Sydney, 7 July 2012
“Hey.”
Aku mendongak dan melihat Calum sedang berjalan menuju ke arahku sambil melambaikan tangannya. “Hey.”
“Sedang apa?” Tanyanya, sambil ikut membuat bulatan – bulatan salju seperti yang aku lakukan.
“Menurutmu?”
“Kau dan Senna sama saja, huh.”
Aku mengerutkan alisku tidak mengerti, “Apa maksudmu?” Kenapa ia malah tiba - tiba menyamakanku dengan Senna, kakakku yang sempat tinggal dengan bibi Ann beberapa tahun yang lalu. Aku benar - benar tidak mengerti jalan pikiran Calum.
Calum mengangkat bahunya acuh tak acuh, “Pikir saja sendiri,” Lalu menghempaskan tubuhnya di atas tumpukkan salju, sambil terus memperhatikanku, “Kau tidak bosan bermain boneka salju? Inikan permainan anak – anak.”
“Siapa bilang ini permainan anak – anak? Buktinya aku sa-“
“Baiklah, aku salah. Ini bukan permainan anak - anak,” Sela Calum dengan cepat, “Sini, biar kubantu.”
Aku tertawa puas mendengar jawabannya. Sepertinya ia sudah malas untuk berdebat denganku, mengingat selama beberapa hari ini –semenjak kami saling mengenal- aku selalu mengajaknya untuk berdebat, dan berakhir dengan Calum yang menyerah.
Calum segera bangun dari posisi tidurnya dan menyuruhku untuk tidak membantunya. Katanya, boneka salju milikku tidak memiliki bentuk seperti boneka salju, melainkan berbentuk seperti monster yang sangat mengerikan. Aku tersenyum kecil melihat ekspresi Calum yang terlihat sangat serius. Dia terlihat menggemaskan jika seperti itu. Mataku melirik ke arah boneka salju yang kini sedang dibuat oleh Calum. Lumayan, setidaknya boneka ini memang jauh lebih baik daripada yang tadi kubuat.
Calum mendengus keras dan merentangkan kedua tangannya di udara, “Selesai. Astaga, aku merasa seperti kembali ke masa kanak – kanak.”
Aku menatap Calum sejenak dengan mata yang disipitkan, lalu berjalan menjauhinya.
“Hey Cam, kau marah? Oh ayolah” Kata Calum sambil berjalan mengejarku.
Tepat saat Calum berhasil menyentuh sikuku, sebuah bola salju yang sejak tadi kupegang langsung mendarat di pipi kanannya.
PLAKK
"AW!" Teriak Calum.
"Hahaha"
Calum menyeringai. "Puas, huh?" Tanyanya, lalu balas melempari punggungku yang sudah berjalan menjauh.
Kepalaku berputar cepat ke arah Calum. "CALUM!"
"Itulah balasan yang cocok untukmu."
Aku menatapnya tanpa ekspresi. "Awas kau Calum."
Aku berjalan mendekati Calum yang sedang tertawa. Begitu jarak diantara kami hanya tersisa sekitar 5 cm, aku mulai menendang salju dihadapanku dan sukses membuat sebagian besar baju Calum basah.
"HEY!"
***
Melissa Benoist as Camilla Dixon on multimedia :)))))

KAMU SEDANG MEMBACA
Shooting Star (Calum Hood)
أدب الهواةKarena pada bintang jatuhlah aku selalu berharap untuk bisa bertemu dengannya lagi.