SEGELAS SUSU

4 1 0
                                    

Kilas Balik

Desember 2000

Bukankah malam menjadi waktu yang sangat di nantikan oleh makhluk penghirup oksigen di bumi?

Memulihkan kinerja otot dan otak yang lelah digunakan seharian. Beristirahat dari kesibukan dunia.

Tapi..
Di sudut sebuah ruangan terdengar isakan kecil. Sungguh, begitu lirih. Seorang gadis kecil, dengan tubuh yang bisa di bilang kurus bahkan sangat kurus menangis sebari memegangi perutnya yang sedikit membusung.

Bukan hanya tangisan, di setiap beberapa detiknya di selingi dengan sesegukan. Matanya sedikit membengkak dan ternyata gadis kecil itu sudah kehabisan air matanya.

Bibir kering dengan sedikit sapuan darah terus memanggil-manggil nama yang selalu anak kecil lainnya agung-agungkan ketika sedang mengeluarkan tangisnya.

"Mah... Mah... Mah! "

Iya, MAMAH. Gadis kecil itu terus bergumam pelan memanggil nama itu. Tapi hanya memantul pada dinding dengan cat pudar saja. Tanpa ada satupun makhluk yang mau mendengar.

Gadis itupun menyeret kaki kecilnya dengan sisa tenaga yang sialnya sudah dia pakai seharian. Dia menyeretnya mendekati pintu kayu yang sudah mulai lapuk termakan dinginnya udara di ruangan itu.

Dia mengetuk pelan pintu kayu itu dengan terus memanggil nama yang sedari tadi dia gumamkan. Terus dan terus dia mencoba mengetuk pintu, berharap mamanya datang. Tidak mamahnya pun orang lain yang mendengarnya.

Mungkin sekarang badannya benar-benar lemah. Gadis kecil itupun membaringkan tubuhnya di lantai dingin tanpa alas. Bukan tidak mau berbaring di tempat yang nyaman, tapi apa boleh buat di sekitar ruangan hanya ada lumut, debu dan sarang serangga.

Dia terus menatap celah kecil dari bawah pintu, dengan terus berharap seseorang datang.

Bukan hanya tubuhnya yang lelah, tapi sekarang matanya juga ikut lelah. Akhirnya dia memutuskan untuk memejamkan matanya agar merasa lebih baik.

Sampai akhirnya, matanya terbuka lebar dan tubuhnya segera mendudukkan diri. Seolah-olah mendapat tenaga dari langit, ketika mendengar derap langkah menuju ke arahnya.

Diapun sedikit menjauh dari posisi duduknya yang tepat di depan pintu. Pintupun terbuka dengan membawa serbuan cahaya yang membuat mata gadis itu sedikit menyipit.

"Non nggak papa? " Suara yang sangat gadis kecil itu kenal. Diapun mengucek matanya untuk menormalkan penglihatan. Dalam samar, dia melihat sosok wanita paruh baya dengan gurat kecemasan.

"Bi Siti! " Ucap gadis kecil itu dengan senyum menghiasi bibir keringnya.
"Iya non ini bibi. Ayo non kita keluar. Kita makan, non kan belum makan daritadi. "
Gadis kecil itupun mengangguk semangat, karena itulah yang dia butuhkan untuk mengisi tenaganya.

Lalu Bi Sitipun membantu gadis itu berdiri.
Menautkan jemari tuanya pada tangan kurus gadis kecil itu. Diapun melirik kearah gadis kecil itu dengan tatapan sendunya.

Mereka berjalan menyusuri lorong yang sedikit redup dengan pencahayaan yang sangat minim. Tepat di ujung lorong itu, cahaya kemewahan terpancar jelas. Berbanding terbalik dengan ruangan yang sedari tadi gadis itu tinggali.

"Bi mamah mana? " tanya gadis itu sebari melihat kesekeliling bangunan mewah itu.
"Tadi mamah non sudah ke kamar. Mungkin dia sudah tidur! "

Gadis itupun mengangguk paham, tapi di sela anggukannya wajahnya terlihat muram.
"Apa mamah masih marah sama Risa bi? " tanyanya lagi. Sekarang dia menatap Bi Siti dengan mata berlensa coklat indahnya, tapi dengan sedikit nanar.

TYARISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang