"Nak, kamu pulang sama pak Ibnu saja ya. Ayah dan Ibu ada urusan yang sangat mendadak, jadi kamu pulang sendirian gak pap?" Kata Ayah.
Esya mengangguk, "Iya gak papa ayah, aku pulang sama pak Ibnu saja, ayah dan ibu gak usah khawatir"
"Okelah nak, ayah ibu pergi dulu ya"
Esya tersenyum sembari melambaikan tangannya ke arah mobil orang tuanya. Setelah tak terlihat dia masuk menuju mobil Alphard didepannya.
"Gila sih ini mobil Alphard baru pertama kali gue naik mobil bagus biasanya Alya atau angkot"
Dijalan menuju ke rumah, Esya melihat ada yang menjual cireng isi kesukaannya.
Buru-buru ia bilang ke pak Ibnu untuk memberhentikan mobilnya, "Pak stop! Saya mau beli ini dulu. Em bapak ada uang cash? Di dompet Esya cuma ada credit card gak ada cash"
"Ada non, ini" Pak Ibnu memberikan uang 50rb ke Esya.
Esya turun dari mobilnya menuju pedagang itu. "Pak beli cireng isi nya 50rb ya, jadi 2 bungkus ya pak, campur"
"Siap neng"
Sembari menunggu cirengnya siap, Esya duduk di tempat yang sudah disediakan, ia melihat lalu lalang kendaraan yang melintas.
Tiba-tiba ada sebuah motor menepi, pikir Esya cowo itu mau beli cireng juga.
"Hoy Esya! Bukannya lo dirumah sakit ya? Kok disini? Trus kenapa lo tumben beli jajan pinggir jalan begini? Bukannya lo anti banget ya sama jajan pinggir jalan yang katanya gak higienis" Tanya Cowo tersebut pada Esya.
Esya bingung, dia gak tau cowo ini siapa, sok kenal aja deh. "Gue udah keluar dari RS trus kenapa gue beli jajan disini? Ya karena gue pengen, emang masalah buat lo? Ribet amat idup lo"
"Sejak kapan lo pake lo-gue? Biasanya mah aku-kamu, oh gue tau lu mau caper ya ke Arga biar kaya crush nya Arga tomboi gitu gak ke lo girly" Jawab cowo tersebut.
"Arga? Dia siapa? Apa dia crush nya si Esya? Trus ni cowo temennya si Arga? Tapi dia namanya siapa?" Batin Esya bertanya-tanya.
"Heh malah ngelamun lagi, lagian nih ya Arga juga...
"Neng ini cirengnya udah jadi" kata mang cireng memotong pembicaraan temen Arga.
"Ah iya mang makasih ya mang saya duluan" Lalu Esya pergi begitu saja tanpa melihat kearah cowo itu.
"Si Esya kok kaya aneh ya sikapnya, kaya beda gitu" gumam cowo tersebut.
"Mas mau beli juga?" Tanya mang cireng.
Dibalas gelengan oleh cowo tersebut, "Gak mang makasih" lalu pergi dari sana.
Sedangkan Esya didalam mobil dia sedang merenung.
"Gue bingung, cowo tadi kaya punya dendam pribadi sama gue, trus juga emang dulu Esya ngejar-ngejar Arga segitunya apa? Kaya yang di novel-novel gitu tapi masa iya sih, trus disini gue punya sahabat gak ya? Ahh tau ah pusing"
"Non udah sampai dirumah, non bisa turun" kata pak Ibnu mengagetkan Esya.
"Eh iya pak, ini buat bapak Esya belinya kebanyakan" kata Esya sembari memberikan cireng satunya lagi.
"Makasih non"
"Sama-sama pak, kalau gitu aku ke dalam dulu yah pak"
Lalu Esya masuk kedalam rumahnya ternyata dia lupa kalau dia transmigrasi. Dan dia gak tau dimana letak kamarnya.
"Gila sih ini rumah keliatan dari luar rumahnya kaya rumah orang kaya biasa pas masuk rumah wahhh gede banget gilaaa, kenapa gue baru nyadar kalau rumah ini Segede itu, duh kamar gue dimana lagi? Tanya bibi aja kali ya"
"Em bi, Esya mau tanya kamar Esya dimana ya?" Tanya Esya kepada Bi Nur.
"Eh ya ampun non Esya ngagetin bibi aja. Bukannya non pulangnya 2 hari lagi ya kok sekarang?" Heran Bi Nur. Karena dia tau dari pembantu lainnya katanya non mereka pulang 2 hari lagi.
"Hehe maaf bi, soalnya Esya gak betah dirumah sakit lama-lama"
"Oh gitu, ya sudah bibi antarkan ke kamar ya" dibalas anggukan oleh Esya.
Esya berjalan dibelakang Bi Nur, dia sembari lihat-lihat agar dia tidak kesasar.
Lalu tiba-tiba dia didepan lift, eh apa LIFT?!
Ya dirumah Esya terdapat lift, kolam renang, lapangan golf, taman bunga dan kolam ikan yang disekitarnya terdapat gazebo.
"Wah si Esya beneran orang kaya, gue baru tau ada lift didalem rumah"
"Ini kamar non Esya, kalau butuh apa-apa bisa pakai telfon yang ada di nakas non itu telfon khusus rumah. Kalau begitu bibi pergi dulu, permisi non" Pamit Bibi.
Kemudian Esya melihat pintu didepannya pintu tersebut bertuliskan "Esya Room"
Saat masuk dia dibuat terpukau untuk kesekian kalinya, kamar Esya memang bukan tipenya tapi kamar ini benar-benar luas dan seperti kamar princess Sofia the first mirip bangett.
Dengan warna baby blue yang mendominasi kamar Esya terlihat seperti Putri kerajaan.
"Gila sih ini kamar bagus banget, walaupun tipe Esya tapi bagus asliii. Mana luas banget masuk kali 20 orang disini. Wah jendelanya juga menghadap ke arah barat, pemandangan dibawah jendela juga bagus banget kolam ikan"
Ghesya terus menyusuri kamar Esya, mulai dari kamar mandi, walk in closed hingga seluruh penjuru kamar tidak terlewat oleh Ghesya.
"Gue kalau dikamar seharian penuh bakal betah si iniii, udah ada WiFi, AC, cemilan, laptop, kasur super empuk, sama hp. Eh iya HP?! Hp si Esya mana ya?" Dia baru keinget kalau dia belum sama sekali memegang hp.
Dan ya ternyata hp Esya terletak di nakas dekat dengan telfon rumah, "Ini dia. Eh kok mati gak nyala, apa lowbat kali ya, gue charge dulu deh"
Ghesya terus memikirkan enaknya jadi Esya, dan apa yang akan ia lakukan kedepannya. Hingga ia tertidur.
***
Hey guys gimana si Ghesya kesenengan nih dirumah si Esya yang super duper besar, Mumu juga bakal seneng sih kalau punya rumah begitu serba ada.
Janlup vote and comment yaww
28sep23
KAMU SEDANG MEMBACA
From Ghesya To Esya
Teen FictionIbaratnya gini wir lu kaya lu punya kuasa Menceritakan tentang Ghesya Nur Maulani yang super duper Introvert. Dia menyukai kesunyian, dan ketenangan. Berasal dari keluarga biasa, bersekolah di Sma Negeri, dan pastinya kuper. Hingga suatu hari dia ya...