Runtuh

26 4 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim,
Semoga suka yah dengan cerita aku
Happy reading

Temukan aku di tiktok @penyukamalam_
Temukan aku di Instagram @penyukamalam02

Tidak ada yang tersisa dalam hidupku, semuanya sirna beriringan dengan pudarnya kasih sayang kedua orang tuaku

Adiba Afsheen Myesha Al Fariz

Bau khas obat obatan menyapa indra penciuman 3 orang berlainan jenis dengan usia berbeda beda, diruangan bernuansa serba putih itu.

Dua di antara mereka menatap tajam seorang wanita yang terbalut selang infus di tangan dan kepalanya terbalut perban.

"Kumohon kalian berhenti menatap adikku seperti itu, dia belum sadar sekarang" Ghifari berucap penuh nada dingin di setiap kata yang terlontar dari mulutnya.

"Ghifari, kamu ngak melihat bagaimana kedua orang tua dari pemuda yang di tabrak adiba merendahkan harga diri mama. Sudahlah cepat hentikan drama ini, aku udah muak rasanya aku ingin ke jakarta Saja. Kepalaku pusing" keluh Wulan menatap gerah ghifari, ia duduk di salah satu sofa sembari memegang kepalanya.

Ghifari meremas jari jemarinya sehingga menghasilkan bunyi akibat tekanan dari jari jari itu. Ia menatap wanita yang melahirkannya itu penuh kelukaan.

Kini wanita yang terbaring lemah di atas brankar rumah sakit, mulai mengerjap-kan kedua matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk di pupil matanya.

"A-k-u d-i-m-a-n-a?" Ucapnya terbata bata. Jari lentiknya bergerak perlahan lahan.

"Alhamdulillah Diba" ghifari memeluk adiknya, rasanya lega setelah menunggu 2 jam lebih, akhirnya Adiba tersadar.

"Ghifari menyingkir" Hasyim menyeret putranya memisahkannya dengan adiba.

"Adiba, apakah ini alasan kamu memanggil ayah dari Jerman ke Indonesia hanya melihat kelakuan berandalmu ini ha?" Tatapan mata pria paruh baya dengan satelan jas kantornya itu memancarkan kilatan amarah di kedua matanya.

PLAK

"Ayah beraninya kau" ghifari berteriak, melayangkan Bogeman mentah di pipi pria paruh baya itu.

Adiba hanya bisa meneteskan air mata merasakan ngilu di pipinya, sementara Hasyim menatap Ghifari, dadanya naik turun akibat nafasnya yang tidak beraturan.

"Sampai kapan kamu mendukung anak tidak berguna seperti ini" Hasyim menunjuk Adiba.

"AYAH CUKUP!!"

"Ayah masih beruntung mulutku masih menghormatimu, memanggilmu dengan sebutan ayah. Sebelum menampar Adiba lebih baik tanyakan dulu apa penyebab di balik kecelakaan itu" jelas Ghifari, ia tidak terima adiknya disalahkan hanya karena penjelasan sepihak seperti ini.

"Kamu ngak lihat semua dokter disini, teman ibu menatapku penuh remeh. Itu karena dia!!. Ibu dari pemuda itu juga mengatakan bahwa yang salah adalah Adiba." Wulan menyela, tidak terima soal perkataan orang terhadapnya karena Adiba.

"Mereka mengatakan bahwa ibu ngak becus kan? Itu benar ko Bu, apakah Ibu pernah memberikan kasih sayang selama 7 tahun kebelakangan ngak ada kan?"

"Jadi kumohon jangan menyangkut pautkan permasalahan ini dengan kesalahan ibu sendiri" tegas Ghifari.

Penuturan ghifari membuat Wulan terdiam kini ia kembali duduk di sofa, wanita berumur 48 tahun itu memegang keningnya yang terasa berdenyut.

"Dib, ceritakan ke Kaka kenapa bisa seperti ini" Ghifari menatap sendu adiknya, mengusap lembut pipi bekas tamparan Hasyim di pipi adiba.

The first and last love  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang