15. Janji Andrew Terhadap Rakyatnya

4 1 0
                                    

⋆⠀҂҂⠀๑⠀، ⚘୭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⋆⠀҂҂⠀๑⠀، ⚘୭

Mataku memandang lekat pada mahkota yang tergeletak di atas bantal khusus, sekarang tidak lagi memakai kotak kaca. Aku bisa dengan bebas memakainya, berhubung kesembunyianku terhadap dunia juga sudah dihancurkan.

Aku mengangkat mahkota tersebut, kuamati secara saksama ukiran dalam hiasan kepala penuh harga diri, berdominan warna hijau seperti ciri khas kelahiranku. Dahulu, para petuah kerajaan Tora menetapkan jika tanggal lahirku bertepatan dengan suburnya kebun yang tumbuh di tanah negara Tora. Belum lagi para nelayan berhasil menemukan seekor ikan bersirip hijau, ikan tersebut sejenis ikan nila.

Dahulu kelahiranku sangat ditunggu-tunggu oleh semua rakyat Tora. Empat bulanan semua daerah merayakan semacam syukuran, lalu saat tujuh bulan kandungan istana menggelar sebuah acara dan mengundang semua rakyat Tora. Kelahiranku sangat disambut, istana membagikan daging kesemua provinsi; mulai dari Dandami, Gewa, Heba dan Itya. Tidak ada yang terlewat, semua rakyat merasakan kesejahteraannya.

Sebelum aku mendapat penyakit aneh dan misterius, semua rakyat masih merasakan ketenteramannya. Aku masih ingat saat barang dikirim ke istana sebagai hadiah untukku; sepertu mainan, makanan, permen dan cokelat. Namun, saat Raja menyatakan jika aku disembunyikan, aku begitu jatuh, kesepian, tidak lagi melihat rakyat bahkan departemen pemerintahan berinteraksi denganku.

Rasanya seperti terkurung, tidak melihat bagaimana kondisi dunia. Dalam lubuk hatiku, aku masih menyayangi rakyat Tora, walau tanpa ada informasi yang signifikan. Dahulu aku selalu menanyakan kabar rakyat kepada Mas Biru.

Di usia 15 tahun aku memutuskan untuk menjadi penulis. Selain agar bisa mengembangkan bakat, tujuanku juga ingin berinteraksi dengan rakyat Tora secara diam-diam. Mereka terkagum terhadap diriku yang katanya masih terlalu muda untuk menulis puluhan buku, sementara aku bisa sesenang itu melihat mereka sebagai sisi dari seorang pangeran.

Namun, berperan sebagai Gamang tidak berarti aku bisa mudah mendapat informasi tentang rakyatku. Seperti halnya daerah pesisir kota Tora, tempat Redum melaksanakan tugas KKN-nya, di sana banyak bangunan terbengkalai.

Novelku menjadi satu-satunya jalan agar aku bisa dikenal oleh rakyat Tora. Sebuah artikel sudah bertebaran kemarin hari, setelah pernikahan Kak Martin. Saat aku melihat kolom komentar, dapat disimpulkan sekarang rakyat Tora menganggap pangeran mereka adalah penulis.

Aku bersyukur sekali karena aku minim menemukan komentar negatif. Rata-rata mereka hanya mengubah anggapan, yang awalnya Gamang adalah penulis, kini tersebut penulis merupakan Pangeran. Hanya mengangkat derajat diriku, mereka tidak marah terhadap kebohongan identitasku selama ini. Mereka juga berpikir aku telah sembuh sehingga dipublikasikan kembali.

"Sepertinya Anda lebih menyukai peran sebagai Pangeran," celetuk seseorang dari belakangku.

Aku tersentak, langsung melepaskan mahkota dari kepalaku. Dia seketika bersimpuh sambil menundukkan kepala. "Maaf, tadi saya sudah mengetuk dan memanggil, tetapi Anda tidak merespons, saya pikir Anda dalam masalah."

Palimpsest Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang