iii

610 69 0
                                    

Sydney, 12 July 2012

PLUK

PLUK

Aku langsung membuka mataku dan menoleh ke arah jendela kamar, begitu mendengar suara gaduh dari luar jendela. Dengan malas, aku bangkit dan berjalan dengan perlahan - lahan –berusaha tidak menimbulkan suara–  ke arah jendela.

“Hey,” Sapa seseorang saat melihatku menyembulkan kepala di balik tirai jendela.

Aku menautkan kedua alisku, mencoba melihat dengan lebih jelas. “Calum? Apa yang sedang kau lakukan? Kau ya yang melempari jendelaku dengan kerikil?” Perlahan, aku mulai membuka jendela dan menyibak tirai tebal yang menutupinya.

Calum tertawa. “Benar sekali.”

“Tapi kenapa?”

“Aku bosan,” Jawabnya, lalu merubah posisinya menjadi lebih condong padaku dengan tangan yang dilipat.

Aku ikut merubah posisiku menjadi bersandar di dinding samping jendela. “Lalu?” Tanyaku tak mengerti.

“Temani aku mengobrol”

“Kau ini,” Aku memutar bola mataku dan tampak pura – pura berpikir. “Baiklah.”

“Terimakasih, Cam. Maaf sudah menganggu waktu tidurmu,” Ujar Calum sambil tersenyum muram. “Hey, apakah kau masih mengalami jetlag?” 

Aku mendengus dan tertawa. “Tentu saja tidak, bodoh. Aku sudah hampir 2 minggu disini, mana mungkin masih mengalami jetlag.” Kataku sambil merapikan rambutku dan mengikatnya menjadi ekor kuda.

Calum mengangguk – ngangguk sendiri, lalu menggaruk tengkuknya. Ia terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu. Suasana mendadak menjadi hening dan canggung. Aku yang tidak tahu harus melakukan apa, mulai memandang ke sekeliling kamar Calum dengan seksama.

“Kau bisa bermain gitar, kan?” Tanyaku memecah keheningan, lalu melirik gitar yang tergantung di sisi ranjang Calum.

Calum menoleh ke arah yang kumaksud, dan tersenyum kecil “Bisa. Kenapa? Kau ingin ku mainkan sebuah lagu?”

Aku tersenyum lebar. “Iya, hitung – hitung sebagai tanda permintaan maafmu karena telah mengganggu waktu tidurku.”Jawabku tegas.

“Baiklah,” Sahut Calum sambil menyenderkan kepalanya pada sisi jendela dan melihat ke arahku yang sudah berdiri tegap dan menatapnya dengan tatapan senang. “Tapi tidak sekarang.”

"Kenapa?"

Calum melirik gitarnya sekilas. “Aku sedang tidak ingin memainkannya sekarang,” Lalu mengacungkan jari kelingkingnya ke arahku. “Tapi aku janji, suatu hari nanti aku akan memainkan sebuah lagu untukmu.”

Kali ini, giliran aku yang mengacungkan jari kelingkingku untuk membalas Calum. “Janji ya.”

***

Ternyata biarpun cerita ini udah selesai ditulis, tetep aja late update ya. Hehee. Maafkan aku kalau kedepannya mungkin bakalan gini lagi. Namanya juga murid, banyak tugas. Tapi janji kok setiap minggunya bakal aku post 1 chapter.

Shooting Star (Calum Hood)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang