Buku Diary

19 4 1
                                    


Bismillahirrahmanirrahim,
Semoga suka yah dengan cerita aku
Happy reading

Akhofu alaika min ayyi huznin yasriku ibtisamataka. Yang artinya aku selalu mengkhawatirkanmu dari setiap kesedihan yang akan mencuri senyummu

Muhammad Akhtar Hafidz Al Ghaffar

Lemari enam pintu berwarna hitam dan terdapat rak disamping dalam satu lemari. Kursi berwarna putih sebagai tumpuan karena lemari itu terlalu tinggi untuk ia gapai. Wanita berpakaian baju tidur bermotif boneka Stitch sibuk memasukkan beberapa pakaian dari lemari bagian bawah ke atas.

“Good bay baju kesayanganku” Adiba merapikan baju pendek sekaligus celana pendek ke lemari baju khusus untuk rumah.

Pagi ini Adiba sudah membulatkan keputusan tidak lagi mengenakan pakaian pendek selama ia keluar rumah,dengan semangat menggebu gebu adiba mengosongkan lemari baju khusus untuk di luar rumah.

Setelah sarapan ia akan berbelanja baju longgar, usai ia membereskan pakaian secara sempurna, Adiba melangkahkan kaki menuju ruang makan di lantai satu, bisa di pastikan kakanya sudah berada di bawah karena sekarang jam sudah menginjak 7.00.

“Pagi ka” mengukir senyum Adiba menarik kursi duduk tepat di depan sang Kaka, bergabung bersama ghifari yang nampaknya akan selesai pada acara sarapan paginya.

Ghifari menoleh ke Adiba sebentar dan mengunyah makanannya “pagi, maaf Kaka harus sarapan lebih dulu karena ada urusan mendadak di kantor” jelas ghifari kembali menyuapi nasi putih dan udang tumis kedalam mulutnya.

“Ngak apa apa. Oh iya, gue mau izin belanja hari ini” Adiba mengambil satu sendok nasi dan udang tumis.

“Hati hati, sama Rafael kan?“ Ghifari membersihkan sisa makanan di bibir menggunakan tisu, berdiri mengangkat piring kotor dan meletakkan ke wastafel.

Untuk sesaat Adiba terdiam, ia baru tersadar setelah pria itu mengatakan bahwa ia akan ke Prancis sampai sekarang Rafael belum memberikan kabar apapun. Biasanya ia akan selalu memberikan kabar meskipun itu hanya membeli gado gado makanan kesukaannya itu.

Adiba menyalakan handphone mencari kontak Rafael, Adiba menunduk dalam, benar pria itu tidak pernah memberinya kabar sedikitpun. Bahkan mengatakan bagaimana hari harimu itu tidak ia lakukan, akankah ini adalah salah satu cara Rafael agar adiba terbiasa tanpa dirinya. Tetapi tidak seperti ini kan.

Adiba mendongak melihat kakanya sudah siap berangkat ke kantor. “Kaka apa Rafael pernah menghubungimu?“

Sorot kesedihan dapat Ghifari rasakan, ia mengerti bagaimana perasaan adiba. Tetapi mau bagaimana lagi semesta mempunyai titik pertemuan dan itu berarti semesta juga mempunyai titik perpisahan.

Spontan ghifari menggelengkan kepala “emang kenapa sama dia? Apakah dia sakit?“ Ghifari melemparkan pertanyaan yang sudah ia tahu jawaban di balik kemurungan adiba.

“Dia ngak kasih kabar apapun setelah mengatakan bahwa ia akan ke Prancis, seharusnya ia menghabiskan waktu lebih lama denganku sebelum pergi. Bukannya menjauh seperti ini” lirih Adiba menunduk dalam, melupakan sarapan pagi.

Ghifari mengelus rambut adiknya, “ngak usah sedih, besok Kaka pastikan Rafael datang, kita harus menghabiskan waktu bersama kebetulan besok adalah hari Minggu”

“Kaka janji, have fun belanjanya. Kaka berangkat cantik” ghifari mencium pucuk kepala adiba.

“Semangat cari cuannya” Adiba tertawa membuat ghifari mengacak rambut sang adik sebelum berangkat ke kantor, memberikan kecupan singkat di kening wanita itu.

The first and last love  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang