-Steve-
"Kak demi Tuhan jangan!!!"
"Mending gue yang mati daripada lo dek"
"Tapi gimana dengan mereka"
"Gue titip mereka dek"
"GAKKK! KAK TOLONG KAK JANGAN!!!"
Kubuka mataku perlahan. Tercium aroma obat yang sangat menyengat. Aku tau ini dimana. Aku pasti sudah berakhir di ranjang rumah sakit.
Kepalaku terasa sakit, tubuhku kaku, bahkan lidah ku kelu untuk berbicara meski tenggorokan ku terasa sangat haus sekarang.
Mimpi itu. Lagi-lagi kejadian itu menghantui alam bawah sadarku ketika aku tak dapat melihat apapun karena kecelakaan yang menimpa ku.
Ya aku kecelakaan di dalam Gedung. Dan aku tau siapa yang mendorongku dari hingga tubuhku terjun bebas ke lantai dasar.
Jeremy. Kenapa kak Jer melakukan itu padaku? sebenci itukah dia pada anak baru di grup nya? Aku tau kehadiran ku tidak pernah menyenangkan hati kak Jeremy dan teman-temannya karena aku hadir disaat kematian sahabat baik mereka. Luka mereka belum sembuh, tetapi kedatangan ku menorehkan luka baru bagi mereka.
Aku mungkin memang pantas mendapatkan insiden ini namun yang mengganjal adalah sebelum aku benar-benar kehilangan kesadaran dengan posisi terlungkup, aku mendongak sedikit untuk melihat kak Jeremy.
Dari atas sana, tatapan kak Jeremy dingin. Sangat dingin. Seperti orang yang menyimpan dendam selama bertahun-tahun.
Kak Jer, apa kamu mengetahui sesuatu?
"Steve, bisa denger saya?"
Suara berat ini ku yakini itu suara dokter dirumah sakit ini. Aku mengerjapkan mataku dan benar. Ada dokter lelaki tetapi beliau tidak sendiri. Ada kak Devi, kak Zoya dan Rizki.
Aku melihat mereka satu per satu sebelum akhirnya aku mengangguk.
"Baik Steve saya periksa sebentar ya"
Keadaanku diperiksa kembali untuk memastikan apakah aku sudah mulai membaik atau belum, syukurnya setelah itu dokter mengatakan bahwa aku hanya perlu recovery beberapa hari. Artinya kecelakaan ku tidak parah right.
"Lo butuh sesuatu?" Kak Zoya bertanya padaku dan aku mengganguk. "Air" akhirnya aku bisa mengeluarkan satu kata.
Kak Zoya mengambilkan air minum untukku lalu ku meneguknya sampai habis. Lega.
"Gue turut prihatin sama keadaan lo, tapi gue semoga kejadian seperti ini tidak terulang lagi" kali ini kak Devi membuka suara.
"Inget ya Steve! Nevel mau comeback dan kami dari agensi wajib mengenalkan lo pada publik pada saat showcase single terbaru nevel nanti" Jelas Kak Devi tanpa memperdulikan keadaan ku yang—yeah I know kamu gak peduli kak tapi bisakah beri aku waktu untuk recovery? Tapi comeback Nevel memang sebentar lagi. Bingung dah!
"jadi lo cepet deh ya recovery nya karena banyak koreo lagu nevel yang mesti lo pelajari terutama buat lagu nevel yang baru"
"Iya kak.." aku hanya mampu menjawab demikian.
"Lo keterlaluan ya dev!" Kak Zoya menatap Kak Devi tak percaya. "Steve baru aja kecelakaan loh dan keadaan dia lagi begini sekarang tapi bisa-bisanya lo ngomong kayak gitu?! Steve butuh recovery beberapa hari dev! Lo gak budeg kan pas dokter ngomong tadi"
"Gue denger. Gue Cuma mau mengingatkan kewajiban Steve sebagai member baru di Nevel"
"Lo—"
"Tolong lo berdua gak usah berdebat! Ini rumah sakit" Dapat kulihat Rizki mencoba melerai mereka sampai akhirnya Rizki berhasil membawa Kak Devi keluar.
Tersisa aku dan Kak Zoya disini. Aku menatap kearah Kak Zoya, berusaha untuk mengucapkan sesuatu namun semuanya masih terasa kaku hingga langit-langit mulutku.
"Steva, sorry ya buat yang tadi. Mungkin Devi sedang banyak pikiran untuk soal comeback Nevel. lo istirahat dulu ya! Gausah dipikirin ucapan Devi tadi. Gue telfon orang tua lo dulu" ucapnya namun aku menggeleng kuat.
"Jangan telfon papa kak.." cegahku cepat.
"Steve gak mau buat papa khawatir"
Bukan. Aku berbohong. Jika papa sampai tau apa yang sedang terjadi padaku saat ini, dipastikan dia akan menjadi iblis.
Papa akan marah, benar-benar marah.
-Devi-
Pikiranku masih berputar mengenai hal yang menimpa Steve. Sejujurnya aku kasihan padanya karena dia baru beberapa hari bergabung di agensi namun sudah mendapatkan musibah. Dan yang tak ku habis pikir, kenapa Jeremy bisa berada diatas sana saat Steve terjatuh? Demi Tuhan jeremy kamu yang mendorongnya? Kenapa?!
Tidak hanya sampai disitu, otakku juga memikirkan saat aku mengamuk di ruangan Arga tadi. Ternyata Arga begitu bencinya sama Wira sehingga ia bisa mencari pengganti Wira dengan sangat cepat karena bokapnya. Ya aku tau dia menginginkan Nevel sukses tapi kenapa dia begitu mengasingkan satu orang hanya karena kekurangan orang itu sendiri. Bahkan ketika aku mengatakan bahwa rem mobil wira blong saat kecelakaan itu, dia juga tak peduli. Sebenarnya kamu kenapa sih Arga?!
Argghhh!!! Rasanya muak sekali memikirkan semuanya ditambah lagi, aku belum bisa menerima kehadiran Steve. Zoya pun mengataiku keterlaluan hanya karena perkataan ku ke Steve dirumah sakit tadi. Ya mau gimana? Aku melihat keadaan Steve tidak begitu parah dan aku hanya ingin dia fokus ke Nevel itu saja. Zoya lebay sekali!
"Ada apa kak?"
Disinilah aku sekarang. Duduk di sofa apartemen milik Jeremy. Sehabis dari rumah sakit tadi aku langsung menelfon Jeremy untuk mengajaknya bertemu karena ada hal yang mesti ku bicarakan. Sekarang mari kita lihat, apakah Jeremy akan mengakui semuanya atau tidak.
"Lo kan yang dorong dia tadi" ucapku to the point ketika Jeremy duduk menghadapku.
Jeremy menghela nafasnya seolah sudah tau apa yang akan ku katakan.
"Iya" jawabnya singkat namun dingin.
"Kenapa?"
"Steve gak pantes ada di Nevel"
"Bisa lo bilang dengan jelas alasannya? Gue gak mau basa-basi"
"Ayahnya Steve yang bunuh Wira"
HAH?!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Them.
Teen FictionKumpulan cerita pendek 7 orang dengan jalan hidupnya masing-masing. Cerita ini bersifat fiksi yaitu tidak berdasarkan kisah nyata. Apabila ada kesalahan kata,kalimat, atau tanda baca, mohon maaf. HAPPY READING! Dont forget to vote and comment!