⋆⠀҂҂⠀๑⠀، 🌷୭
Dua hari lalu saat di meja makan, keluargaku sempat membahas kesiapan Kak Martin dalam suatu hal yang tidak kuketahui. Suasana cukup mencekam, ditambah gerik aneh yang mereka ciptakan dalam menghadapiku. Jadi, kupikir sebuah rencana untuk membunuhku terbesit dalam pikiran.
Namun, rupanya kecurigaanku terlalu berlebihan. Bukan rencana pembunuhan yang akan hari ini terlaksana, melainkan pernikahan Kak Martin dengan Putri Mia—cucu dari Raja 8. Seperti perkataanku, Kak Martin dijodohkan oleh Papa karena ketidak mampuan Kakak melupakan mendiang kekasihnya. Juga menurut Papa, kerajaan harus memiliki calon pemimpin dari sekarang, untuk itu Papa mempersiapkan Kak Martin melalui langkah paling awal; dinikahkan meski Kak Martin sering menolak.
Seperti nama Kakak, yakni Putra Mahkota Martin, Kakak pasti dituntut untuk sempurna, menuruti perintah Papa. Namun, yang kutahu proses perjodohan ini sudah berlangsung lebih dari lima tahun, setelah Kak Martin ditinggalkan kekasihnya yang wafat.
Aku mengetahui kabar pernikahan ini semalam, saat itu aku dipanggil menghampiri ruang keluarga untuk berdiskusi tentang jalan acara. Terkejut, jelas. Karena sebelumnya tidak ada pemberitahuan tentang pernikahan. Entah mungkin aku yang terlalu sibuk dengan urusan pribadiku; seperti bertemu Redum atau penggemar yang mencintai tulisanku.
"Andrew," panggil Kak Martin membuyarkan lamunan.
Aku tersadar, berada dalam ruang pengantin. Bukankah sebelumnya masih ada penata rias yang mengurusi Kakak? Sekarang ruangan ini hanya diisi oleh aku dan Kak Martin saja, ke mana semua orang?
Pandanganku bergerak kepada cermin yang ada di hadapan Kak Martin, dalam artian aku tidak berani menatap langsung wajah yang sayu.
Kak Martin menyadari aku menatapnya melalui pantulan, lantas dia menoleh ke belakang dan membuat jantungku berdegup kencang.
"Tolong ikatkan."
Kakiku bergetar saat melangkah menghampirinya. Bukan karena takut akan dipukul atau disiksa seperti dulu. Justru aku lebih segan melihat Kak Martin yang seperti ini; baik dan lemah pembut menghadapi diriku.
Kini aku paham, alasan Kak Martin sukarela melatih kemampuanku, mengapa Kak Martin tiba-tiba membiarkan kasurnya ditiduri oleh aku yang pingsan. Rupanya, itu semua merupakan permintaan maaf Kak Martin. Dia sudah lebih lama tentunya mengetahui rencana pernikahan akan dilaksanakan.
Semalam saat di penghujung diskusi pada ruang keluarga, ketika Raja dan Ratu sudah kembali ke ruangan, kemudian Kak Selena yang katanya mengantuk, tersisa aku dan Kak Martin, dia menangis. Kali pertama dalam hidupku melihat manusia sesangar Kak Martin menitihkan banyak air mata.
Kurang lebih sampai jam dua dini hari, Kak Martin terus berbicara, mengenai permintaan maaf kepadaku. Aku mengalihkan pembicaraan agar Kak Martin tidak terlarut, memancing pikirannya setelah menikah dengan gadis yang tidak diinginkan, juga rencananya saat benar-benar diangkat menjadi raja. Namun, hampir di seluruh waktu Kak Martin hanya mengatakan jika ia menyesal memperlakukan diriku secara tidak pantas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Palimpsest
Teen FictionPada sebuah senja yang hampir menampakkan lembayung, Gamang Bumantara terus merapalkan sebuah kalimat yang kemudian ia curahkan di atas kertas lusuh. Membiarkan alam bawah sadarnya menguak berbagai fakta terkait penyakit dan rahasia di negaranya. K...