Sydney, 27 July 2012
“Cam, kau sudah mengantuk belum ?”
Aku menaikkan sebelah alisku. “Tidak kok. Memangnya kenapa ?” Tanyaku sedikit bingung.
“Temani aku jalan – jalan, ya ?” Sebuah senyum kecil terukir di bibir Calum. “Gimana ?”
Aku mengangkat bahuku acuh tak acuh sambil memangut – mangutkan kepala, seperti orang yang sedang berpikir keras.“Baiklah, aku juga masih belum mengantuk.” Kataku akhirnya.
“Kalau begitu ayo ambil jaketmu, kutunggu kau di luar.” Ujar Calum lalu menutup tirai jendelanya.
Aku menganggukkan kepala dan bergegas meraih jaket yang tergantung dibalik pintu, lalu membukanya dengan perlahan. Aku sedikit menjulurkan kepalaku keluar, memastikan apakah semua orang telah tertidur. Setelah yakin keadaan aman, aku mulai melangkahkan kakiku dengan hati - hati menuju pintu utama. Begitu pintu terbuka, aku bisa melihat dengan jelas Calum yang sedang bersandar di pagar rumahku sambil memainkan ponselnya.
"Sudah lama?" Tanyaku membuatnya sedikit terkejut.
Calum mengangkat wajahnya menatapku sambil menaruh ponselnya dibalik jaket yang ia kenakan. "Tidak juga." Ia mengulurkan sebelah tangannya dan menggenggam tanganku. "Ayo"
"Kita akan kemana?"
Calum diam sejenak, tampak berpikir. "Taman yang kemarin. Bagaimana?"
Aku mengangguk.
***
Kami tiba di taman itu sepuluh menit kemudian.
“Apa kau percaya pada bintang jatuh?” Tanya Calum secara tiba – tiba setelah keheningan yang cukup panjang diantara kami disepanjang perjalanan tadi, lalu merebahkan tubuhnya menghadapku. Membuatku mau tak mau juga melakukan hal sama.
Aku tertegun menatap Calum selama beberapa saat. “Maksudmu?”
“Apa kau percaya bahwa bintang jatuh bisa mengabulkan keinginanmu?” Ulangnya lagi sambil merubah posisinya dengan tangan yang dilipat sebagai bantal dan kepala menatap langit.
“Tidak,” Aku memalingkan kepalaku mengikuti arah pandang Calum. “Kalau kau?”
Calum menatapku sejenak, lalu mengangguk dan berkata, “Kenapa? Aku percaya.”
“Tidak tahu. Kurasa karena tidak ada bukti dari kebenaran teori itu,” Aku kembali menatap Calum dengan kening berkerut. “Lalu kenapa kau percaya?”
Calum mengangkat bahu. “Aku juga tidak tahu.” Ia terkekeh, lalu berkata, “Aku juga tidak tahu mengapa aku percaya pada hal itu. Jika kau ingin mengatakanku bodoh atau apapun itu, silahkan saja. Karena memang seperti itulah kenyataannya. Aku benar - benar tidak tahu mengapa aku percaya pada bintang jatuh.”
Aku tertawa dan menggeleng - geleng. “Bodoh. Bagaimana bisa kau percaya pada hal yang tidak kau ketahui kebenarannya?”
"Tapi aku yakin, suatu saat aku pasti akan membuktikannya padamu."
Aku tidak berkomentar mendengar ucapannya itu, hanya menatapnya dengan alis yang berkerut. Bingung.
Calum tertawa kecil, lalu mendudukkan dirinya diatas rerumputan sambil menatapku. “Sudah malam, kurasa kita harus pulang sekarang” Katanya sambil menggenggam tanganku lagi.
***
Double Update :))))
KAMU SEDANG MEMBACA
Shooting Star (Calum Hood)
FanfictionKarena pada bintang jatuhlah aku selalu berharap untuk bisa bertemu dengannya lagi.