10 | Honey

3.6K 268 16
                                    

Selamat bersahur dan menjalankan ibadah puasa ♥️

Jangan lupa vote & komen ..

***

Bab 10 : Honey

***

Menerima orang asing yang tiba-tiba saja hadir di hidupnya memang tidak mudah. Namun nasi telah menjadi bubur. Sampai kapanpun dia tidak akan pernah bisa mengembalikan keadaan. Sekarang dia hanya memiliki satu pilihan. Yaitu menjalani takdir yang telah semesta gariskan dengan hati yang lapang.

Melepaskan Nadia demi wanita lain jelas tidak pernah ada dalam bayangan Arga. Namun nyatanya takdir menginginkan mereka tuk berpisah. Kepulangan ayahnya beberapa hari lalu bukan untuk memberikan sebuah penawaran, melainkan mengharuskan ia tuk menikahi putri sulung Pak Raden.

Meski tidak akan mudah, namun Arga akan berusaha melupakan pujaan hatinya demi menjaga perasaan wanita yang telah ia nikahi.

Karalyn Mysha Qianara.

Bahkan dia masih mengingat dengan jelas nama yang dirinya sebut saat melakukan ijab qobul. Nama yang cantik seperti visualisasi yang dimiliki oleh pemiliknya.

Sayangnya, nama indah itu sangat berbanding terbalik dari kepribadian Kara yang terlampau ajaib.

Dia hanya berdoa dalam hati supaya selalu diberikan kesehatan, terutama bagian jantungnya. Supaya dia kuat menghadapi kelakuan istrinya yang terkadang bisa menyebabkan serangan jantung mendadak. Sekaligus ingin menjaga amanah dari Pak Raden yang memintanya untuk menjaga sang putri.

Dia akan berusaha menerima Kara sepaket dengan segala kepribadian yang wanita itu miliki.

"Ck, lo lagi jadiin gue bahan fantasi ya?!" Tuduh Kara yang sedang bersantai ria di atas ranjang.

Mendengar hal itu, Arga pun menggeleng geli.

"Kenapa belum tidur?"

Sudah pukul setengah sebelas malam, namun wanita itu belum juga memejamkan mata.

"Atau mungkin kamu merasa tidak nyaman tidur di kamar orang biasa?"

"Lo nyindir gue?!" Omel Kara dengan mata menyipit.

"Tidak. Saya hanya bertanya."

"Cih, lo pikir gue bego, hah?!"

"Kara, tolong biasakan berbicara yang sopan. Terpaksa atau tidak, saya tetap suami kamu."

"Gue--"

"Kalau kamu masih seperti ini, saya akan melaporkan pada Papa kamu." Ancam Arga serius. "Kamu mungkin belum diberitahu, tapi Pak Raden mengatakan pada saya bahwa beliau akan mengurangi jatah warisan kamu kalau masih tidak mau berubah."

Kara membuka mulut tak percaya.

"Lo.. Lo ngancem gue?!"

"Ya, anggap saja seperti itu. Tapi kamu tenang saja Kara, ancaman saya tidak akan berlaku andai kamu mau menurut."

"Ck, Papa kasih lo duit berapa? Gue yakin lo dapet imbalan gede,"

"Benar, saya mendapat tawaran menggiurkan dari papa kamu."

"Wahhhh," Kara mendesah tak percaya lalu segera turun dari ranjang.

"Dari awal gue udah curiga lo bukan cowok baik-baik," tuduhnya. "Gue udah yakin, lo pasti menerima pernikahan ini gara-gara tergiur sama imbalan yang Papa tawarankan."

"Sayangnya saya menolak imbalan itu." Arga menjawab dengan tenang seraya melangkah mendekati Kara yang membulatkan mata tak percaya.

"Lo serius?!"

Mengejar AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang