11. Hari Terbaik Senayla

20 4 0
                                    

Satya Wardhana"Iya, saya udah tahu kamu itu gimana aslinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satya Wardhana
"Iya, saya udah tahu kamu itu gimana aslinya. Dan justru karena itu, bagi saya, kamu sempurna."
just now

Satya Wardhana
"Saya mau banget lanjut ngomong tentang ini, tapi di sana sudah jam setengah empat, kan? Sebentar lagi adzan Shubuh. Kamu siap-siap sholat aja, habis itu tidur."
just now

Satya Wardhana
"Kita lanjut lagi nanti malam. Siang ini saya mau ngomong sama orangtua kamu dulu. Saya sayang kamu, Senayla."
just now

Dan begitulah percakapanku bersama Om Satya berakhir, setelah sama-sama nggak tidur hingga menjelang adzan Shubuh.

Walau masih banyak banget pertanyaan memenuhi kepalaku saat ini, terutama tentang niat Om Satya berbicara dengan Papa dan Mama siang ini, namun kuputuskan untuk menuruti Om Satya. Mataku juga sudah mulai terasa berat banget sekarang akibat menangis tadi, jadi memang paling terbaik adalah melanjutkan percakapan ini nanti saja.

Lagipula mulai hari ini waktuku bersama Om Satya akan menjadi lebih banyak, kan? Membayangkan itu sungguh membuatku nggak bisa berhenti senyum-senyum sendiri. Apalagi Om Satya tadi mengakhiri percakapan dengan mengatakan sayang padaku. Bagaimana bisa jantungku nggak kembang-kempis membacanya? Beliau benar-benar mengubahku menjadi gadis kasmaran tanpa ampun.

Aku lekas bergegas keluar kamar dengan meninggalkan ponselku di atas meja komputer. Sesuai seperti kata Om Satya, adzan Shubuh memang sebentar lagi akan berkumandang sehingga akan lebih baik jika aku bersiap-siap sholat Shubuh lebih awal.

Hari ini benar-benar salah satu hari paling terbaik dalam hidupku.

***

Satu hari ini jadi berbeda banget. Yang semula aku selalu jalani keseharianku secara biasa-biasa saja, sekarang jadi bersemangat banget. Suasana hatiku pun jadi cerah banget tanpa gumpalan awan, membuat hal-hal nggak menyenangkan yang sebenernya terjadi hari ini terasa seperti bukan apa-apa bagiku.

Setiap teringat tentang Om Satya, aku nggak bisa berhenti senyum-senyum sendiri. Menjadi gadis kasmaran sepenuhnya membuatku bagai sulit banget menjaga ekspresiku.

Saat guru matematika datang ke rumah tadi, aku bahkan
bisa mengerjakan tugas-tugas dari guru tersebut dengan senang hati. Beliau sampai terkejut melihatku begitu. Padahal aku paling nggak suka sekaligus paling bodoh jika mengerjakan tugas dari guru matematika.

Kini aku sudah bisa menghela nafas lega sebab kelasku hari ini dapat berakhir dengan baik. Yah, untuk beberapa alasan, aku serta adik-adik menjalani homeschooling, bukan sekolah secara formal. Sehingga pada hari-hari tertentu guru-guru akan datang ke rumah untuk mengajari kami, meski kebanyakan pelajaran diajari langsung oleh Mama.

"Kayak lagi seneng banget hari ini, Kak." tukas Sabrina seraya mencolek lenganku. "Semalem habis chattingan sama Kak Adam kah?"

Aku spontan menggelengkan kepala cepat. "Enggak, bukan Adam. Tapi..."

BitterSweet [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang