Masih kilas balik oke...>_•✓
...Saka pun menepuk pundak Amalia dari belakang sambil bertanya, "Kamu kenapa?"
Amalia yang masih membatin sambil memaki dirinya sendiri yang cengeng pun dengan cepat menghapus air matanya, "G-Gak papa kok!", Jawab Amalia terbata-bata.
"Kok anak orang dibikin nangis?" Tanya Saka tegas. Dua orang yang ditanya pun berusaha mengelak dan berlindung diri dengan mengatakan kalau anak itu yang tiba-tiba menangis didepan mereka.
Saka pun melirik Amalia tenang, lalu bertanya, "Kamu dapet teka-teki apa?"
Amalia yang sudah meremas kertas itu dan menggenggamnya merasa sedikit panik. Terlebih telapak tangannya mulai basah karena keringat dan air mata. Perlahan gadis itu mulai membuka kertas lecek itu agar Saka dapat membaca isinya.
Setelah yakin telah membacanya dengan baik, Saka berkata, "Oh! kantin..". Kemudian lanjut bertanya, "Kamu tau kantin dimana?"
Sebenarnya Amalia ingat pernah diajak Fikri ke acara bazar tahunan sekolah. Waktu itu Fikri nunjukin letak kelasnya, letak kantor, kantin, sampe UKS juga Fikri tunjukkin. Tapi karena suasana yang agak berbeda Amalia jadi lupa dimana letak semuanya. Dengan cepat dia pun menggeleng untuk menjawab pertanyaan Saka tadi.
"Lah? Ka?! Lo Mao bantuin tuh bocah?!", Tanya Bagas heran. Mayang pun kembali menyalakan kompornya dengan berkata, "Ih! Kan gak boleh!!", Diikuti anggukan setuju Bagas.
Tak ada tanggapan yang berarti dari Saka, dia hanya berkata, "Gak papa, kalo udah gini Mao di apain lagi coba? Nanti acaranya gak selesai-selesai.."
Aspeknya yang berlagak itu membuat Bagas dan Mayang jengkel. Dengan sarkas Bagas berkata, "Yaudah! Kalo gitu Lo aja yang bantu! Gue lepas tangan!". Sambil mengangkat kedua tangannya, Bagas langsung pergi meninggalkan Saka.
"Astaga! Gak paham lagi gue! Yaudah lah! Gue juga angkat kaki!", Kata Mayang lalu pergi mengikuti Bagas.
Amalia melihat kepergian mereka tanpa ekspresi, batinnya mulai bergumam, "Idih! Kaleng rombeng!!"
"Ayo! Aku anter ke kantin..", kata Saka yang tiba-tiba saja telah menarik tangan Amalia dan mengajaknya menuju kantin.
Dan langkah mereka pun tiba di kantin. Lalu dengan polosnya Amalia bertanya, "Kita udah di kantin, tapi apa hubungannya sama kuburan cacing?"
"Kantin identik sama apa?" Tanya Saka memancing rasa ingin tahu Amalia.
"Identik?" Gumam Amalia tak mengerti. Seketika ia pun melihat sekelompok kakak kelas yang datang untuk membeli beberapa menu makanan. Dengan masih keheranan, Amalia berkata, "makanan kali?"
"Iya, betul!" Tukas Saka senang.
Entah mengapa jawaban singkat itu tidak membuat Amalia senang. Gadis itu justru terkejut dan berseru, "Hah?! Jadi dimakannya ada cacing?!!"
Sontak seisi kantin pun menjadi sunyi sesaat, lalu keadaan menjadi riuh. Semua orang panik mendengar seruan Amalia yang terdengar sangat jelas. Mereka khawatir jikalau ada cacing di makanan mereka juga.
Amalia turut panik, apalagi ibu kantin yang harus menghadapi beberapa piring dan gelas dikembalikan paksa. Amalia menatap Saka geram sambil berkata, "Apaan sih kak?!"
Ternyata Saka sedang terkikik geli melihat tingkah orang-orang. Setelah berusaha mengatur tawanya, Saka yang kebetulan membawa toa pun segera menggunakannya untuk memberi tahu orang-orang bahwa yang mereka dengar itu tidak benar.
Beberapa orang pun emosi mendengarnya, beberapa kembali ke tempat duduk, dan beberapa lainnya mulai mengumpati keadaan dalam hati sambil membayar ibu kantin yang tangannya sudah menengadah untuk menerima uang.
Amalia pun cukup emosi, ia mulai menyalahi kegiatan MOS yang tidak ada gunanya. Mungkin kalau ada Fikri bakal beda ceritanya, begitu pikirnya.
"Yaudah, gini aja..", kata Saka mencari solusi. "Makanan apa yang bentuknya kayak kuburan?", tanyanya seolah memberi clue.
"Pie!", jawab Amalia cepat.
"Bukan."
"Lah kok?!", tanya Amalia tak percaya.
"Ayo tebak lagi!", pinta Saka memancing semangat Amalia.
"Schotel!"
"Bukan.. makanan Indonesia!"
"Hmm.. kue lumpur!"
"Bukan!"
"Ish! Apa?!", tanya Amalia geram.
"Oke oke..", kata Saka sambil memikirkan clue yang lain. "Hmm.. apa yang ada di dalem kuburan?", tanyanya memberi clue yang baru.
"Ih.. ngapain nanyain yang begituan?", tanya Amalia bergidik. Membayangkannya saja sudah membuat ngeri, namun tak hentinya Saka mendorong Amalia untuk menjawabnya.
"Iya! Iya! Pocong kan?!", jawab Amalia pasrah.
"Nah! Makanan yang bentuknya kayak pocong!", ungkap Saka kembali memancing.
"Oh! Lepet!", jawab Amalia cepat.
"Aish! Bukan.."
"Oh! Bukan.. bukan.. lontong kan?!", Amalia pun mulai antusias.
Dengan yakin Saka berkata, "yup! betul!"
Mendengarnya Amalia berkata "YES!" Dengan girangnya. Kemudian terdiam seketika dan bertanya, "terus hubungannya sama cacing apa?"
"Masih belum ngerti juga?", tanya Saka meyakinkan. Dan tanggapan Amalia hanya gelengan polos.
Saka pun memberi clue terakhir dengan berkata, "yang isinya kayak cacing.."
Gadis itu menerka-nerka sambil menunjukkan ekspresi berpikir yang menggemaskan. "Lontong ya?", tanyanya bermonolog. "Kan isinya ada kentang.. oncom.. terus..", katanya masih bermonolog. "Hah!! Bihun! Iya kan?!!"
"Iya..", jawab Saka turut senang.
"Terus?", tanya Amalia lola.
"Ya belilah!"
"Terus?"
"Masih nanya?"
"Iya! Terus abis dibeli diapain?"
"Dimakan!"
"Hah?! Iya?!"
"Gak lah.. kamu kasih ke ketua regu kamu!"
"Tapi kan, Kak Bagas lepas tangan dari aku.."
"..."
"Aku kasih ke Kakak aja ya?"
...
"Abis itu Kak Saka setuju, terus kita kenalan pas selesai acara, terus kita makan bareng di kantin!!", Ujar Amalia yang masih menjelaskan diatas motor yang Fikri kendarai.
"Terus?!", tanya Fikri sedikit emosi.
...
//To be continued//
Akhirnya kilas balik ya selesai juga..
Capek banget mikirin si Saka sama Amalia..
Sebenernya males juga nulis tentang mereka.. haha.. canda>v•
Makasih ya buat yang sanggup baca sampe sini~
Bye-bye...

KAMU SEDANG MEMBACA
KAKAK ♡
Genç KurguKakak P*k*n Adek b*c*t Temen l*kn*t ♡ Everybody.. Cerita ini asli karangan, bukan bermaksud memprovokasi ataupun menyinggung pihak manapun. Semoga yang baca suka ya.. ~Fikri