iv

556 60 0
                                    

Sydney. 19 July 2012

 

Aku dan Calum berjalan menyusuri trotoar, sambil menyesap kopi yang baru saja kami beli dengan perlahan. Hari ini, Calum berjanji akan mengantarku berjalan – jalan di sekitar rumah. Karena sejak hari pertama aku tiba, aku belum pernah pergi kemanapun, kecuali pergi ke minimarket di ujung jalan. Dan perhentian pertama kami hari ini adalah Starbucks.

“Sampai.” Kata Calum, lalu mendaratkan bokongnya di sebuah kursi taman. Ya inilah perhentian kami selanjutnya, taman kota.

Aku ikut mendaratkan bokongku di atas kursi, yang langsung menyebarkan rasa dingin di tubuhku.

“Bagaimana?” Tanyanya ketika melihatku diam saja.

“Bagus,” Aku sedikit membetulkan posisi dudukku, “Walaupun danaunya sedikit beku.” Lanjutku, sambil menunjuk danau di hadapan kami.

Calum memutar bola matanya. “Tentu saja, bodoh. Ini kan musim dingin”

Kali ini aku menoleh dan menatap Calum dengan perasaan dongkol. “Jangan memanggilku bodoh!”

“Baiklah, maafkan aku" Gumam Calum tulus.

Aku mengangguk dan memalingkan wajahku ke sekeliling taman. Suasana taman yang sepi dan sejuk dengan pohon – pohon rindangnya, benar – benar bisa membuatku tenang dan nyaman. Sama seperti menghabiskan waktu bersama Calum. Menghabiskan waktu bersama Calum juga bisa membuatku merasa nyaman dan tenang. Aku melirik Calum yang sedang melempar – lempar kerikil ke arah danau. Bagaimana bisa ia membuatku merasa nyaman dan tenang dalam waktu sesingkat ini? 

“Jangan memandangiku seperti itu, Nona Dixon." Ujar Calum, tanpa menoleh ke arahku.

 Aku tersentak dan mengibaskan sebelah tangan. “Memang siapa yang memandangmu?”

“Tentu saja kau.” Goda Calum, lalu merentangkan tangan kirinya dan menarikku ke dalamnnya.

Aku mendongak menatap Calum dengan mata disipitkan.

"Apa?" Tanya Calum dengan nada datar.

Aku tidak menjawab pertanyaan Calum, namun malah mengalihkan pandangan dan menunduk menatap kedua sepatuku. 

"Kau tahu," Calum memiringkan kepala sedikit. "Taman ini akan terlihat sangat indah jika kau mengunjunginya saat musim semi. Percaya padaku"

“Oh ya? Apa kau sering mengunjungi tempat ini?”

Calum mengangguk mantap. “Ya, sepulang sekolah”

“Dengan siapa?”

Ia menggeleng – gelengkan kepalanya sambil tertawa kecil mendengar pertanyaanku. “Wow, kau selalu ingin mengetahui segala hal, Nona Dixon”

“Maaf” Aku menunduk dan menggoyangkan kedua kakiku.

“Tak apa.” Calum mengelus puncak kepalaku lalu melipat tangannya didada. “Nanti akan kuceritakan segala hal yang ingin kau ketahui.”

Aku mendongakkan kepalaku dan menatapnya sambil tersenyum kecil. Merasa puas, karena akhirnya semua hal yang ingin sekali ku ketahui tentang Calum bisa ku tanyakan padanya nanti. Rasanya banyak sekali hal - hal yang ingin kuketahui tentangnya seperti dimana ia bersekolah, siapa saja temannya, kemana saja biasa ia pergi, apakah dia sudah memiliki kekasih atau- 

“Tapi kau juga harus menceritakan apapun yang ingin ku ketahui.” Lanjutnya lagi, membuyarkan semua isi pikiranku tadi.

***

Aku tau ini telat kebangetan, hehehe. Maklumlah kelas 12, mau UN dan banyak pemantapan disana sini. Belum lagi aku abis UKK juga, yang persiapannya sebenernya lebih lama dari ujiannya -_- . Sebagai gantinya, mau kasih double update buat sekarang. Dan untuk kelanjutannya, mungkin lama lagi atau bisa bisa habis UN. Ini aja curi curi waktu padahal aku besok pemantapan :(

oke, ini kenapa jadi curhat? :(

Padahal gak ada yang baca :(

Shooting Star (Calum Hood)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang