ix

450 55 2
                                    

Sydney, 20 August 2012


Satu hari menjelang kepulanganku ke Michigan, dan disinilah kami sekarang. Berbaring menatap ke atas langit yang penuh bintang di tempat yang sama seperti beberapa minggu lalu. Aku benar - benar ingin menghabiskan malam ini hanya bersama Calum. Karena aku tidak tahu apa yang akan terjadi setelah malam ini, apa yang terjadi nanti jika aku pulang?

Aku memiringkan kepala sedikit dan mengamati wajah Calum. Wajahnya terlihat sempurna bagiku. Dengan kedua mata cokelatnya selalu menenangkanku, pipinya yang berkerut setiap ia tertawa, dan bibir merahnya yang tidak pernah berhenti menyunggingkan senyum untukku.

"Sudah puas mengamati wajah tampanku, huh ?" Ujar Calum tanpa memandangku.

Aku mengerjap dan segera memalingkan wajahku yang mulai memerah.

Ia terkekeh pelan, kemudian menarik nafas dalam - dalam dan berkata, "Aku pasti akan merindukanmu nanti."

"Aku juga. Pasti," Kataku dengan penekanan pada kata 'pasti'.

"Masih ingat dengan kata - kataku waktu itu?" Calum meraih sebelah tanganku dan menggenggamnya. "Tentang bintang jatuh."

Aku mengangguk. "Oh iya, memangnya ada apa?"

Calum terdiam, menarik napas sejenak, lalu berkata pelan, "Kalau kau rindu padaku, tatap saja langit di malam hari. Jika ada bintang jatuh pada saat itu, artinya aku juga merindukanmu."

"Aku tidak mengerti."

"Sudah lakukan saja seperti yang aku katakan tadi."

Aku tertawa dan menggeleng - geleng.

Calum mendengus, kemudian meraih sebelah tanganku yang lain dan menggenggamnya juga. "Cam, kumohon." Katanya sambil menatapku dengan pandangan -bisakah kau serius untuk kali ini saja- .

"Baiklah," Aku balas menatapnya dengan mata disipitkan. "Tapi kenapa ?"

"Cam."

"Baik - baik aku mengerti." Sahutku cepat sebelum Calum sempat berbicara lebih panjang lagi.

Calum bangkit dan duduk di atas rumput. "Ada satu hal lagi yang harus kau lakukan," Lalu ia melepaskan genggamannya dan menarikku. "Duduk dan dengarkan."

Aku menuruti perkataan Calum tanpa membantah. Ia kemudian berdiri dan berjalan kearah semak - semak dibelakang kami, meninggalkanku yang masih menatapnya tidak mengerti. Tak lama, Calum kembali lagi sambil menenteng sebuah gitar ditangan kanannya. Tanpa berkata apa - apa, ia langsung duduk disebelahku dan mulai memainkan gitarnya.



"Throwing rocks at your window at midnight

You met me in your backyard that night

In the moonlight you looked just like an angel in disguise

My whole life seemed like a postcard

You were mine for a night

I was out of my mind

You were mine for a night

I don't know how to say goodbye"


Calum terdiam sejenak, dan menatapku. Aku menggeser tubuhku agar posisi kami dapat saling berhadapan, kemudian balas menatap matanya.


"Making all our plans in the Santa Cruz sand that night

I thought I had you in the palm of my hand that night

Screaming at the top of my lungs til my chest felt tight

I told myself that I'm never gonna be alright

You had me wrapped around your finger

I'm wrapped around your finger

I'm wrapped around your finger"


Aku bertepuk tangan begitu ia selesai menyanyikan lagu tersebut. "Terimakasih, karena telah menepati janjimu. Kau tahu, aku senang se-"

Ucapanku terhenti karena Calum langsung menutup mulutku dengan mendaratkan bibirnya diatas bibirku. 




Shooting Star (Calum Hood)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang