Part 20

1.9K 134 0
                                    

Warning!
🔞🔞🔞
Ga nyampe 21+ kok, hehe soalnya langsung skip.

...................










"Huh? apa maksudnya dengan panggilan mu itu??", tanya Tivian curiga.

"Kau tidak mengingatku? sebelum kita ada di dunia ini kau sering meminjam novel punyaku dan kau juga sering merekomendasikan ku novel-novel favoritmu. Apa kau ingat sekarang, Tio?", ujar Leo yang membuat Tivian terdiam. Ia sungguh tidak percaya dengan apa yang didengarnya sekarang.

"Rio, apa kau Rio?", tanya Tivian memastikan.

"Bingo! akhirnya kau ingat juga denganku. Kalau begitu, saatnya untuk kita bermain", ujar Leo dengan senyuman nya. Entah mengapa, Tivian merinding ketika melihat senyuman yang ditunjukkan oleh kakak angkatnya itu.

"Me.. menjauh bangsqt!", Leo semakin mendekatkan tubuhnya ke arahnya, sontak saja Tivian memundurkan tubuhnya, hingga mentok di ujung sofa.

"Kau tau? dari dulu aku begitu mencintaimu tapi kau selalu sibuk dengan kekasihmu, hingga kita mati. Ah, tapi lihat sekarang, kita kembali bertemu dan aku menjadi kakak angkatmu, kebetulan yang menyenangkan bukan?", seru Leo. Ia mencengkram pipi Tivian dengan satu tangannya.

Tivian nampak terkejut mendengar itu semua. Ia hanya menganggap Rio sahabatnya dulu hanya sebatas sahabat, dan tidak pernah berpikir jika sahabatnya itu menyukai dirinya.

"A.. apa yang sedang kau lakukan, lepaskan aku!", Tivian mencoba tuk memberontak saat satu tangan Leo masuk ke dalam piyama yang ia kenakan, sedangkan satu tangan lainnya digunakan untuk mencegah kedua tangan Tivian. Yah, sudah kebiasaan Tivian akan memakai piyama tidak peduli dengan resiko, sejak dulu memang seperti itu.

"Kau tau apa yang pasti. Aku cemburu saat melihat kau sudah melakukannya dengan Alex kakakku, sedangkan aku bahkan belum pernah mencoba tubuhmu ini. Dan satu hal lagi, aku tidak suka melihatmu bercumbu dengan siapapun, seperti saat siang tadi", ujar Leo yang kemudian menyambar bilah bibir Tivian.

Rasanya manis, mungkin karena tadi Tivian habis makan kue atau memang sudah dari sananya manis, entahlah. Yang pasti, Leo suka rasa ini.

Baru bibirnya saja sudah manis, apalagi bagian yang lainnya. Leo semakin bersemangat akan hal itu. Ciumannya mulai turun ke bawah, menggigit pelan benda seukuran ceri dan sewarna buah plum yang baru dipetik.

"Unghh.. jangan ahh.. gigit itu", ah dengarlah desahannya itu. Membuat libido nya semakin naik, Leo yang sedang merasakan pvting milik adik angkatnya tersebut, tentu saja semakin terangsang.

Lihatlah wajah yang sudah memerah bagaikan tomat rebus itu, lihat juga bilah bibirnya yang sudah bengkak akibat perbuatannya. Sebuah intonasi yang menggetarkan hati dan mampu membuatnya mencintai remaja di bawah kungkungan nya itu kembali.

"Kau sungguh menggoda dari dulu, Tio. Aku suka itu", ucapnya di dekat telinga Tivian. Tivian sontak saja menutup kedua matanya saat Leo dengan beraninya menjilat telinganya yang juga titik sensitif baginya.

Leo menyeringai, ia semakin turun ke bawah dan mulai membuka celana yang dikenakan adiknya.

"He.. hentikan bqjingan! lepaskan aku Rio b4ngsat!", Tivian kembali mencoba tuk memberontak, tapi tetap saja tenaganya kalah jauh dengan Leo. Justru, karena hal itu membuat Leo kembali menciumnya dan meninggalkan bekas gigitan di bibirnya.

"Bibir cantik ini tidak pantas kau gunakan untuk berkata kasar, Tioku atau sekarang, Tivianku", ujar Leo dengan seringaian mengerikannya.

"Lihatlah, kau mengatakan ingin berhenti tapi p3nis kecilmu sudah menegang di bawah sini. Hm, benar-benar ingin berhenti ya? ah jangan lupakan dengan kedua pvting mu yang sudah mencuat indah ini. Jangan berpura-pura polos dan nikmati saja, adik..", ujar Leo.

Kini Tivian hanya bisa pasrah. Tenaganya sudah habis sejak tadi, seakan ada yang sedang menguras tenaganya. Mungkin ada sesuatu yang dicampurkan ke dalam kue yang dia makan.

Akhirnya, ia hanya bisa membiarkan Leo kakak angkatnya itu, menikmati tubuhnya malam ini. Entah apa yang akan terjadi pada dirinya besok.


..................



"Unghh..", sinar matahari masuk ke dalam celah jendela. Seorang pemuda bersurai biru muda itu, kini terbangun. Ia merasakan sensasi sakit di seluruh bagian tubuhnya akibat permainan semalam.

Melihat jika di sampingnya tidak ada siapa-siapa, pemuda itu lekas bangun. Ia menuju kamar mandi dan memandangi tubuh nya yang penuh dengan bekas kemerahan.

"Rio sialan. Awas aja nanti, ck!", pemuda bernama Tivian itu mendumel kesal saat melihat kondisinya dari kaca. Bekas merah di mana-mana serta bekas gigitan juga ada, entah apa yang harus dia lakukan untuk menutupinya.

Noel yang pernah menidurinya tidak pernah membuat tanda sebanyak ini. Palingan dia hanya meninggalkan di beberapa tempat saja, itu juga jika dirinya mengijinkan. Tapi lihat sekarang, seluruh tanda itu ada di mana-mana dan memenuhi kulit tubuhnya.

"Untung saja ini dunia sihir. Kalau bukan, harus kututupi dengan apa tanda ini? huh, awas aja. Akan aku tendang atau pukul ya? ah sama saja!", ujar Tivian.




...................




"Kau darimana saja, Tivian Eldrick??", tanya Erix pada salah satu anggota timnya itu. Semalaman dia tidak melihat keberadaan sang pemuda di kamar asrama. Entah ke mana perginya pemuda itu.

"Dari kamar teman. Emangnya apa salahnya aku menginap di kamar temanku? lagian bukan urusanmu juga", jawab Tivian dengan nada cuek.

Omong-omong ia tidak melihat keberadaan anggota yang lain. Ke mana perginya tiga orang lainnya? itulah yang kini ia pikirkan.

"Ini jelas urusanku sebagai ketua di tim ini, Tivian Eldrick", Tivian berdecak kesal. Moodnya sudah buruk pagi ini, kini bertambah buruk dengan perdebatannya dengan Erix.

"Ck! aku ke kelas duluan. Malas di sini", ujar Tivian yang berlalu pergi kembali. Ia sungguh malas untuk berhadapan dengan ketuanya itu, jika boleh memilih, Tivian lebih memilih menghabiskan waktunya dengan membaca daripada berdebat dengan Erix.

"Dasar orang itu", gumam Erix. Tugasnya sudah berat sebagai seorang pangeran, apalagi ditambah dengan dirinya yang bertugas sebagai ketua. Tugasnya menjadi dua kali lipat lebih banyak dari biasanya.

Ia memandang ke arah Tivian yang berjalan menjauh, hingga akhirnya menghilang dari balik pintu.








....................



To be continued

Protagonis Pria?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang