sholeh. Saya sangat yakin kalau kamu pria yang bertanggungjawab seperti Pak Danar." Ucapnya seraya melirik calon besannya yang ikut tersenyum.

"Makanya saya tidak ragu untuk menyerahkan putri saya kepada kamu, Ga." Raden kembali berujar mantap. "Sebenarnya sih, saya mau menikahkan kalian sejak dulu. Cuma putri saya terlalu keras kepala. Kebetulan sekarang dapet momen yang pas, makanya saya mau kamu menikahi Kara secepatnya." Kekehnya.

Mengejar AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang