Umar bin Khattab

26 4 0
                                    


Bismillahirrahmanirrahim,
Semoga suka yah dengan cerita aku
Happy reading

masalalu yang kelam tidak akan menghasilkan masa depan yang kelam. Terkadang masa lalu bisa menjadi batu loncatan untuk menjadikan kita lebih baik lagi dari sebelumnya

Muhammad Akhtar Hafidz Al Ghaffar

Sesuai kesepakatan semalam mereka akan bertemu di cafe Al Rumi, selama Adiba berada di cafe ini entah mengapa kesan pertama yang ia dapatkan adalah kedamaian.

Setelah memesan cofie americano dan brownies coklat, Adiba kembali mengerlingkan penglihatan ke segala penjuru cafe, hari ini cafe cukup padat.

Tak henti hentinya Adiba mengangumi cafe ini mulai dari interior, warna dan tata letaknya. satu hal paling menonjol dalam penglihatan Adiba adalah tulisan dari Jalaludin Rumi yang mengatakan.

“jangan kau mencintaiku dengan matamu, barangkali ada yang lebih indah dariku. Cintailah aku dengan hatimu, maka hati itu selamanya tak ada yang menyerupainya. Maulana Jalaluddin Rumi”

Adiba tersenyum setelah ia membaca kata kata itu, entah mengapa atensinya mengarah ke sana. Hingga suara waiters membuat senyumnya memudar.

“Silahkan mbak, selamat menikmati” jelas perempuan bercelemek hitam ciri khas waiters di cafe Al Rumi, usai meletakkan pesanan adiba, ia membungkukkan sedikit badannya.

“Makasih”

Setelah mendengar kata makasih pelayanan pun bergegas meninggalkan Adiba, dan kembali bertugas.

“Assalamualaikum”

celana jins hitam dipadukan baju kaos pendek berwarna putih membaluti tubuh jangkung si pemuda, ia berdiri tepat di depan Adiba.

Adiba mendongakkan kepala, mulutnya tidak berhenti menguyah kue brownies, membuat pipi wanita itu menggembung.

“Walaikumsalam” adiba membalas setelah kue didalam mulutnya telah tandas tak bersisa.

Akhtar mengerlingkan penglihatan begitu banyak pelanggan di sore hari, ia berpikir mana mungkin adiba akan bercerita di tempat ini. Dan akhtar pun memutuskan untuk merubah lokasi tempat pembahasan.

“Maaf, apakah kamu setuju pertemuan kita hari ini harus berpindah lokasi? tempat ini kurang tepat. Saya takut akan terjadi asumsi yang tidak tidak karena cafe ini adalah milik saya. Kamu tahu kan lelaki dan wanita satu meja akan terjadi apa?” jelas akhtar hati hati takut menyinggung perasaan Adiba, adiba hanya menganggukkan kepala ia terfokus pada kue brownies di depannya.

“Yaudah, bicaranya dimana?“ Adiba berdiri siap untuk melangkahkan kaki keluar dari cafe, satu
piring kue brownies berada digenggaman.

Akhtar menautkan kedua alis, dahinya mengkerut melihat tingkah Adiba menggenggam satu piring berisikan sepotong kue brownies ditambah perempuan itu mengenakan sweater navy bermotif boneka Stitch. Sangat lucu dimata Akhtar. Sekuat tenaga Akhtar menahan agar tangannya tak bergerak untuk mengelus pucuk kepala Adiba.

“Kue itu?“

“Mau gue bawa, piringnya belakangan aja, ini kan milik lo. Jadi gue bisa titip ke lo untuk dikembalikan” jelas adiba enteng mengedikkan bahu, menyuapkan kue brownies ke dalam mulut.

Tak mempedulikan Adiba, akhtar melangkahkan kaki keluar dari cafe di ikuti Adiba yang tetap setia pada perkataannya yaitu membawa kue brownies.

Akhtar menunggangi motor sport hitam miliknya, membuat Adiba melongo apakah benar ini adalah laki laki berjubah malam itu. Ia tak salah orang kan? Sungguh ia memiliki daya tarik berbeda di setiap style yang ia kenakan, tak luput kesan wibawa melekat dalam diri pemuda itu.

The first and last love  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang