"Pagi Raja!" sapa Nara pada Raja yang masih betah meringkuk di tempat tidurnya. Mungkin ini akibat tadi malam mereka begadang main PS sampai pagi.
Raja masih setia dengan tempat tidurnya. Walaupun cahaya matahari telah memasuki kamar melalui jendela, Raja masih setia dengan tempat tidurnya. Ia bahkan tak sedikitpun terusik dengan sapaan Nara yang entah sudah ke berapa kalinya di teriakkan.
Raja mengerjapkan matanya ketika wajahnya terasa basah. Ketika membuka mata, dia melihat Nara telah berdiri di hadapannya sambil memegang sebuah baskom yang mungkin bekas terisi air. Nara terlihat berkacak pinggang, "Nara! Apa yang kamu lakukan? Oh Tuhan, bantalku jadi basah tau!" rungut Raja kesal.
Nara terlihat tak merasa bersalah sama sekali, "Yang Mulia sudah bangun rupanya?" tanya Nara lebih kesal. Bayangkan sudah lebih dari 5 kali ia membangunkan Raja, tapi adik besarnya ini sama sekali tak berkutik. Akhirnya dengan kesal ia mengambil sebaskom air dan menyiramkannya pada wajah tampan Raja.
"Menurutmu? Setelah kamu menyiram air dingin itu ke wajahku, mana mungkin aku nggak akan bangun." gerutu Raja kesal.
"Habisnya kamu sih, daritadi di bangunin susah banget. Yaudah aku siram deh." jelas Nara santai.
"Tapikan bisa dengan cara yang baik. Jangan asal siram aja."
"Udah kok. Tapi kamunya aja yang kebo! Kek mayat. Diem aja, nggak bergerak. Padahal suaraku udah kenceng tadi."
"Tapikan kamu bisa bangunin dengan halus."
"Kamu tuh susah banget bangunnya tauk!"
"Tapikan..."
"Stt, udahlah Raja, mending mandi deh sana cepet. Udah mau jam 6 nih. Ntar macet, terus kalo macet ntar kita bisa telat." potong Nara cepat. Raja hanya melotot lalu menyambar handuk dan bergegas untuk mandi. Ia membanting pintu kamar mandi dengan keras. Melampiaskan kekesalannya pada pintu kamar mandi.
'Kasian pintunya. Pasti sakit tuh di banting banting. Aku turut berduka cita ya. Uh, mana itu pintu mahal lagi. Ckck. Bisa rugi aku kalo kek gini. Pintu sayang, semoga kamu tahan banting ya.' ucap Nara dalam hati. Ia memikirkan nasib pintu kamar mandi Raja. Itukan pintu mahal. Belinya pake duit, bukan daun yang berguguran.
***
"Nara! Ayo cepet!" ucap Raja berlari menuruni anak tangga. Ia bergegas mengambil satu lembar roti dan menggigitnya cepat."Aisshh! Nara! Ayo ih! Lelet banget sih." teriak Raja ketika memakai sepatu conversenya. Ia melihat Nara yang masih duduk santai di meja makan sambil memakan roti selai. Terlihat sang mama yang hanya diam dan fokus kepada hapenya tengah duduk di kursi paling ujung meja makan. Terkadang sang mama tersenyum menatap layar benda tipis itu. Nara yang di teriaki kesal. Ia lalu berdiri dan berjalan menuju motor ninja yang sudah dipanaskan.
"Eh, kok malah kamu yang ninggalin?!" protes Raja, lalu memakai helm dan menaiki motornya. Nara hanya diam lalu duduk di jok belakang motor.
Tuk! Nara memukul helm Raja. Lalu memeluk perut Raja ketika motor akan di jalankan. "Emang kan harusnya aku yang ninggalin. Salahin aja kamu yang bangunnya telat. Dasar kebo!" gerutu Nara.
"Ya maafin aku, kan tadi malem kita begadang ampe jam setengah dua. Ya jadi aku masih ngantuk."
"Halah, alesan kamu aja itumah. Aku juga tadi malem begadang kan? Tapi buktinya aku nggak kesiangan. Emang kamunya aja yang kebo! Udahlah, ngebut cepet. Ntar aku telat, kalo kamu yang telat mah aku gapeduli."
"Is, iya iya, jahat banget sih." ucap Raja pelan, lalu kembali fokus melajukan motornya, membelah jalanan ibukota yang mulai ramai.
20 menit kemudian mereka sampai di sekolah Nara. Nara bercermin pada kaca spion untuk merapikan rambutnya. Raja membantu menyisir rambut belakang Nara yang berantakan.
![](https://img.wattpad.com/cover/41611048-288-k558818.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Naraya
Teen FictionTentang Nara, gadis dingin yang tak mau mengenal cinta. Yang tak pernah percaya cinta itu ada. Bukan karena dia tak pernah merasakannya, tapi justru karena cinta yang telah ia rasakan. Raja, Adik besar yang sangat di cintainya. Adik besar yang jadi...