Selamat menjalankan ibadah puasa ♥️
Yuk, kita ketemuan lagi sama Cegil kita 🤩
Jangan lupa vote & komen ya ..
***
Bab 8 : Bad mood
***
Kara memejamkan mata hanya untuk menikmati rasa sakit yang menjalari seluruh tubuh. Sekarang dia merasa tubuhnya akan hancur berkeping-keping.
Demi apapun, dia tidak bermaksud lebay. Memang seperti itulah kenyataannya.
Menempuh perjalanan lebih dari delapan jam menggunakan kereta api untuk pertama kalinya, sungguh sangat menyiksa. Tambahan setengah jam lebih, waktu yang harus dirinya tempuh untuk benar-benar tiba di rumah Pak Danar.
Astaga ..
Rasanya dia seperti akan mati.
Atau, ini memang rencana terselubung ayahnya yang ingin menyingkirkan ia sepenuhnya?
Membuat tubuhnya remuk redam sebelum kemudian hancur berkeping-keping.
Ya ampun, akhir-akhir dia memang sulit berpikir positif bila sudah menyangkut ayahnya yang super kejam.
"Kapan sih kita sampainya? Badanku udah pegel-pegel. Ish!" Protes Kara yang entah sudah berapa puluh kali membenarkan posisi duduknya. Sementara Arga yang duduk di samping sopir, tampak biasa saja. Malah pria itu dengan tenangnya memejamkan mata di saat dia sedang dilanda gelisah.
"Sebentar lagi,"
LAGI!
Begitu terus jawaban Arga setiap dia bertanya.
"Dari tadi bentar-bentar terus! Kasih jawaban tuh yang pasti-pasti dong!" Sahut Kara sewot sembari membenahi letak masker yang menutupi sebagian wajahnya.
Sedikit banyak pasti akan ada orang yang mengenalinya sebagai publik figur. Jadi untuk menghindari berbagai gosip, dia terpaksa menyembunyikan wajah dibalik masker. Bahkan sopir yang Arga bayar untuk mengantar mereka ke rumah, termasuk ke dalam lingkup orang-orang yang tidak ia izinkan melihat wajahnya secara terang-terangan.
Sekarang penggunaan media sosial sangat mengerikan. Dia tidak mau menjadi bahan gosip di tengah masa hiatusnya dari dunia hiburan.
"Arga! Lo dengerin gue nggak sih?!"
Kara meniup poninya kasar karena Arga malah enak-enakan tidur.
"Sebentar lagi kok, Mbak." Jawab sang sopir yang sempat melirik dari kaca dashboard.
"Ck, lama." Decaknya pelan yang diiringi hela napas panjang.
Melirik sekali lagi ke arah Arga yang tertidur--atau mungkin berpura-pura tidur, Kara mendengkus jengkel lalu memilih memejamkan mata ketika kantuk kembali menyerang.
Rasanya baru terlelap sebentar, tahu-tahu saja Kara sudah berada disebuah ruangan asing yang disebut sebagai kamar. Wanita itu mengerjap berkali-kali untuk memastikan bahwa keberadaannya saat ini nyata, bukan mimpi belaka.
"Gue dimana?!" Pekiknya terkejut lalu buru-buru duduk sambil menatap sekitar.
Asing.
Ya, hal itulah yang Kara rasakan saat ini.
Seingatnya, tadi dia masih di dalam perjalanan menuju rumah orang tua Arga. Dia juga sempat ketiduran karena terlampau lelah setelah menempuh perjalanan panjang dan sama sekali tidak bisa beristirahat di kereta lantaran tubuh yang rasanya seperti mau remuk. Lalu tahu-tahu saja sekarang dia sudah berada di kamar asing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Asa
ChickLitArgani Rashif Alfariq hanyalah seorang pegawai kantor biasa yang tiba-tiba saja diminta untuk menikahi seorang selebgram yang terjerat kasus obat-obatan terlarang bersama sang mantan pacar. Andai bukan karena hutang budi, Arga tidak akan pernah mene...