Part 4

13.4K 1K 75
                                    

........

"Loh kok Tivian nya digendong?" Tanya leo.

Alex langsung menaruh Tivian disalah satu kursi dengan hati-hati lalu duduk disamping Tivian.

"Kakinya terkilir." Ucap Alex setelah duduk dikursi nya. Leo dan ibunda mereka hanya mengangguk paham kemudian memulai acara makan bersama dengan tidak ada yang bersuara kecuali suara alat makan yang bertabrakan.

Tivian juga diam, dia sudah diajari tata Krama makan dari kecil. Meski disekolah nya dia dikenal anak yang berandal. Tapi kalau dirumah, beda jauh udah. Jadinya anak paling manja.

...........

"Noe."

(Ada apa tuan?)

"Tadi kata ayah. Lebih baik aku mencari pengawal pribadi di antara para kesatria. Tapi aku tidak kenal mereka semua. Nah kau kan bisa berubah bentuk menjadi dewasa kan?" Ucap Tivian.

Setelah selesai dengan acara makan, sang Granduke berbicara sesuatu tentang pelayan pribadi dan juga pengawal pribadi untuk Tivian.

Pelayan pribadi nya sudah dipilih secara langsung oleh sang Granduke. Tapi kalau masalah pengawal pribadi, Tivian disuruh memilih sendiri. Yang pasti harus bisa melindungi nya kapan saja.

Nah itu yang membuat Tivian setelah sampai dikamar nya langsung kepikiran ucapan ayah angkatnya itu.

(Apa maksud tuan adalah menyuruhku menjadi pengawal pribadi tuan?)

"Benar sekali! Kau bisa menampakkan dirimu didepan mereka kan? Dan lagi kau kan selalu bersama ku meski kadang ngilang entah kemana."

(Bisa saja tuan. Tapi tetap ada syaratnya)

"Oh ayolah... Memangnya apa syaratnya?"

(Setiap pagi, siang dan sore. Tuan harus memberiku jatah ciuman)

"Di pipi kan?"

(Bukan dipipi, tapi disini tuan)

Sistem menunjuk kearah bibirnya yang membuat Tivian entah kenapa jadi malu aja.

"Kamu ya! Dikasih hati malah ngelunjak minta jantung!" Untuk mengalihkan rasa malunya. Akhirnya Tivian ngomong kayak gitu.

(Lah... Kapan tuan ngasih saya hati? Dan kapan juga saya minta jantung?)

Mendengar ucapan Noel, membuat Tivian seketika tertohok oleh omongannya Sendiri. Nih sistem, polos atau beg* sih? Mungkin sekarang itu yang ada di pikiran Tivian.

"Bukan gitu maksudnya! Kalau aye ngasih hati. Yang ada aye mati dah. Mo tanggung jawab lu?"

(Jika tuan mati, maka tuan akan tetap menjadi Tivian dan semuanya di ulang kembali. Jadi jangan menyia-nyiakan lol)

"Serah lu! Mau mandi aja dah gue. Awas aja kalau lu ngintip!"

(Siap tuan!)

(Tapi boong! : Batin Noel)

"Nggak percaya gue Ama lu! Bentar." Noel heran saat tuannya mengambil kain kecil yang agak panjang.

"Sini mendungkuk dulu Napa! Lu nya tinggi!" Mendengar perkataan tuannya sontak saja membuat Noel tertawa namun tetap mematuhi perintah tuannya.

Beberapa saat kemudian, Noel heran karena dia tidak bisa melihat apa-apa? Dan gelap setelah Tivian memasangkan kain yang dia ambil tadi.

"Nah kalau kayak gini baru aku percaya. Udah dulu ya... Bay cayang kuchh!" Tivian langsung berlari menuju kearah kamar mandi yang tidak jauh dari kamarnya.

Tanpa dia sadari, Noel sudah membuka penutup matanya dan tersenyum penuh arti melihat kearah pintu kamar Tivian.


..
..



"Hehe enak juga berendam air hangat di kolam besar ini." Ucap Tivian sembari tersenyum menikmati acara mandinya.

Tadi sempat ada pelayan yang ingin membantu nya untuk menggosok punggung. Tapi tentu saja Tivian tolak karena malu aja cuy.

"Permisi tuan. Apa anda perlu bantuan saya untuk menggosok punggung tuan?" Mendengar sebuah suara dari belakangnya membuat Tivian agak jengah namun berusaha untuk tetap sopan.

"Sudah ku bilang tidak us_ ah... No-noel?!" Ya saat dia berbalik, dia terkejut saat melihat Noel yang sudah duduk di tepi kolam sedang yang dipakai Tivian untuk berendam dan mandi.

"Hehe aku juga mau ikutan mandi tuan." Ucap Noel dengan enteng.
Sekarang dia sedang dalam wujud manusia yang bisa dilihat siapa saja. Yang tentunya dengan wajah dan tubuh yang sempurna.

"Ja-jauh-jauh sana!" Noel semakin mendekat kearah Tivian. Entah kenapa melihat pipi Tivian yang merah membuatnya ingin semakin menggoda Tivian.

"Sudah ku_ mmpphh!!?" Saat sedang berbicara, ucapan Tivian langsung terpotong saat Noel mengangkat dagunya dan langsung menempelkan bibirnya ke bibir Tivian.

Tentu saja Tivian kaget dan sama sekali tidak berniat untuk membuka mulutnya. Namun mulutnya seketika terbuka dikala bongkahan sintal nya di remas remas oleh sebuah tangan nakal.

Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan. Noel langsung saja memasukkan lidahnya kedalam mulut hangat Tuannya.

Tivian juga pada akhirnya pasrah meski sempat memberontak. Namun apa daya, tenaga nya seperti sudah terkuras habis dan jikalau Noel tidak memeluk pinggang nya. Sudah tentu Tivian akan langsung jatuh atau mungkin bisa tenggelam karena dirinya dan Noel sedang ada didalam kolam.

Beberapa menit kemudian ciuman itu sudah terlepas karena Noel tahu kalau tuannya masih butuh bernafas. Tivian langsung saja menghirup udara sebanyak-banyaknya seperti pasokan udara sudah menipis saja.

Dia kira sudah selesai. Namun dia kembali terkejut karena ada sesuatu didalam lubang pant4tnya.

"Sakitt!!" Tivian semakin mempererat pelukannya karena itu benar sakit.

"Shuuut!! Nanti juga terbiasa. Ini juga baru pemanasan. Tuanku..." Noel langsung mengangkat tubuh Tivian.

Setelahnya, Noel kembali mencium dan melumat bibir tuannya. Kemudian beralih kearah leher putih mulus Tivian sambil menjilat dan menggigit leher Tivian.

Setelah dirinya puas. Noel langsung menuju kearah kedua benjolan di dada tuannya. Dan memainkan kedua benjolan itu.

(Btw tangannya udah dikeluarin dari lub4ng Tivian)

"Ahh... Janghh an di isephh!" Mendengar suara merdu dari tuannya membuat libido nya naik.

Namun dia langsung berdecak kesal karena dia ada sebuah pesan yang menyuruhnya untuk kembali ke sistem tengah.

"Mungkin cukup untuk hari ini tuan. Hehe sampai jumpa!" Seketika Noel langsung menghilang dari pandangan Tivian.

Yang tentu saja membuat Tivian kesal karena dirinya hampir aja keluar dan kesal lagi juga karena dirinya tidak sempat untuk protes.

'Ck! Menyebalkan!" Batinnya.









.

..

......


To be continued

Protagonis Pria?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang