18.30 WITA
Rizki baru saja sampai dirumahnya tampak heran melihat mobil polisi yang baru keluar dari halaman rumahnya. Kenapa ada polisi? Dengan cepat Rizki memarkirkan sepeda motornya lalu masuk kedalam rumah.
Tampak disofa ruang tamu Yulius dan Hasbi duduk berhadapan dengan beberapa berkas diatas meja. Mereka menyadari kehadiran Rizki, sontak mereka menatap kearah lelaki itu.
"Polisi beritau dengan membawa bukti kalau Deril meninggal karena pembunuhan dan mereka sudah menemukan pelakunya"
Rizki merasa sedikit lega dengan perkataan Yulius barusan. Setidaknya ia tak perlu membuang tenaga lagi untuk menunjukkan bukti rekaman CCTV mengenai kasus mendiang adiknya ataupun mengatakannya langsung kepada mereka. Karena pada nyatanya, Rizki telah kehilangan kepercayaan kedua kakaknya.
"Besok gue akan ke pengadilan untuk mengurus kasus ini agar Deril dapat keadilan dan para pelaku mendapatkan hukuman yang setimpal" ujar Yulius lagi tanpa menoleh sedikitpun pada Rizki yang maish berdiri.
"Soal bukti rekaman itu, gue juga tau bang.. teman-teman Deril ke sekolah tadi buat nunjukkin bukti itu. Ternyata saat kejadian, ada cctv di gudang sekolah" Rizki menjelaskan singkat
Yulius hanya berdehem menandakan bahwa ia mengerti. Hasbi bangkit berdiri berjalan kearah Rizki lalu menarik kedua kerah baju Rizki dengan kedua tangannya.
"Meski sudah ada bukti, jangan harap gue ataupun Yulius bisa maafin lo gitu aja! Lo tetap pembunuh karena gak becus jaga nyawa adik lo sendiri!!!" Suara Hasbi mulai meninggi "Tulisan tangan Deril dikertas itu gak akan pernah gue lupain disaat dia menyebut nama lo buat minta tolong!!!"
BUG!!!
"KEMANA SIH LO? KEMANA LO DISAAT ADIK LO SENDIRI BUTUH BANTUAN LO BAHKAN DISAAT HARI KEMATIAN NYA!"
BUG!!!
BUG!!!
"GUE BENCI LO! SUMPAH KENAPA HARUS DERIL! HARUSNYA LO YANG MATI!!!"
BUG!!!
"HASBI!!!"
Aksi Hasbi terhenti ketika suara teriakan Yulius begitu nyaring terdengar. Hasbi baru saja memukul Rizki bertubi-tubi sampai lelaki itu berakhir tersungkur. Yulius yang melihat adegan itu dan mendengar suara teriakan Hasbi membuat kepalanya yang pening ingin meledak sehingga ia berteriak untuk menghentikan.
Dan juga sejujurnya, hati kecilnya tak tega melihat Rizki dipukul seperti itu meski selama setahun ini pemandangan seperti itu sudah biasa ia lihat bahkan ia juga pernah memukul Rizki beberapa kali.
"Percuma lo pukul dia sampai dia matipun, Deril gak akan balik lagi! Jadi gausah buang tenaga lo buat orang seperti dia"
Jujur sakit bagi Rizki mendengar kakak sulungnya berkata demikian. Seolah ia makhluk tak berguna dirumah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Them.
Teen FictionKumpulan cerita pendek 7 orang dengan jalan hidupnya masing-masing. Cerita ini bersifat fiksi yaitu tidak berdasarkan kisah nyata. Apabila ada kesalahan kata,kalimat, atau tanda baca, mohon maaf. HAPPY READING! Dont forget to vote and comment!