Part 18

3K 221 9
                                    

Siang ini, Tivian berniat untuk membaca buku di perpustakaan.

Perpustakaan di siang hari memang selalu sepi. Tivian tidak peduli, sekalipun hanya dia yang ada di perpustakaan. Suasana membaca jadi lebih tenang, Ia suka keheningan karena dengan itu, Ia bisa memfokuskan perhatian nya pada bacaannya.

Setelah berhasil menemukan buku yang menarik untuk dibacanya, Tivian segera beranjak dan berbalik, betapa terkejutnya dia saat melihat seseorang yang sudah berdiri tepat di belakangnya.

"Ka-kau."

"Tio." Terkejut, tentu saja. Apalagi, tubuhnya kini direngkuh oleh seseorang dihadapannya itu. Siapa orang yang tidak akan terkejut, jika dirinya direngkuh oleh orang asing. Mestinya, kalian akan sama-sama terkejutnya.

"Aku merindukan mu, Tiovel. Fione mu ini merindukanmu." Perkataan yang tiba-tiba itu, mampu membuat Tivian lebih terkejut lebih dari yang tadi. Apa sosok ini benar-benar kekasihnya yang amat dia rindukan?

"Fione? Apa ini benar-benar kamu?"

"Ya, ini benar-benar aku, Tio. Aku merindukanmu, aku tidak bisa hidup tanpamu. Jangan meninggalkan ku lagi." jawab Seseorang itu.

Ting!

_______________

Misi: Selesai [✓]
Mencari kekasih anda di dunia Novel ini

Hadiah: 20 Novel edisi terbatas, 2 karung Blueberry, 1 paket buah Cherry

Selamat menikmati hadiah anda!

______________

Bibirnya terasa menempel dengan sesuatu yang sama kenyalnya. Tanpa seijinnya, lidah itu terulur dan mempermainkan segala isi mulut nya. Setetes cairan bening, turun membasahi pipinya. Ia tidak pernah menyangka, jika dia bisa bertemu dengan seseorang yang Ia cintai di dunia baru ini.

Setelah beberapa saat, pangutan mereka terlepas. Betapa terkejutnya sosok itu, ketika melihat wajah sang kekasih yang sudah memerah. Apalagi saat melihat buliran bening, jatuh menuruni pipi kekasihnya.

"Ti-Tio.. apa kau tidak menyukainya? Maaf, jangan menangis, Sayang." Menghapus buliran bening yang tidak Ia sukai itu. Merengkuh tubuh kecil kekasihnya sekali lagi. Itulah cara yang paling efektif untuk menenangkan Tivian.

"Fione, hiks hiks gw ga nyangka hiks hiks gw kira kita hiks ga bisa lagi hiks hiks bertemu. Gw kangen lu hiks hiks, sangat kangen.  Kenapa lu ga hiks hiks beritahu lebih awal hiks hiks." Yah, beginilah Tivian jika sudah bersama dengan kekasihnya. Ia akan mencurahkan semua emosi nya, selain pada orangtuanya.

"Shuutt.. maafin aku ya. Jangan nangis, aku ga suka liat kamu nangis. Ada aku di sini. Fione mu ada di sini." Keduanya larut dalam dekapan hangat masing-masing. Tidak menyadari, jika ada seseorang yang melihat semuanya dari awal.

"Tio? Jadi itu lu. Kenapa lu ga beritahu." gumam seseorang yang mengintip kegiatan dua orang yang sedang mencurahkan isi hati mereka. Sirat mata orang itu menyendu. Seseorang yang sudah mampu mengambil hatinya di kehidupan dulu maupun sekarang. Namun tetap saja, tidak ada keberanian untuk menyatakan perasaannya.

Ia sudah menyia-nyiakan kesempatan pertamanya dan untuk kali ini, Ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan keduanya. Ia akan berusaha untuk bisa menarik perhatian sahabatnya itu.

Bagaimanapun caranya.

...................

"Jadi, dia Fione yang tuan maksud. Biasa saja kalau menurutku. Ga ada spesial-spesialnya." ucap Noel yang melihat Tuannya datang dengan membawa kekasihnya itu.

"Ga boleh gitu, Noel. Saling berkenalan sana." Dengan penuh keterpaksaan, keduanya berkenalan

"Rionnand Greola."

"Noel Gallogart."

Keduanya saling bersalaman, meski Sirat mata mereka seperti menunjukkan sebuah petir yang tidak terlihat. Aura permusuhan, menguar dari eskpresi mereka. Yang anehnya, sama sekali tidak dilihat oleh Tivian.

"Ah, Tivian aku harus kembali ke asrama, soalnya kan mau ke ruang besar. Sampai jumpa saat jam istirahat ya!" pamit Rion, tuk menuju ke kelasnya. Karena ruangan asrama nya berada di gedung sebelah. Yah, setiap gedung, milik masing-masing asrama, dan kelasnya juga ada di gedung tersebut.

"Baiklah, Tuan. Aku akan ke kamar dulu. Tuan juga sebaiknya segera ke kamar tuan. Karena sebentar lagi, kita harus ke ruang besar." ucap Noel, mengusap lembut kepala Tivian sebelum pergi.

Tivian sendiri tidak ambil pusing, Ia juga segera melangkah ke arah kamarnya.

..................

Tivian beserta anggota kelompok, sampai di ruang besar, tempat semua asrama dikumpulkan. Mendudukkan dirinya, pada tempat yang tersedia.

Noel pergi menghampiri Tuannya, untuk mengatakan sesuatu. "Cek, presentase nya Tuan."

Setelah itu, Noel langsung pergi meninggalkan Tivian yang kebingungan. Karena rasa penasaran, Tivian segera mengecek presentase data dirinya.

"Tingkat mana? Hum, di sini sudah cukup banyak. Apa mungkin karena aku pemeran utama pria nya ya?" batin Tivian. Berpikir, mengapa jumlah mana nya sudah menyentuh angka 90%, padahal dia tidak pernah menggunakan kekuatan sihir, sebelumnya.

"TIM. VILX!"

"Ti, kau sedang mikirin apa? Sekarang giliran kita. Ayo!" ucap Ilvi, menyadarkan Tivian dari lamunannya. "A-oke."

Tivian beserta kelompoknya, berjalan lurus menuju ke arah panggung yang terdapat bola kristal bening, yang berukuran besar. Lebih besar 10× dengan, bola kristal yang ada di ruangan kepala sekolah.

Erix sebagai ketualah yang memulai duluan. Warna bola kristal itu seketika menjadi biru tua yang amat pekat. Tivian dapat menyimpulkan jika Erix juga memiliki tingkat mana diatas 90%

Sekarang gilirannya tuk mencoba. Telapak tangan Tivian, menyentuh permukaan bola itu. Perlahan, sihir biru segera memenuhi bola kristal itu. Banyak pasangan mata yang tertarik karena warna bola itu menjadi biru muda yang amat cantik. Seperti warna langit saat musim semi.

Sama seperti miliknya, Ilvi juga sama-sama memiliki warna biru muda. Hanya Tivian yang tahu mengapa hal itu terjadi. Tentunya karena dia dan Ilvi adalah pemeran utama di cerita ini. Meski Tivian tidak yakin kalau jodohnya itu Ilvi. Secara, Ilvi ternyata adalah kekasih dari Gifa.

......................

To be continued

Protagonis Pria?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang