06. Bangun Dari Mimpi

35 13 24
                                    

Satya Wardhana"Masih suka, tapi kenapa malah mengalihkan topik?""Senayla?""Yah malah kabur Senayla

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satya Wardhana
"Masih suka, tapi kenapa malah mengalihkan topik?"
"Senayla?"
"Yah malah kabur Senayla. Dasar..."
- 2 days ago

Satya Wardhana
"Senayla?"
"Kamu nggak ada aktif seharian. Tumben banget."
- 1 days ago

Satya Wardhana
"Kamu nggak lagi sakit, kan?"
- 43 minutes ago

Sudah tiga hari berlalu sejak malam memalukan itu terjadi. Jujur, aku masih ingin meringis malu setiap mengingat hal tersebut.

Tapi aku nggak menyangka Om Satya akan mencemaskanku seperti ini. Padahal aku nggak aktif beberapa hari ini cuma karena kehabisan paket internet.

Senayla Hazel
"Gak sakit kok. Paket internet Sena habis, Om.
Baru ngisi lagi 😂."
- just now

Sesaat setelah membalas Om Satya, kuputuskan untuk membuka timeline akun Om Satya. Walau terakhir kali mengecek timeline tersebut cuma dipenuhi dengan status tentang kerjaan aja, namun aku belum membuka album foto Om Satya, kan?

Dan ternyata foto-foto dalam album Om Satya itu lebih dari cukup. Gak sedikit seperti perkiraanku meski memang lebih banyak dipenuhi oleh foto-foto lanskap pemandangan hasil tangkapan Om Satya sendiri.

Kudapatkan foto Om Satya dengan latar belakang di atas gunung. Sekilas mungkin tampak jutek karena mata tajam Om Satya nggak begitu bulat. Tapi begitu tersenyum, gemes banget. Ditambah memiliki kulit sawo matang membuat Om Satya terlihat semakin manis.

Seiring melihat satu demi satu foto Om Satya, senyumku tanpa sadar mekar begitu saja. Aku pun mulai mengagumi sosok Om Satya dalam setiap foto tersebut. Ke mana saja aku selama ini?

Lama-lama aku jadi ingin mempertanyakan sesuatu. Om Satya itu sudah menginjak usia 30 tahun tapi kenapa masih ganteng? Ralat, sebetulnya kegantengan Om Satya itu biasa aja, nggak over sampai bisa bikin orang menggila. Cuma wajah Om Satya itu terasa tentram dan candu banget untuk dipandangi.

Yah, Om Satya memang populer sih. Papa selalu bercerita dengan Mama mengenai kehidupan kantor Papa setiap sebelum tidur. Aku biasa ikut mendengarkan karena sambil memijit Papa. Dan salah satu cerita itu mencakup tentang Om Satya yang disukai oleh sejumlah wanita di sekitarnya, namun tetap nggak kunjung mengakhiri masa lajang tersebut.

Tapi aku nggak tahu kalau daya tarik Om Satya secara visual ternyata kuat begini. Aku bahkan juga baru sadar sekarang kalau selama ini Om Satya itu masuk kriteria tipe idamanku. Berkacamata, manis, dan juga berkulit nyoklat.

Sempurna banget!

Yah, tapi meski begitu bukan berarti aku akan jatuh cinta dengan Om Satya kan? Sesekali aku perlu mengagumi cowok selain Adam.

Lagipula kalau pun aku memang jatuh cinta dengan Om Satya, kemungkinan besar akan berujung nggak terbalaskan. Lihat saja bagaimana Om Satya sudah menolak banyak wanita yang menyukainya atau bahkan dijodohkan dengannya selama ini, kan? Mengartikan Om Satya memang selektif banget dalam memilih pasangan.

Dan aku juga nggak boleh menutup kemungkinan bahwa Om Satya sudah memiliki pacar di Bandung sana. Gadis-gadis Sunda itu cantik banget. Nggak mungkin kan kalau satu orang aja nggak tertambat di hati Om Satya?

Aku menarik nafas panjang. Meski aku sudah mulai merasa janggal dengan perasaan serta debaran yang selama ini kualami setiap aku berhubungan dengan Om Satya, namun aku juga masih belum cukup berani mengambil resiko dengan membiarkan hatiku kembali patah setelah putus dari Adam.

Ya, lebih baik jika Om Satya menemukan seseorang yang sepantaran sehingga dapat lebih memahami dirinya kan?

Tiba-tiba sebuah notifikasi muncul di ponselku. Ketika aku buka, ternyata itu notifikasi pesan dari Om Satya. Langsung saja aku membuka pesan tersebut dengan senang hati.

Satya Wardhana
"Oh gitu."
- just now

Balasan Om Satya kali ini singkat banget membuat rasa senangku dalam sekejap lenyap. Beliau juga nggak lama setelah itu kembali nggak aktif. Seharusnya itu merupakan hal biasa, tapi entah kenapa begitu membacanya, seketika aku merasa terhenyak. Yang tadinya sedang sedikit gugup karena mengagumi foto-foto Om Satya, kini dadaku berubah jadi sesak karena takut.

Apa Om Satya sudah nggak mau menghadapiku lagi?

Kuurungkan niatku membalas pesan Om Satya. Aku jadi takut kalau aku tetap membalas pesan tersebut, memaksa agar percakapan tetap berlanjut dengan membuka topik baru, Om Satya akan merespon karena nggak enak, bukan karena memang ingin mengobrol denganku.

Kurasa memang sudah waktunya aku bangun menjalani kehidupan sesungguhnya. Aku sudah terlalu lama bermimpi manis sejak kehadiran Om Satya, kan?

 Aku sudah terlalu lama bermimpi manis sejak kehadiran Om Satya, kan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BitterSweet [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang