4. Menjaga Hati

5 1 0
                                    

Bahtyar hanya duduk menatap aquarium miliknya sebari menyesap secangkir kopi. Sebenarnya pikirannya masih berputar di percakapan dia dengan Nean tadi subuh.

08

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

08.40

Entah kenapa tiba-tiba Tyar malas berangkat ke kantor. Untung saja hari ini tidak ada meeting penting. Dia berencana akan bermalas-malasan dulu sampai jam 10.

Tiba-tiba seseorang masuk apartemennya.

"Risa?"

Ternyata Nirmala datang ke apartement Bahtyar. Iya, jelas Nirmala punya akses bebas memasuki apartement milik kekasihnya ini.

"Hey, kamu kenapa?"

"Hmmm aku nggak papa!"

"Kamu kelihatan pucet loh Bahtyar!"

"Benarkah?"

Nirmala hanya mengangguk dan langsung memeluk Bahtyar erat dan tentunya di sambut hangat oleh Bahtyar.

"Semalem aku ketiduran di sofa terus tadi pagi aku bangun leherku sakit banget?"

"Oh yah? Sini biar aku cek!"

Nirmala mencoba mengecek leher Bahtyar tapi dia kesulitan karena tinggi mereka. Melihat kekasihnya kesulitan, Bahtyar malah sengaja menggoda Nirmala dengan menjinjitkan kakinya.

"Bahtyaaarrr!"

Nirmala kesal dan malah di balas tawa ringan dari Bahtyar.

"Aku beneran harus cek leher kamu loh!"

"Iya iya!"

Bahtyarpun duduk di sofa dan Nirmalapun mengecek leher Bahtyar. Dan mencoba memegangnya.

"Awwww!" Ringis Bahtyar

"Sakit banget Tyar?"

Bahtyar hanya mengangguk.

"Kamu punya minyak buat urut?"

"Kayanya punya deh di laci bawah kamarku!"

"Aku ambil yah!"

"Iya!"

Nirmalapun meninggalkan Bahtyar dan masuk ke kamar untuk mengambil minyak urut untuk Bahtyar. Tapi dia tidak menemukan nya.

"Tyar!! Minyak urutnya nggak ada deh kayanya! Coba kamu kesini!"

"Masa sih?"

"Iya!"

Bahtyarpun menghampiri Nirmala yang kesulitan menemukan minyak urut yang Tyar maksud. Bahtyarpun ikut mencari minyak urutnya dan anehnya langsung Bahtyar temukan. Dan membuat Nirmala tertawa.

"Kamu nyari pabriknya Nir!"

Nirmala tertawa mendengar lelucon receh dari Tyar.

"Sini duduk!"

TYARISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang