Sydney, 21 August 2012
"Sampai." Seru paman Jesse sambil merentangkan kedua tangannya di udara. "Ayo cepat turun, kita masih punya waktu sekitar 30 menit sebelum pesawat kalian berangkat."
Aku kembali mengecek ponselku untuk kesekian kalinya sejak pesan tadi terkirim, dan sampai saat ini masih belum ada tanda - tanda Calum akan membalas pesanku. Sepertinya ia ingin menghindariku. Ya sudahlah jika itu yang diinginkannya, aku bisa maklum. Mungkin ia tidak bisa menjalani hubungan jarak jauh.
Senna menatapku dengan pandangan kasihan. "Starbucks ?" Tanyanya, kemudian menarik sebelah tanganku untuk mengikutinya.
Dengan malas aku menyebutkan pesananku, membiarkannya mengantri seorang diri sementara aku mencari tempat untuk kami duduk. Aku memilih tempat di sisi kanan gerai yang langsung mmenghadap kearah pintu keberangkatan. Tak lama, aku bisa merasakan seseorang duduk disebelahku dengan hati - hati lalu mendorong gelas yang bertuliskan 'camilla' kehadapanku.
Aku meletakkan ponsel yang sejak tadi terus kugenggam di atas meja lalu menjulurkan tangan untuk mengambil minuman. "Terimakasih." Gumamku, tetap tidak menoleh pada orang disampingku.
"Sama - sama"
Seketika aku langsung menghentikan gerakan mengaduk - ngaduk minumanku. Aku hampir saja membeku mendengar suara itu, karena 1) itu bukan suara Senna, 2) aku sangat mengenal suara itu, dan 3) itu suara Calum. Aku sedikit mendongak untuk melirik si pemilik suara tersebut. Dan aku benar - benar membeku sekarang. Itu memang benar Calum, yang sedang duduk disampingku dengan senyum lebar dan boneka beruang sebesar dirinya yang menutupi sebagian tubuhnya.
"Cal," Panggilku sambil melirik boneka yang ada dipangkuannya. "Itu.."
Calum mengangguk dan tersenyum kecil. "Untukmu." Lalu menyerahkan boneka tersebut kepadaku, yang langsung kuterima dengan senang.
"Terimakasih, Calum." Kataku berusaha menirukan suara anak - anak dan menggerakkan kepala boneka ini layaknya ia yang berbicara.
"Oke, sepertinya aku merusak acara romantis kalian saat ini," Senna tiba - tiba muncul dan menatap kami satu persatu dengan pandangan prihatin. "Tapi kita harus segera menghampiri yang lain karena pesawat kita akan berangkat sebentar lagi."
Aku mengangkat tangan kananku yang membentuk angka 5 tinggi - tinggi. "5 menit lagi kami akan kesana."
Senna hanya mengangkat bahu. "Aku kan hanya memberitahu." Katanya, kemudian berlalu meninggalkan kami.
Selepas kepergian Senna, aku dan Calum hanya saling memandang, menikmati saat - saat terakhir kami bersama sebelum aku kembali Michigan dan tidak tahu kapan kami bisa bertemu lagi. Calum lalu menarikku lebih dekat dan memelukku. Aku menenggelamkan kepala di bahunya, aroma khas Calum langsung memenuhi indra penciumanku. Ia terus menciumi puncak kepalaku selama beberapa saat sebelum melepaskan pelukannya.
"Kita harus menemui keluargamu, ayo." Seru Calum sambil berdiri dari kursi dan menyambar jaketnya.
Aku menarik sebelah tangan Calum saat ia hendak berjalan mendahuluiku. "Tunggu."
Ia menoleh ke arahku dan bertanya, "Ada apa?"
"Aku hanya ingin bilang, ada satu hal yang harus kau tahu," Aku menepuk - nepuk kursi di sebelahku, menyuruhnya untuk kembali duduk. "Bahwa aku benar - benar menyayangimu. Aku tidak peduli dengan jarak dan waktu, aku tetap ingin berhubungan denganmu seperti ini seterusnya."
"Aku juga, Cam. Sama. Aku sangat menyayangimu melebihi apapun, walaupun hubungan kita bahkan belum menginjak 1 bulan." Balas Calum.
Nada frustasi terdengar jelas dalam suaranya.
"Jadi kau mau berjanji untuk terus mempertahankan hubungan ini ?" Tanyaku dengan mata berseri - seri.
"Aku tidak tahu, Cam." Calum menghela nafas dan menghembuskannya dengan pelan. "Kita lihat saja nanti."
Mataku melebar mendengar ucapan Calum, sama sekali tidak menduga ia akan menjawab seperti itu. Aku menatapnya lurus - lurus, mencoba menilai kejujuran dalam matanya. "Baiklah." Kataku pasrah.
"Jangan lupakan pesanku waktu itu," Calum memelukku sekali lagi. "Tentang bintang jatuh." Bisiknya, tepat ditelingaku.
Aku tersenyum. "Tidak akan aku lupakan."
Senna menggeleng - gelengkan kepalanya saat melihat kami datang, "Hey lovebird, kita sudah tidak punya waktu lagi. Ayo cepat ini bahkan sudah lebih dari 5 menit."
"Aku tahu." Tukasku sambil berjalan menuju keluargaku yang lain.
"Sampai jumpa paman Jesse, bibi Ann. Terimakasih atas segalanya selama hampir 2 bulan ini. Aku akan merindukan kalian." Kataku, kemudian memeluk mereka satu persatu.
Bibi Ann mengangguk kecil. "Kami juga," Ia melepaskan pelukan kami dan memegang kedua bahuku. "Sering - seringlah berkunjung kemari."
Aku menoleh menatap mereka satu persatu dan tersenyum samar. "Selamat tinggal." Ucapku, nyaris berbisik.
Aku berjalan mundur secara perlahan sambil tetap menatap mereka semua. Rasanya berat sekali meninggalkan mereka, terutama Calum. Aku melambaikan tanganku untuk yang terakhir kalinya sebelum memutuskan untuk berbalik, menutupi mataku yang kini mulai terasa panas oleh air mata.
Tiba - tiba, seseorang memelukku dari belakang dan berkata, "Percayalah bahwa aku akan selalu menunggumu," Ia berhenti sejenak, sebelum melanjutkan kata - katanya. "Dan mencintaimu."
Aku mengeluarkan suara setengah tertawa, setengah mendengus. "Aku tahu ini kau, Calum." Seruku, kemudian menarik tangan Calum agar aku dapat berbalik menghadapnya.
Calum menahan tanganku dengan memelukku lebih erat. "Jangan berbalik! Katakan saja semua yang ingin kau katakan padaku. Tapi kumohon, kau jangan coba - coba untuk berbalik. Aku tak mau lagi kau ragu saat melihat apa yang ada dibelakangmu."
"Baiklah. Aku hanya ingin bilang, aku mencintaimu," Aku menutup mataku, menikmati setiap hembusan nafas Calum di belakang leherku. "Sangat sangat sangat sangat mencintaimu."
Calum melepaskan pelukannya lalu memakaikanku kemeja miliknya, "Pergilah dan sampai jumpa."
Aku melirik kemeja flannel baby-blue yang kini kukenakan. "Sampai jumpa." Balasku mantap, seiring dengan langkah kakiku yang bergerak maju menuju pintu keberangkatan.
***
Tinggal epilog, yay! Jangan lupa vomments yaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shooting Star (Calum Hood)
FanfictionKarena pada bintang jatuhlah aku selalu berharap untuk bisa bertemu dengannya lagi.