kehilangan

15 4 0
                                    


Bismillahirrahmanirrahim,
Semoga suka yah dengan cerita aku
Happy reading

Aku hanya bertanya, kenapa di antara semua yang ada di muka bumi ini. Kenapa harus kasih sayang kedua orang tua yang hilang dalam hidupku, kenapa?

Adiba Afsheen Meysha Al fariz

Malam ini, bulan purnama bersinar begitu terang di langit malam, bintang bintang di langit sebagai pelengkap, semilir angin menusuk permukaan kulit.

Dua bersaudara menikmati suasana malam yang begitu sunyi, mereka membaringkan tubuh di atas rerumputan, netra Adiba dan Ghifari tak pernah lepas dari keindahan langit.

“Sekarang kau masih mengerti ucapanku di tempat lukisan itu?“ Ghifari memecah keheningan yang terjadi sedari tadi.

Adiba hanya mengangguk, air mata kembali lolos membanjiri pipinya. Entahlah banyak pertanyaan yang ingin ia lontarkan kepada orang tuanya, tetapi ia tidak dapat kesempatan, bukan tak ada kesempatan melainkan semesta merenggut kesempatan dan kasih sayang kedua orangtuanya, tanpa mempertanyakan bagaimana perasaannya.

“Aku hanya bertanya, kenapa di antara semua yang ada di muka bumi ini. Kenapa harus kasih sayang kedua orang tua yang hilang dalam hidupku, kenapa?“

“Apakah aku tidak berhak untuk mendapatkan itu? Apakah itu terlalu mahal untuk aku dapatkan? Apakah dosa besar ketika aku meminta kasih sayang itu dari ayah dan ibu” lirihan pertanyaan Adiba secara beruntun memecah keheningan malam ini.

Mendengar isakan dari adiba, ghifari memeluk tubuh kurus itu karena belakangan ini Adiba tak memperdulikan diri sendiri. Tepat saat Adiba merasakan pelukan hangat kakanya, ia menangis menumpahkan semua kesedihan, sesak yang menyelimuti.

“Kenapa ka? Kenapa?“ tangan mungil itu memukul mukul dada bidang sang kaka.

“Bahuku tidak kuat untuk menopang ini semua” lirihnya dengan suara mulai serak.

“Siapa yang menyuruhmu untuk menopangnya sendiri, ada Kaka. Jangan menyimpan semua kesedihanmu sendiri” ghifari memeluk adiknya menyapu lembut rambut panjang Adiba. Tak terasa air matanya ikut keluar tanpa diminta. Sungguh ghifari tidak kuat melihat adik satu satunya harus berakhir seperti ini, itu karena perilaku dari orang terdekatnya sendiri.

Flashback off

Seorang anak perempuan berusia tujuh tahun memakai dress bermotif bunga dandelion. Ia terduduk di atas pangkuan sang ayah.

“Putri raja ayah, cinta pertama ayah, cita cita kamu setelah menginjak dewasa apa?“ Hasyim memeluk erat Adiba kecil, memberikan kecupan kecupan ringan di pipi putri tercinta.

“Pengen jadi penulis, Adiba kepengen menceritakan kepada seluruh dunia bahwa aku punya ayah dan ibu yang begitu sayang kepadaku” jelas adiba kecil begitu berbinar, ia menggeliat merasakan kumis tipis sang ayah menyentuh permukaan kulit pipinya.

“Wah, bocil kematian setiap engkau bersama ayah pasti kamu lupa dengan kakamu. Hmmm curang sekali kamu” Ghifari mencubit pipi chubby adiba, membuat ia mendengus untuk kesekian kali.

Sementara Wulan datang dan duduk bersila di atas rerumputan bersama kedua anak dan suaminya.

“Roti coklat siap mendarat di mulut putra putri ibu” Wulan berucap penuh antusias, menggoyangkan piring ke kanan kiri secara perlahan, sembari mengukir senyum di wajah ovalnya.

Secepat kilat Adiba berpindah dari pangkuan ayah ke pangkuan sang ibunda. Membuat mereka semua tertawa.

“Lihatlah ayah, putri rajamu itu sangat curang" protes ghifari di sela sela tawanya.

The first and last love  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang