vii

473 57 0
                                    

Sydney, 10 August 2012

Aku sedikit merubah posisi dan menyenderkan kepalaku di bahu Calum, sambil meliriknya nakal. Saat ini, kami sedang menonton film Warm Bodies. Ini adalah film ketiga dari rangkaian movie marathon yang akan kami lakukan hari ini di rumahku. Kebetulan, Bibi Ann dan Paman Jesse sedang tidak ada di rumah karena urusan pekerjaan di luar kota.

Aku kembali mengarahkan pandanganku ke layar televisi saat adegan para zombie menyerang R dan Julie yang akan melarikan diri dari bandara. Aku sedikit memundurkan kepalaku membuat sebagian wajahku tenggelam di balik punggung Calum. Aku tidak suka zombie, mereka terlihat menjijikkan dan sedikit menyeramkan.

Calum menoleh dan tertawa kecil. "Kau kenapa? Takut ya? Sama zombie saja takut."

Aku memberengut sebal, lalu menggeleng - gelengkan kepalaku. "Tidak."

"Kalau tidak, kenapa bersembunyi?" Balas Calum. "Mau ganti film, tidak?"

"Aku tidak takut, Calum. Sungguh."

"Aku tidak percaya, Camilla" Ujar Calum sambil mengibaskan tangannya diudara.

Aku menatap Calum sejenak, lalu menarik nafas dan menghembuskannya dengan perlahan, seolah - olah menyerah. "Yasudah terserahmu," Kataku pelan.

Calum berdiri dan berjalan ke arah tumpukan dvd di depan televisi. Ia terdiam sejenak memperhatikan tumpukan dvd yang berserakan, lalu mengambil salah satu dvd dengan wajah tersenyum.

"Bagaimana kalau kita menonton ini?" Tanya Calum sambil mengangkat tinggi - tinggi sebuah dvd.

Aku menyipitkan mataku, berusaha membaca judul film yang ia ajukan. "500 Days Of Summer?" Pekikku.

Calum mengangguk - anggukan kepalanya bersemangat. "Ya, kenapa? Ini tidak seram kan? Lagipula, ini film kesukaanku."

"Kau serius? Itu juga film kesukaanku!" Aku terdiam sejenak, sebelum melanjutkan kata - kataku. "Tapi aku mau kita selesaikan film ini dulu, baru menonton itu. Aku penasaran dengan nasib R dan Julie."

"Baiklah."

Aku meraih remote control dan menekan tombol play saat Calum sudah kembali duduk di posisinya. Ia merangkul bahuku dan membiarkanku menyandarkan tubuh ke sisi tubuhnya. Sesekali, aku menenggelamkan kepalaku di balik bahu Calum atau sekedar mencengkram lengannya, saat melihat adegan - adegan yang menyeramkan bagiku. Dan Calum akan terkekeh sambil mengacak - acak rambutku pelan. Keadaan seperti itu terus berlangsung sepanjang sisa film bermain.

"Akhirnya." Kataku lega.

Ia hanya menganggukkan kepalanya, dan mengambil dvd yang telah dipilihnya tadi, "Yang ini, ya?"

"Yap."

Calum kembali keposisinya tadi dan melingkarkan tangan kirinya di bahuku. "Kau tahu," Ujarnya sambil menatap mataku dalam - dalam. "Daridulu aku selalu ingin menonton film favoritku dengan orang ku anggap favorit dalam hidupku."

Aku berani bertaruh, pipiku kini pasti sudah semerah tomat. Sialan.

Shooting Star (Calum Hood)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang