Mendudukkan tubuhnya di atas kursi yang berada di halaman belakang akademi yang berisikan taman kecil di sana. Seorang pemuda dengan surai biru indahnya, memfokuskan seluruh perhatiannya pada buku yang ia baca. Namanya adalah Tivian Eldrick, seorang pemuda dengan mana air yang dimilikinya.
Tiba-tiba saja, sebuah daun jatuh di atas bukunya. Sontak saja ia mendongak menatap pepohonan yang menutupi sinar matahari. Tapi di balik itu semua, ada sosok pria yang tengah tidur dengan damainya di salah satu cabang besar pepohonan tersebut.
Pria itu nampak menyenderkan punggungnya di batang pohon dan menyilangkan kedua tangannya, sembari kedua matanya yang terpejam.
Tivian mengangkat bahunya sejenak, ia tidak peduli dan lanjut fokus pada bacaannya. Jarang-jarang dia punya waktu sendiri, jadi dia akan memanfaatkan peluang itu untuk membaca sebanyak yang ia mau.
Manik tajam dengan warna silver itu perlahan terbuka. Matanya menyipit kala melihat sesosok berambut biru di bawahnya. Dengan melompat, dia berhasil turun dari atas pohon itu tanpa cedera sedikitpun.
"Oh, kau sudah bangun", ujar Tivian dengan pandangan yang masih mengarah pada bacaannya. Pria itu memandang bingung ke arahnya, tapi tidak digubris sama sekali oleh Tivian.
"Kau sendirian?", tanya pria itu tiba-tiba.
"Seperti yang kau lihat, aku sendiri di sini dan hanya ada aku dan kau di sini", jawab Tivian menutup buku bacaannya setelah selesai membaca.
Saat dirinya mendongak, ia terkejut saat melihat wajah pria itu sangat dekat dengannya. Wajah tampan itu dapat dilihat dengan jelas oleh Tivian. Membuat Tivian gugup seketika, apalagi saat tangan pria itu seperti mau menyentuh kepalanya.
"Daun, ada daun di atas kepalamu", ujar pria itu yang tentu saja membuat Tivian malu sendiri. Pria tersebut nampak menunjukkan sehelai daun yang ia ambil dari atas rambut Tivian.
"Te.. terimakasih", ucap Tivian gagap.
Pria tersebut tidak menjawab, malahan dia segera duduk di samping Tivian dan segera menawarkan apel yang dia petik dari atas pohon tadi.
"Mau?".
"Um tidak, terimakasih".
Mengangkat bahunya sekilas kemudian lekas mengigit apel itu. Ia menatap ke depan, di mana ada sebuah air mancur yang indah di sana. Apalagi saat suasana sepi seperti ini, membuat pemandangan di halaman belakang akademi itu sangat nyaman digunakan.
Suasana nampak sangat tenang, sehingga membuat kesan canggung diantara keduanya tidak dapat dihindari. Sebelum akhirnya pria itu kembali berbicara.
"Siapa namamu?", tanya pria itu tiba-tiba.
"Tivian Eldrick. Lalu namamu?", tanya Tivian balik.
"Zional Alfalino".
Suasana kembali hening, sebelum akhirnya Tivian mulai beranjak dari tempatnya.
"Kalau begitu aku pergi dulu, sampai jumpa lain kali tuan muda Alfalino", pamit Tivian kepada Zional yang hanya diam.
Tivian pergi meninggalkan Zion seorang diri, tidak menyadari jika pandangan Zion hanya fokus pada dirinya yang semakin lama semakin menghilang dari pandangannya.
"Jadi dia murid yang sering dibicarakan itu?", gumam Zional sebelum kembali menggigit apelnya.
"Memang menarik, tapi kenapa wajahnya pucat seperti itu?", lanjutnya dalam hati.
Ia pun lekas bangkit dan berjalan menuju asramanya sendiri.
..................
"Tio, kamu dari mana saja? aku sudah bolak-balik mencarimu loh! aku khawatir tau!", seru Rionnand.
Sekembalinya ia dari halaman belakang akademi, ia segera dicerca banyak pertanyaan oleh teman-temannya. Membuat pikirannya kembali terasa pusing.
"Tuan? apa anda baik-baik saja? tuan terlihat pucat", tanya Noel khawatir. Apalagi saat mengecek tingkat kesehatan tuannya di data diri tuannya. Kekhawatiran nya membuat orang-orang yang sebelumnya tidak sadar, kini ikut tersadar.
"Benar, wajahmu pucat sekali. Ayo ke ruang kesehatan!", ajak Tina yang dibalas dengan gelengan kecil oleh Tivian.
"Benar Tio, kau nampak tidak baik-baik saja. Ayo ke ruang kesehatan! biar aku yang menemanimu", ajak Rionnand juga, namun tetap ditolak oleh gelengan kecil yang diberikan Tivian.
"Aku baik-baik saja, kalian tidak perlu khawatir. Aku ke toilet dulu ya?", ujar Tivian.
Tivian berjalan meninggalkan teman-temannya yang hanya diam menatap ke arahnya dengan pandangan khawatir. Tepat setelah dia melewati Erix, pandangannya segera kabur dan akhirnya pun ia kehilangan kesadarannya. Untungnya sebelum itu, Erix sudah menangkapnya agar tidak jatuh.
"Tio!".
"Tivian!".
"Tuan!".
Teman-temannya lekas mengerubungi Erix yang tengah menyangga tubuh Tivian supaya tidak jatuh. Berniat untuk membawa Tivian ke ruang kesehatan, namun malah berujung dengan pertengkaran.
Alex yang tidak sengaja melihat semua itu, segera menghampiri adik angkatnya.
"Kalian tolong menepi, biar saya sebagai kakak saja yang membawanya", ujar Alex. Rionnand hanya bisa menerimanya karena ia sedang malas untuk berdebat, apalagi dengan Alex yang notabene nya adalah kakak Tivian. Sedangkan Noel, hanya membiarkan tubuh tuannya diangkat oleh sang kakak karena ia juga sama-sama khawatir.
................
"Sebenarnya apa yang terjadi?", tanya Alex pada semua teman-teman adiknya yang berada di ruang kesehatan tersebut.
"Kami juga tidak tau. Dia menghilang dari siang sebelum akhirnya dia kembali dengan wajah pucatnya dan dia tiba-tiba jatuh tak sadarkan diri", jelas Tina.
Setelahnya, tidak ada yang kembali berbicara. Pandang mereka hanya terarah pada Tivian yang belum bangun sementara menunggu kehadiran perawat yang sedang mengambil sesuatu di ruangan pribadinya dan tidak menjelaskan apa yang sedang dialami oleh Tivian sebelum meninggalkan ruangan.
"Kalian menunggu dengan baik", sebuah suara membuat mereka berbalik. Nampak perawat yang menjaga ruang kesehatan itu sudah kembali dengan menenteng sebuah koper kecil di tangannya.
Erix lekas menyingkir, membiarkan sang perawat untuk mengecek keadaan Tivian.
"Kalian tidak perlu tegang seperti itu", ujar perawat tersebut, mengambil jarum suntik dari koper yang dia bawa tadi.
"Perawat, apa itu?", tanya Tina penasaran.
"Jarum suntik, alat yang digunakan untuk menyuntikkan cairan ke dalam tubuh dengan mudah. Kalian tidak perlu khawatir, ini sudah diuji oleh pihak akademi sebelumnya", seru sang perawat. Rionnand, Ilvi, dan Noel, sama sekali tidak meragukan perawat itu karena jiwa mereka memang berasal dari masa depan.
"Sebenarnya, apa yang terjadi pada Tio ku, Perawat?", tanya Rionnand hawatir.
"Dia hanya mengalami gejala alergi terhadap kacang. Mungkin secara tidak sengaja dia memakan sesuatu yang terbuat dari kacang", jawab sang perawat setelah selesai menyuntik Tivian.
"Kacang?", batin semua teman Tivian.
..........
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Protagonis Pria?
RomanceBxB jangan sampai salah lapak. Ngerti? ______ Tio dikenal sebagai berandalan disekolah nya. Juga seorang penggila novel. Tanpa terduga dirinya masuk kedalam novel yang pernah dia baca dan berakhir menjadi Protagonis pria yang dipilih satu-satunya ol...