03. Chat Pertama Dengan Om Satya

47 19 29
                                    

Satya Wardhanatelah menerima permintaan pertemanan Anda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satya Wardhana
telah menerima permintaan pertemanan Anda

Sontak aku membulatkan mata nggak percaya tatkala mendapati akun Satya Wardhana berada diantara deretan notifikasi Facebook.

Dua hari lalu aku memang mengirimi Om Satya permintaan pertemanan tanpa berpikir panjang. Lalu aku nggak aktif lagi selama dua hari itu karena sibuk dengan kegiatan sekolahku. Tapi aku sama sekali nggak nyangka akan diterima oleh Om Satya? Padahal aku sudah siap kalau-kalau Om Satya akan mengabaikannya...

Masih diiringi rasa nggak percaya dengan apa yang baru saja terjadi, jariku lantas mengetuk notifikasi tersebut, sehingga tampilan selanjutnya adalah timeline akun Om Satya.

Kira-kira seperti apa pribadi Om Satya di Facebook?

Tapi selanjutnya kudapati Om Satya ternyata nggak sering bikin status selain tentang pekerjaannya, dimana semuanya nyaris selalu memuat data dari sebuah peta digital yang mungkin hanya bisa dimengerti oleh para ahli cuaca, gempa, atau apapun itu, sebab aku sama sekali nggak mengerti data-data tersebut.

Ya ampun, secinta itukah Om Satya dengan pekerjaannya? Tanpa sadar senyumku kemudian mengembang tipis. Dedikasi seperti ini langsung membuatku teringat Papa, yang begitu mengasihi pekerjaannya sebagai ahli cuaca harian.

Namun tatkala hendak membuka halaman berikutnya dari timeline Om Satya, tiba-tiba saja sebuah notifikasi muncul hingga membuatku tersentak nyaris terjungkal dari tempatku duduk.

Satya Wardhana mengirimi Anda pesan

Netraku kembali terperangah nggak percaya. Kutatap nanar layar ponselku yang lebih kecil dari telapak tanganku ini. Gak salah nih?

Pesan itu nggak langsung kubuka. Aku menarik nafas terlebih dahulu. Seketika jantungku menjadi berisik seakan tengah menyatakan ketidak-siapannya untuk membuka pesan tersebut. Degupan yang berisik itu entah bagaimana malah membuatku menjadi mules banget.

Ya ampun, boleh nggak aku jeritan dulu? Supaya lebih lega dan nggak jadi sesak begini? Ugh.

Kupejamkan mata sembari dua hingga tiga kali menepuk kedua pipiku sendiri, seakan itu adalah cara terampuh dalam membuatku kembali sadar. Ya, aku harus sadar. Aku sudah bertingkah aneh banget sejak dua hari lalu karena terlalu memikirkan Om Satya.

Ayolah Senayla. Jangan seperti anak gadis kasmaran begini! Kamu kan nggak jatuh cinta dengan Om Satya, kenapa malah sekalut ini?

Usai merasa lebih baik, lekas saja kutekan notifikasi tersebut untuk membuka pesan dari Om Satya dengan percaya diri.

Satya Wardhana
"Assalamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh, hai Senayla. Apa kabar?"
"Ini bener Senayla anaknya Pak Malik, kan? Maaf sebelumnya kalau salah."
2 days ago

BitterSweet [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang