Part 15

4.5K 332 12
                                    

Sejujurnya author kecewa karena nggak ada yang nanya di part sebelumnya. Tapi nggak apa, akan tetap ku lanjutkan hehe

So... Happy reading~

..................

Kereta kuda telah sampai di depan gerbang akademi yang menjulang tinggi. Tivian kagum karena gerbang itu otomatis terbuka dengan adanya sihir. Ia sampai di akademi kala sang senja sudah menyapa.

Mereka bertiga segera turun dari dalam kereta kuda mewahnya. Menuju ke dalam akademi yang terlihat amat sepi. Yah maklum saja karena ini sudah hampir malam hari. Sangat jarang ada orang yang berkeliaran menjelang malam karena mitos penyihir hitam yang melegenda itu.

Jika boleh jujur. Tivian tidak percaya dengan legenda itu pada awalnya. Sampai dia merasakannya sendiri waktu malam kedua dia sampai di kediaman Eldrick. Untungnya Noel segera menolongnya, jika tidak. Entah mungkin sekarang Tivian hanya tinggal nama saja.

Mereka bertiga kini memasuki ruangan kepala sekolah. "Ah kalian akhirnya tiba. Silahkan duduk terlebih dahulu."

Sosok kakek tua dengan jenggot putihnya, mirip Dumbledore tapi beda cerita. Tengah duduk di kursi kebanggaannya sembari meminum teh nya ala bangsawan sejati. Seperti halnya para Pureblood Slytherin.

(Author: bentar, kok sampainya ke cerita Harry Potter!!! Beda cerita woy😭🙏

Tivian: jangan pedulikan author yang satu ini 😑

Author: Tivian jahat! ☹️)

"Sebelumnya, silahkan menyentuh bola kristal yang ada di sana untuk menentukan kalian berada di asrama yang mana." Ucap kepala sekolah. Mereka berdua mengangguk. Tivian yang pertama kali mencoba. Omong-omong, leo sudah kelas 11 jadinya tidak perlu di cek lagi. Sedangkan Noel juga masuk ke kelas 11 soalnya umurnya yang sudah 17 tahun. Kalau kelas 10 biasanya rata-rata umurnya itu 16-13 tahun.

Bola kristal itu berubah menjadi warna biru cerah. "Bagus sekali. Asrama mu adalah asrama Ocean. Silahkan yang satunya ikut mencoba."

Noel segera meletakan kedua tangannya di bola kristal itu. Dalam sekejap bola kristal itu berubah menjadi biru yang terkesan agak kegelapan. "Baik, silahkan ambil seragam kalian di ruangan prof semiana. Leo bisa kau antarkan keduanya?"

"Baik kepala sekolah."ucap leo menyanggupi. Lewat ingatan tubuh yang ia gunakan. Leo segera mengantarkan adik kecilnya dan juga pengawal pribadi adiknya ke ruangan yang disebut.

.................

Membuka pintu kamar tidurnya. Dia melihat seorang pria muda yang baru saja keluar dari kamar mandi, nampak rambutnya yang basah tapi sudah mengenakan pakaian yang menutupi tubuhnya. "Ah penghuni baru ya."

Tivian sempat terdiam beberapa saat. Dia segera menggeleng cepat kemudian membalas ucapan pria itu. "I-iya."

"Baiklah ayo ikut aku." Tivian mengangguk, mengikuti langkah pria tersebut. Masuk ke dalam ruangan yang terdapat 3 tempat tidur di dalamnya. Tivian yakin kalau ruangan ini adalah tempat untuk tidur, terpisah dengan yang perempuan.

"Sebelumnya, perkenalkan namaku Erix Elvanobora."ucap pria tersebut, mengenalkan dirinya. "Ah iya, perkenalkan juga aku Tivian Eldrick. Omong-omong, kenapa ada 3 kasur? Yang satunya mana?"

"Bisa dibilang. Hanya kita laki-laki yang seasrama di sini. Yang satunya, belum diisi dengan siapapun."jawab Erix. Matanya masih fokus menatap Tivian dari atas sampai bawah, seakan menilai.

"Oh gitu ya. Kalau gitu, aku mau beres-beres dulu." Erix mengangguk. Ia sudah mengeringkan rambutnya melalui sihir (enak yah•^•). Kemudian ia segera berbaring di kasurnya. Hari sudah malam, alhasil Tivian tidak bisa keluar untuk berkenalan dengan anggota lainnya. Tapi dia sudah tahu siapa saja yang menjadi teman setim nya.

Protagonis Pria?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang