2 | Punishment

4K 312 0
                                        

Jangan lupa vote & komen ..

***

Bab 2 : Punishment

***

BRAK!!

Kara hanya melirik sekilas ke arah pintu kamar yang didobrak kencang oleh sang ayah yang sudah ia ketahui kepulangannya melalui balkon kamar.

Mematikan putung rokok dan membuangnya ke dalam tempat sampah terdekat, wanita yang sebentar lagi akan genap berusia 28 tahun itu membalikkan badan bersama senyum lebarnya.

"Hai, Pap. Udah pulang?" Tanyanya santai.

Dengan tangan mengepal kuat disisi tubuh, Raden berusaha menetralkan kembali detak jantungnya.

Menghadapi putri sulungnya memang cukup melelahkan.

Jadi untuk menjauhi serangan jantung mendadak, Raden berusaha bersabar dan mengenyahkan seluruh amarah.

"Sepertinya kelonggaran yang Papa berikan tidak berarti apapun, ya?" Sindirnya telak seraya berjalan mendekati sang putri.

Sementara istrinya, Inka, memilih berdiri diambang pintu sembari memastikan bahwa sang suami tidak melakukan kekerasan pada putri mereka.

"Pada akhirnya Hiro mengotori nama kamu," masih dengan nada menyindir, Raden bersandar pada pagar besi yang mengelilingi lantai balkon. "Pria yang kamu cintai hanya bisa merusak reputasi baik yang selalu kamu jaga selama ini dan juga mencoreng nama baik perusahaan yang sudah Papa bangun dengan susah payah."

"To the point aja deh, Pa. Papa mau Kara melakukan apa?"

Tahu betul jika kedatangan sang ayah bukan hanya untuk memberi sindiran semata, Kara yang masih membutuhkan waktu sendiri, hanya menginginkan kepergian orang-orang dari kamarnya sesegera mungkin.

Andai pagi itu bukan orang-orang ayahnya yang membawa ia kembali, mana sudi ia di penjara di rumah ini. Lebih baik mendekam di rumah pribadinya dengan damai.

"Bukannya kamu sudah paham apa yang Papa mau?"

Raden membalikkan badan. Memberi punggung pada sang putri sembari menatap jalanan sekitar rumah yang cukup sepi.

"Jauhi Hiro. Tapi sayangnya kamu mengabaikan perintah Papa," desahnya kecewa. "Hiro bukan pria yang baik. Dia hanya seorang pecandu dan pemabuk."

"Tapi Hiro berjanji akan berubah, Pa. Bahkan sebelum malam penangkapan, sudah satu minggu Hiro belajar menjauhi barang itu."

"Kamu tidak sepintar yang Papa duga ternyata," Raden menoleh bersama cemoohan yang meluncur dari mulutnya. "Setelah hampir mendekam di penjara gara-gara ulah pria sialan itu, kamu masih saja membela dia?!"

"Pa, Kara janji akan menuruti apapun kemauan Papa. Tapi tolong, berikan kami restu, Pa."

Raden tertawa keras yang seketika membuat Kara menelan ludah.

Berpikir akan mendapatkan setidaknya dua tamparan di pipi, ternyata ayahnya tidak memberikan hukuman apapun atas ulah nakalnya beberapa hari lalu.

"Memang sudah seharusnya kamu menuruti perintah Papa," ujar Raden jumawa. "Andai hari itu Papa bersikap masa bodoh, Papa yakin kamu nggak akan mudah keluar dari kantor polisi. Setidaknya, kamu akan menjalani rentetan pemeriksaan," lanjutnya sembari mengangkat bahu.

"Sepertinya Papa lupa dengan satu hal," mulai berhasil mengembalikan keberaniannya, Kara maju beberapa langkah hingga berhasil menyamai posisi berdirinya dengan sang ayah. "Aku nggak pernah menggunakan benda sialan itu secuil pun. Jadi, tanpa bantuan orang-orang Papa, aku bisa tetap keluar dengan mudah," lalu tersenyum miring sebagai tanda kemenangan.

Mengejar AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang