Part 19

2.1K 176 12
                                    

Meninggalkan ruangan besar dengan terburu-buru, ia harus segera ke toilet! ini masalah alam yang harus segera diselesaikan olehnya. Meninggalkan anggota kelompoknya, Tivian bergegas menuju ke arah toilet.

Salahkan saja dirinya yang banyak minum jus buah yang disediakan. Apalagi saat melihat salah satu dari jus yang tersedia itu salah satu rasanya adalah Blueberry. Tivian langsung saja meminum jus dengan buah kesukaan sebanyak lima gelas. Entah mengapa dia bisa dengan mudahnya menghabiskan lima gelas jus tersebut.

Setelah selesai dengan urusannya. Saat ini Tivian tengah mencuci tangannya. Tiba-tiba namanya dipanggil oleh seseorang.

"Tivian?".

Sebuah suara terdengar, membuat Tivian menoleh sekejap. Ia melihat Leo yang berdiri di sampingnya. Tentu saja hal itu membuat Tivian terkejut sekaligus bingung.

"Kak Leo? ada apa?", tanya Tivian bingung.

"Kebetulan ketemu kamu di sini. Kakak ada kue rasa blueberry yang diberikan oleh ibu, katanya aku juga disuruh berbagi dengan mu. Apa kau mau?", tanya Leo beralasan.

"Kue? blueberry? tentu saja aku mau!", balas Tivian semangat. Ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk menyantap blueberry kembali.

"Jika kau mau, datang ke asrama pribadi ku, kau tau di mana itu", ujar Leo. Yah, anggota OSIS sepertinya memang memiliki kamar pribadi masing-masing. Namun, mereka tetap memiliki kamar bersama dengan yang lainnya.

"Um, okey? kalau begitu aku pamit dulu ya kak. Kasihan temen-temen ku sedang menunggu", ucap Tivian.

Leo mengangguk sebagai jawaban. Dengan segera, Tivian berlalu pergi meninggalkan Leo untuk pergi ke arah teman-temannya. Setelah Tivian pergi, sebuah seringaian kini terpampang di wajahnya.

"Kau bisa menyantap semua itu, Tio. Tapi malam ini aku akan menyantap dirimu, bersiaplah", batin Leo di balik seringaian mengerikannya.

.................

Tivian sampai di ruang besar kembali, namun karena berjalan terburu-buru, ia jadi menabrak seseorang. Membuatnya dan orang yang dia tabrak, jatuh seketika.

Tivian meringis kesakitan karena lubang anusnya belum sembuh, tapi sekarang harus bertambah sakit karena bergesekan dengan lantai.

"Vian, kamu gak papa? sini, biar aku bantu berdiri", ujar Rionnand yang berlari menghampiri Tivian tadi. Ia mengecek kondisi kekasih kecilnya itu, takut ada luka serius.

"Aku nggak papa. Maaf karena membuat kau jatuh", ucap Tivian saat dia sudah berdiri kembali, dengan bantuan Rion.

"あなたは甘いです", ucap seorang gadis yang berdiri di samping pemuda yang tadi sempat ditabraknya. Sepertinya mereka berteman.

Tivian melongo mendengar itu. Dia tidak bisa bahasa Jepang, jadi jangan harap jika Tivian mengerti apa yang orang itu ucapkan. Sedangkan Rion yang mengerti dengan apa yang orang itu ucapkan, kini semakin merengkuh pundak Tivian .

Enak saja orang itu bilang kekasihnya manis! ya memang benar sih. Tapi itu hanya boleh diucapkan oleh dirinya seorang.

"Maaf jika kalian lupa. Ini bukan di wilayah kalian, jadi mohon untuk berbicara dengan bahasa kami", ujar Rion dengan tatapan tajamnya.

"Oh, maaf kalau begitu. Namaku Kaedehara Sion dan orang yang kau tabrakan tadi adalah kakakku, Kaedehara Kazura", ujar gadis tadi pada Tivian.

"Um ya? namaku Tivian Eldrick dan dia Rionnand Greola", balas Tivian dengan sedikit bingung. Untung saja mereka berada di bagian paling belakang dari ruangan besar, jadi tidak menarik eksistensi siapapun.

"Kalau begitu kami pergi dulu. Sampai jumpa kembali, tuan Eldrick", ujar Sion sembari menarik lengan kakaknya.

Setelah kedua orang itu pergi. Tivian juga ikut mendudukkan dirinya bersebelahan dengan Ilvi. Sedangkan Rion sudah ia usir tadi.


.................


Malam hari telah tiba. Tivian pergi ke kamar Leo seperti ucapannya siang tadi. Ia sejujurnya curiga, tapi tetap berpikir positif dari pada hal itu membuat kesempatan untuk memakan buah kesukaannya menghilang.

Tok tok tok..

"Masuk saja", setelah terdengar jawaban dari dalam. Tivian lekas membuka pintu kamar itu dan segera masuk ke dalamnya sebelum menutup pintu kembali.

Di sana terlihat Leo yang sedang berkutat dengan kertas-kertas yang menumpuk. Di tambah dengan kacamata baca yang ia kenakan. Membuat kesan dewasa kini nampak di diri Leo.

"Duduklah di sana dan makan hidangan yang kau inginkan itu duluan. Aku masih ada pekerjaan", ujar Leo yang tidak melirik ke arah Tivian, masih berfokus pada kertas-kertas yang menumpuk.

Tivian yang pada dasarnya tidak peduli, segera mendudukkan dirinya di sofa yang ada di ruangan itu. Ia berbinar saat melihat kue yang masih belum dipotong-potong itu. Dengan segera, ia menyiapkan piring kecil dan memotong kue itu dengan porsi kecil agar muat di piring kecilnya.

Tivian menyantap potongan kue itu dengan senang hati. Rasa kue yang manis dipadukan dengan blueberry yang berasa manis dan sedikit asam. Ia suka perpaduan rasa ini.

Di sela-sela kegiatan memakannya, ia melirik ke arah Leo yang tetap disibukkan dengan pekerjaannya. Kilat hijau itu sangat tajam dan jernih, membuat siapa saja yang menatapnya, ikut merasakan kejernihan mata hijau tajam itu.

"Aku tau aku tampan", ucap Leo yang membuat Tivian kembali tersadar. Wajahnya merah padam karena ketahuan sedang menatap Leo. Ia segera mengalihkan pandangannya, menghindari bertatapan dengan Leo.

Leo terkekeh pelan sembari beranjak dari tempatnya, berjalan ke arah Tivian dan mendudukkan dirinya di sofa yang berhadapan dengan pemuda bersurai biru tersebut.

"Kau nampak imut jika seperti itu, Tio", seru Leo yang membuat Tivian membeku saat mendengar kalimat terakhir yang diucapkan pemuda bersurai kuning tersebut. Ia lekas melirik ke arah Leo dan pandangan nya kini terkunci di sebuah kilat mata emerald itu.

"Huh? apa maksudnya dengan panggilan mu itu??".


....................



To be continued

Protagonis Pria?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang