Bertemu

16 1 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim,
Semoga suka yah dengan cerita aku
Happy reading

Kehadiran seseorang dalam hidupmu hanya membawa dua hadiah. Hadiah pertama adalah kebahagiaan dan hadiah kedua adalah kesedihan. Dan kedua hadiah tersebut membawa pembelajaran bagi orang yang pandai bersyukur atas takdir yang Allah goreskan untuknya.

Love in prayer


"siapakah wanita ini?" Wanita paruh baya menatap penuh tanya kepada anak sulungnya, menuntut akan penjelasan.

Akhtar menoleh ke Adiba sekejap, kembali menatap sang umi dimana wanita paruh baya itu terlihat menyimpan banyak pertanyaan dibenaknya. Kini rasanya jantung Akhtar akan melompat dari tempat, mangapa? karena untuk pertama kali bagi Akhtar membawa seseorang yang bukan mahramnya ke ndalem. Karena kejadian inilah Akhtar merasa bahwa ia membawa calon menantu untuk keluarga Al Ghaffar dan memperkenalkan ke seluruh keluarga sekaligus pesantren Nurul Salam.

Dalam satu tarikan nafas panjang Akhtar berkata "Perkenalkan dia adalah Adiba Afsheen Meysha Al fariz, dia adalah teman dari Erna sekaligus teman dari Akhtar umi" jelas Akhtar menatap penuh pada sang umi.

Wanita paruh baya berbalut abaya hitam menghela nafas panjang, mempersilahkan anak dan sang tamu memasuki rumah.

"assalamualaikum"

Suara lirih Adiba berayun beriringan kaki kanan berbalut kaos kaki coklat menapak pada ruang tamu keluarga Al Ghaffar, ruang tamu bertema kearab araban.

Umi Fatimah menggandeng tangan Adiba selama memasuki lorong rumah berdasar kayu jati dan lantai keramik. Sekarang Adiba berada di ruang keluarga lebih luas dari ruang tamu. Hal pertama yang Adiba lihat adalah foto seorang anak berusia 10 tahun memegang medali emas juara satu atas lomba tilawah Al-Qur'an, dan disamping foto itu terdapat foto berukuran 20r seorang anak memakaikan mahkota ke sang ibu atas hadiahnya menuntaskan hafalan Al-Qur'an 30 juz, foto keluarga dengan outfit senada terpajang begitu indah ditengah foto dua pemuda berparas tampan, dapat Adiba lihat dua pemuda itu telah menyelesaikan hafalan 30 juz. Sungguh Adiba merasa sangat takjub akan keluarga ini, berbagai foto kedua anaknya memenangkan penghargaan atas lomba lomba keagamaan terpajang begitu apik di ruang keluarga mereka sedangkan ruang keluarga Adiba yang lebih luas dari ini tak memiliki foto keluarga penuh kehangatan, sangatlah miris.

"Silahkan duduk nak"

Suara lembut umi Fatimah mengalun indah, Adiba mengangguk, duduk di samping umi Akhtar. Tak berselang lama Akhtar meninggalkan ruang tamu tersebut. Usai kepergian Akhtar umi Fatimah memulai pembicaraan mencairkan suasana, melalui pertanyaan, kamu suka makanan seperti apa? Kamu tinggal dimana? Dan kamu suka apa?. Hingga pada titik umi Fatimah menanyakan sesuatu yang membuat Adiba kaget bukan main.

"Kamu dan anak umi ada hubungan apa?"

Pertanyaan tersebut terlontar begitu enteng dari mulut umi Fatimah. Sungguh Adiba dibuat kaget, ia tak tahu akan menjawab bagaimana, dapat adiba rasakan tangan umi Fatimah mengelusnya secara perlahan.

5 menit berlalu.

"Umi" suara Adiba bergetar. Membuat wanita paruh baya itu semakin dilanda kebingungan, rasa penasaran tinggi menggerogoti hati.

"Umi tahu, anak umi lah dibalik niatku ingin berhijrah, menjadi wanita lebih baik lagi, malam itu takdir mempertemukan aku dengan anak umi. Umi tahu apa yang dilakukannya?"

Adiba mulai terisak, menggenggam lebih erat tangan umi Fatimah membuat wanita paruh baya itu mengulurkan tangannya menyapu bulir air mata di pipi Adiba.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The first and last love  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang